Never saying goodbye

332 31 1
                                    

"Minggu depan kita pindah deket rumahnya tante Icha ya." Informasi mendadak dari wanita berusia empat puluh tahun itu membuat putra tunggalnya termenung di kamar tidur.

"Lus, gue pindah kesana masa,"ucapnya pelan kepada sepupu yang tersambung di telepon.

"Bohongan, gak percaya gue."

"Gue serius nyet."

"Mana ada, lo kan bohong mulu Vin." Garvin mendengus.

"Helen gimana dong Lus? kalo gue tinggal?"

"Lo udah putus ogeb, gak bakal kangen dia sama lo, lo nyebelin," jawab Lusi dengan nada meledek.

"Ah, lo mah gak bisa diajak curhat sih," gerutu Garvin kesal dengan sepupu yang tak jauh tak dekatnya.

"Ya lagian aneh, tanya gih sama Helennya, kan mantan lo dia, bukan gue!"

"Kita sepupu goblok, mana bisa pacaran."

"Ya emang gue mau sama lo?"

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu itu mengehentikan niat Garvin untuk adu mulut dengan Lusi. Lantas, cowok itu langsung beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu.

"Kenapa Bun?" tanya Garvin ketika melihat Bundanya sudah berdiri di hadapannya.

"Bunda mau minta tolong dong," ucap Rana seraya memberikan sebuah tas bekal kecil kepada Garvin.

"Apaan nih Bun?" Garvin mengangkat tas bekal yang sudah terisi dengan makanan tersebut dan bertanya.

"Anterin ke rumahnya Helen ya, hadiah perpisahan dari Bunda." Garvin meneguk salivanya dan bertanya lagi, "H-Helen Bun?"

Rana mengangguk, "Iya, Bunda udah cerita ke tante Hara, nanti bilang aja Bunda lagi ngurusin surat rumah."

Mr. Posessive and Ms. Rebellious

Pagi itu, tepat pada pukul sepuluh. Keluarga kecil beranggotakan tiga orang, sudah berada di dalam mobil sedan kecil, siap berangkat menuju kediaman baru mereka di ibukota.

"Siap semuanya?" tanya Argan sambil memasang sabuk pengaman.

"Yey, rumah baru!" seru Rana.

Argan dan Rana melirik putra tunggalnya yang terduduk santai di belakang, wajahnya terlihat sedih, bersender di pintu mobil.

"Itu dibelakang, galau ya?" Garvin mendongak dan tersenyum.

"Nggak Yah, laper," jawab Garvin beralibi. Padahal Garvin sendiri merasa aneh sejak pulang dari rumah Helen untuk mengantarkan sebuah makanan padanya.

"Gak usah khawatir Vin, gue baik-baik aja kok disini sama Juan, pacar baru gue."

Hah, rasanya ingin sekali Garvin mengubur diri dalam-dalam. Ia sangat menyesal bertanya bagaimana kabar Helen jika ditinggal olehnya.

Sudah pasti perempuan cantik seputih susu itu akan baik-baik saja, kenapa pula ia bertanya?

Garvin jadi segan untuk bercerita pada Lusi nanti saat sampai di Jakarta, karena ia yakin sepupunya itu akan menertawakannya dengan sangat puas.

Baginya, Helen adalah gadis pertama yang bisa memberikannya rasa nyaman dan hangat dalam setiap senyumnya. Helen lah satu-satunya gadis yang dapat membuatnya tersenyum hanya karena mendengar suaranya di telfon atau sekadar membicarakan hal-hal tidak penting bersamanya.

Mr. Posessive and Ms. Rebellious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang