Perang Pikiran

212 24 1
                                    

Biasanya, seluruh penghuni kediaman keluarga Hussein sudah memejamkan mata menuju alam mimpi dan berisitirahat pada pukul 22.00 malam

Tetapi hari ini berbeda, karena pada tengan malam pun, Jean masih belum bisa tertidur.

Ia sedang menatap langit-langit kamarnya, sembari menutup ujung kaki hingga hidungnya dengan selimut berwarna abu-abu.

"Disini dulu ya, di bibirnya nanti."

"AAAAAA!" jerit Jean terduduk dari posisi rebahannya.

Setiap kalimat Garvin pada siang hari itu, diingat dengan jelas oleh Jean.

Diam-diam kedua matanya melirik ke arah pergelangan tangan dan meneguk ludahnya.

"Udah gila, astaga Jean kamu udah gila," ucapnya seraya menggelengkan kepalanya.

Kecupan lembut di pergelangannya itu memang tidak membuat bekas di tangannya, melainkan di pikirannya.

Dan sebab kejadian kemarin, Jean jadi sedikit sensitif jika tangannya menyentuh atau tersentuh oleh sesuatu.

"Nggak!!" gertak Jean ketika pergelangan tangannya disentuh oleh teman sekelasnya.

"IYA IYA AMPUN JE!" Jean buru-buru menoleh ke sumber suara.

Disampingnya berdirilah Nata, cowok berbadan tinggi, putih dan banyak disukai karena ia ramah dan berwajah manis.

Disampingnya berdirilah Nata, cowok berbadan tinggi, putih dan banyak disukai karena ia ramah dan berwajah manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo ngapain Nat?"

"K-kita sekelompok buat projek ekonomi, t-tapi kalo lo gak mau gapapa kok, gue bisa minta Shafa buat sekelompok sama gue aja," jelas Nata yang masih ketakutan karena Maleficient berteriak padanya.

"Astaga, sorry gue gak tau Nat, gue ngelamun daritadi," jawab Jean meminta maaf, matanya melihat sekitar yang memang semua murid sudah berpasangan dengan partnernya masing-masing.

"Sini duduk." Tangan Jean menepuk kursi Lusi yang ternyata Lusinya sudah berpindah sedaritadi.

Nata pun duduk dan sedikit menggeser kursinya menjauhi Jean.

"Ya elah, hahaha gak usah takut Nat, gue gak gigit."

Nata menggaruk kepalanya bingung, cowok itu sedikit kikuk, takut diterkam Jean.

"Jadi kita ada tugas apa?"

"Disuruh buat usaha sebulan, terus kita harus buat akuntansinya." Mata Jean membulat mendengar penjelasan Nata.

"Udah gila pak Adi, ribet banget woy," kata Jean menggelengkan kepala dan menyender pada kursi.

"Jadi kita mau jualan apa? Lo ada ide gak?" lanjut Jean bertanya.

"Gue tadi mikirnya, kita jualan souvenir kecil gitu, biar gak ribet masak tiap hari Je," jelas Nata dengan tangan yang sedang membuat rancangan souvenir.

Mr. Posessive and Ms. Rebellious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang