Prolog [PS]

1.3K 46 2
                                    

Rea kecil mencebikan bibirnya begitu melihat semua orang terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Daddy dan Mommy-nya sedang sibuk mengobrol dengan Aunt dan Uncle-nya, sedangkan Kak Sherina – Kakak perempuannya – terlihat asik bermain dengan bonekanya. Rea kecil tidak punya teman untuk diajaknya mengobrol.

Akhirnya dia memilih masuk kembali ke dalam rumah, lalu mengambil duduk di kursi tinggi yang ada di meja makan.

“Hei, kamu bisa jatuh.” Rea kecil batal menarik kursi tinggi itu, gantinya dia menoleh ke cowok asing yang baru saja memperingatinya.

“Amu ciapa?” Kamu siapa? tanya Rea kecil dengan polos.

Cowok itu tersenyum ramah, “Aku sepupumu.” Jawab cowok itu.

Rea mengerutkan kening mungilnya dengan ekspresi bingung.

Cowok itu tidak berusaha menjelaskan walaupun dia tahu Rea kecil kebingungan, cowok itu malah menarik tangan Rea dan membawanya keluar dari rumah untuk menuju halaman belakang. Tempat para orang sibuk dengan urusannya masing-masing.

“Ita mau emana?” Kita mau kemana? tanya Rea kecil takut.

“Aku mau menunjukkan sesuatu yang bagus. Ayo ikut!” Gumam cowok itu tanpa menjelaskan.

Mereka berhenti begitu sampai di depan hamparan bunga-bunga Mommynya Rea, berbagai macam bunga dengan warna bervariasi berada disitu.

“Bagus kan? Setiap kemari, aku selalu suka melihat ini.” Cowok itu bergumam dengan senyuman lebar.

Rea menatap senyuman lebar cowok itu, lalu balas tersenyum lebar. “Mom cua ceali ama bunga.” Mom suka sekali sama bunga. Gumam Rea kecil. “Api Mom cearang cibu cama merea.” Tapi Mom sekarang sibuk sama mereka.

Cowok itu mengikuti arah tunjuk Rea, lalu tertawa. “Daddy sama Mom kamu sedang mengobrol dengan Daddy dan Momku.” Gumamnya senang.

“Hum, adi amu ana Uncle Prada?” Jadi kamu anak Uncle Prada?

Cowok itu menoleh. “Kamu jangan sedih ya. Walaupun Daddy sama Mom kamu sibuk sama Daddy dan Mom aku, kan masih ada aku. Kita bisa main bareng.” Gumam cowok itu.

Rea tersenyum menampakan giginya, senang karena akhirnya dia mempunyai teman untuk bermain.

“Oh iya, sampai lupa.” Cowok itu mengulurkan tangannya. “Aku Vano.” Gumamnya ceria.

Rea membalas jabat tangan Vano, lalu kembali menampakan giginya dalam senyuman. “Andrea Damarta.” Gumamnya lucu.

“Iya, aku tahu. Kamu kan adiknya Rina.” Cowok itu mengacak rambut Rea. “Yuk kita main?”

“Ayo!”

****

“a’ Vano mau de Bandung?” Kak Vano mau ke Bandung? Rea kecil bertanya ketika Vano datang untuk berpamitan. Wajah Vano terlihat sangat sedih, matanya memerah karena menahan tangis.

Vano mengangguk. “Kak Vano harus sekolah, karena liburan udah habis.” Gumam Vano dengan suara serak.

“Bandung jauh ya?”

Vano kembali mengangguk, matanya makin memerah membuat Rea juga ingin menangis. Dan detik berikutnya, Rea sudah menangis dengan kencang. Vano langsung gelagapan menenangkan Rea. “Kita masih bisa ketemu kok, Rea.” Gumamnya.

“Apan?” Kapan? Tanya Rea kecil tidak percaya.

“Kalau Kakak libur, Kakak pasti datang lagi.” Vano berusaha tersenyum walaupun wajah meweknya sudah terlihat. Vano menoleh begitu melihat Momnya datang mendekat. “Rina mana, Mom?” tanyanya polos.

Momnya tersenyum, “Sherina capek sayang, makanya dia langsung tidur.” Gumam Momnya.

Vano kelihatan tidak percaya, “Rina marah kan sama Vano?” tanyanya dengan air mata yang mulai menggenang.

“Sssst, cowok nggak boleh cengeng dong. Tuh, Rea aja nggak nangis lho. Kamu kalah dong sama Rea!”

Vano menoleh pada Rea yang memandang mereka dengan bingung, lalu Vano menyeka air matanya. “Mom kesana dulu aja.” Usir Vano kecil langsung.

Momnya lalu berlalu dengan senyuman makhlum. Ketika Vano menoleh pada Rea, ternyata gadis kecil itu langsung berlari menuju taman bunga milik Momnya. Vano mengikuti dengan cepat.

“Rea juga marah sama Kakak?” tanya Vano takut. Dia sudah sangat sedih karena Rina marah padanya gara-gara dia harus pulang hari ini.

Tapi ternyata Rea kecil menggeleng, “Rea mau A’ janji cama Rea!” gumamnya penuh ketegasan.

“Janji apa?” Vano bertanya bingung.

“A’ Vano janji jadi matahari!”

Vano menggaruh belakang kepalanya yang tidak gatal, bingung.

“Mom Rea bilang alau matahari itu seying pegi tinggalin Bumi, tapi Matahari celalu embali.” Rea menjelaskan dengan nada sangat polos. “Rea mau A’ Vano jadi matahari!” lalu gadis kecil itu memetik satu bunga matahari yang paling indah. “Janji?”

Vano tersenyum dengan air mata mengalir. Lalu dia mengangguk. “Kak Vano janji akan kembali untuk Rea. Rea selamanya punya Kakak, Kakak nggak akan tinggalin Rea. Kakak sayang Rea.” Dan Vano mengambil bunga matahari dari tangan Rea. “Janji Bunga Matahari!” Vano mengacungkan bunga matahari itu.

Rea mengangguk, “Janji Bunga Matahari!” gumamnya sebelum menangis kencang sekali lagi.

*****

Holaaaaaaa, ini ceritanya Rea - Vano. Wkwkwk aku tahu segeje apa cerita awal cerita ini, tapi semoga akhirnya nggak geje banget yah wkwkwk ^^

Aku nulis ini beriringan sama '(Bukan) Cinta Magang' jadi jangan minta next part soon yah, soalnya pasti bakal lama. Apalagi sekarang sekolah udah sibuknya ngalahin pejabat aja-_-

Wkwkwk okelah, enjoyed aja:) Semoga suka^^

Promise SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang