Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Rose sedang bersiap-siap untuk hari pertama sekolahnya. ya, hari pertama karena ada liburan semester minggu lalu.
seperti biasa, keadaan rumah megah ini hening hanya ada ia sendiri dirumah ini, bisa ia pastikan setelah pertengkaran kemarin, kedua orang tuanya pergi lagi entah kemana, ibunya pun tidak pernah membuat sarapan untuk dirinya.
pembantu rumah tangga nya sedang libur bekerja—pulang kampung jadi hanya ia sendiri di rumah, bibi Sinta yang biasa ia sebut ibu keduanya, jika bisa ia ingin menyebut bibi Sinta ibu pertamanya, dikarenakan perlakuan bi Sinta kepadanya bak seorang ibu penuh kasih sayang.
untuk uang jajan ia memang di berikan kartu kredit oleh ayahnya, jadi anak itu tidak repot-repot untuk meminta uang.
lagi dan lagi, entah ke berapa kalinya—tak terhitung ia hanya sarapan dengan roti dan selai kacang, dikarenakan ia hanya bisa membuat nasi goreng dan telur dadar, pagi ini ia begitu lapar di karenakan ia tak makan malam karena pertengkaran kedua orang tuanya itu, sialnya waktu berjalan begitu cepat, jam sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit, ia harus bergegas. takut bus yang ia tumpangi sudah berangkat.
“astaga hampir saja telat untung masih kurang lima menit,” dengan berlari sekuat tenaga di sepanjang koridor sekolah, kini ia sudah sampai di kelasnya, perjalanan dari rumahnya ke sekolah cukup jauh hingga menempuh waktu 20 menit lebih.
“pagi Rosseane, kenapa terengah-engah gitu?” sapa Lisa teman sekelasnya sekaligus sahabatnya.
“pagi juga Lisa, biarkan a-ku istirahat untuk lima menit Lisa huh capek sekali,” Ucap Rose sambil mengatur nafasnya.
“kau ini kenapa huh, sudah mengerjakan tugas dari pak Suho belum?”
“astaga tugas apa lagi ya tuhan, coba lihat aku ingin mengerjakan,”
“dasar pemalas, nih kerjakan. lima menit lagi pak Suho masuk kelas,” Ucap Lisa sambil mengambil buku tulisnya didalam tas lalu memberikannya kepada sahabatnya yang ia sebut pemalas itu.
“ehehe Lalisa terbaik, terima kasih. aku kerjakan dulu ya, jaga-jaga takutnya pak Suho tiba-tiba masuk kelas,” ya Lisa memang belum tahu masalah di keluarganya itu, memang semua orang termasuk sahabatnya itu belum ada yang tahu perihal keluarganya kecuali Jennie, ia paling mengerti dengan keadaan Rose saat ini.
Rose dan Jennie pisah kelas dikarenakan saat kenaikan kelas 12 semua kelas diaacak, jadilah Rose sekelas dengan Lisa dan Jisoo, sedangkan Jennie sekelas dengan Jihyo dkk.
“Jisoo eonnie tidak masuk?” tanya Rose sembari mengerjakan tugasnya, pasalnya ia tidak melihat keberadaan teman baiknya itu.
“tidak, tadi pagi ia izin demam.” Jawab Lisa.
“Jinjja!? ah waee eonnie tidak bilang kepadaku kalau ia sakit,” rengek Rose.
“pabbo yaa! memangnya Jisoo eonnie jika sakit harus mengumumkan nya di grup kelas huh?”
“kau ini kenapa sensian sekali sih, sudahlah nanti sepulang sekolah aku ingin menjenguknya bersama Jennie eonni,”
“Yaa! kau tidak mengajak ku tega sekali sahabat macam apa kau ini”
“biar, wleee” Ejek Rose sambil menjulurkan lidahnya.
“YAA!! awas kau tidak akan ku pinjamkan buku tugas ku lagi huh”
“Lisaa yaaa, aku bercanda tadi kau boleh ikut kajja nanti kita jenguk bersama.” bujuk Rose sembari menunjukkan puppy eyes nya.
“terserah apa katamu Rosseane, cepat kerjakan tugas mu sebentar lagi pak Suho masuk kelas,” Lisa pun luluh dengan begitu saja.
“yes madam,” Ucap Rose dengan penuh semangat sembari hormat kepada Lisa.
ia sangat bersyukur mempunyai sahabat-sahabat yang pengertian seperti mereka—Lisa, Jennie, Jisoo.
sambil tersenyum getir merasa terharu, ingin rasanya ia hidup bebas kalau bisa ia kabur dari rumah, tapi ia mau jadi apa di masa depan? ia harus menggapai cita-citanya agar dapat hidup sukses kelak.
dibalik keceriaannya terdapat rasa sedih yang terpendam, ia berfikir 'jika aku tidak mempunyai mereka mungkin aku sudah mengakhiri hidup ini' sangat beruntung ia bercerita kepada Jennie saat itu, gadis itu mendengarkannya dengan baik, lalu ikut menangis bersama Rose, ia berkata 'jika aku di posisi kamu, aku juga tidak tahu akan sanggup hidup atau tidak, untung kau bercerita kepadaku Rosseane, rasanya jika sebagian beban di ceritakan kepada orang akan terasa lega sebagian karena tidak perlu memendamnya sendirian, kau bisa bercerita kepada ku kapan saja, aku akan mendengarkan.' kira-kira seperti itulah yang Jennie ucapkan kepada dirinya.
'terima kasih ya tuhan, sangat beruntung di perkenalkan dengan sahabat baik seperti mereka.' batin Rose.
©lulaxynaa, 2020
maaf apabila feelnya tidak terasa🙇
vomment sangat dibutuhkan untuk melanjutkan cerita ini berlanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝[depressed]❞
Conto❛depresi❜ putus asa, merasa tak berguna untuk hidup, pernah berfikir untuk bunuh diri, merasa terpuruk. - hidup dari anak broken home memanglah susah, selalu merasa iri ketika melihat keluarga lain bahagia. semua itu sudah Rose rasakan. ° s...