Disebuah rimba di pedalaman pulau Sumatra, terdapat sebuah desa terpencil dengan penduduk yang hanya berjumlah 150 warga, 68 warga yang berumur 30 tahun ke atas hingga lansia, dan sisanya adalah remaja, anak-anak dan balita.
Sebenarnya, dahulu desa itu adalah sebuah desa dengan penghuni yang cukup banyak. Namun, sebagian dari mereka lebih memilih untuk pergi ke kota dan mengadu nasib disana. Alhasil, banyak mereka yang tidak kembali dan melupakan kampung halamannya sendiri.
Sebuah desa ditengah rimba yang jauh dari kata layak ditinggali itu, mempunyai infrastruktur yang sangat tertinggal dari desa lainnya. Apalagi jika dibandingkan dengan di kota, desa itu jauh dari kata memadahi. Tidak ada puskesmas, sekolah, apalagi pusat perbelanjaan.
Jika ada warga yang sakit, mereka masih percaya dengan tabib, atau yang biasa disebut sesepuh kampung. Jika ada ibu-ibu yang akan melahirkan, mereka hanya perlu memanggil dukun beranak. Dan tanpa alat apapun, bayi itu akan lahir dengan selamat.
Di desa itu, juga tidak pernah ada yang namanya sekolah. Hingga sekitar dua tahun yang lalu, ada orang kota yang bersedia menjadi guru tanpa meminta upah sepeserpun pada warga. Dan hingga saat ini, pemuda kota itu masih betah berada di rimba yang jauh dari hingar-bingar kehidupan kota.
Kebutuhan pokok penduduk desa itu akan dicukupi pemerintah kota. Setiap tiga bukan sekali, mereka akan mengirimkan keperluan seperti sandang dan pangan. Meski tidak diragukan lagi, desa itu memiliki cukup beras dan juga sayur mayur yang yang cukup melimpah dari hasil panen mereka.
Warga di desa ini selalu mengutamakan adat gotong royong. Akan tetapi, mereka tidak suka jika ada orang kota atau wartawan yang meliput desa damai mereka. Menurutnya, itu melanggar privasi penduduk. Oleh karena itu, setahun terakhir ini sudah tidak ada lagi orang kota yang menginjakkan kakinya disana, kecuali Andromeda.
Ya, berbeda dengan Andromeda. Pemuda berusia 27 tahun itu sudah dianggap warga sebagai bagian dari mereka. Selain mengajar sebagai guru, Andromeda adalah seorang pemburu yang sangat handal. Berkat Andromeda lah, panen mereka setiap tahun selalu berhasil. Jika dulu kawanan babi hutan sering merusak ladang mereka, tapi setelah kedatangan pemuda itu, semuanya aman terkendali.
Selain tampan, ramah, dan pintar, Andromeda juga terkenal sangat dermawan. Ia selalu memberi hasil panennya kepada warga yang lebih membutuhkan.
Meskipun Andromeda adalah seorang pemuda yang lulus dari Universitas ternama luar negri, ia masih tetap pandai bercocok tanam layaknya seorang petani yang hidup di kampung. Dan tidak tanggung-tanggung, diusianya yang baru menginjak 27 tahun, ia sudah berhasil menuntaskan pendidikan S3-nya.
Namun, seorang Andromeda lebih memilih hidup di desa itu dan meninggalkan kehidupan mewahnya di kota. Menurut bujang gagah itu, hidup tidak harus tentang mengumpulkan pundi-pundi uang atau bergaya dengan kekayaan dan barang mewah yang dimiliki. Akan tetapi, hidup adalah tempat untuk mencari sebuah kebahagiaan.
Dimana kita merasa bahagia, maka disitulah sebaiknya kita menetap. Itulah, prinsip sederhana seorang, Andromeda Ananta.
×××
Author secara terbuka akan menerima Krisan dari kalian.
🤗Jangan lupa tekan tombol bintang nya karena vote itu gratis.
🤩😍Salam
Ariskatiwi
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA
BeletrieMenyelesaikan misi 2×24 jam bukanlah perkara yang mudah. Dengan ketangkasan bela diri serta kemampuan otaknya yang genius, bujang gagah perkasa itu melawan para musuh tanpa ampun. Info story : Pencinta aksi, dianjurkan untuk membaca cerita ini. Penc...