1. A F(ake)amily

66 6 12
                                    

🍂🍂🍂🍂
Vote komen juseyo

🍂🍂🍂🍂Vote komen juseyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Haechan duduk santai di sofa sambil bermain game di ponselnya. Tampak begitu fokus sampai-sampai ia tak menghiraukan sang mama yang sedang memijat pelipisnya agar tidak meledak dahulu.

Begini, ibu mana yang tidak pusing jika harus menghadapi putra seperti Haechan. Lihat saja, di tangannya ada surat drop out dari sekolah dan juga surat tuntutan dari orang tua teman putranya, karena Haechan lagi-lagi membuat onar.

Jika dihitung-hitung, ah sudahlah. Nyonya Lee tidak sanggup lagi menghitung berapa kali ia sudah mengurus surat pindah anaknya. Sedangkan yang dipusingkan justru tidak ambil peduli.

Suara klakson mobil terdengar, wajah Nyonya Lee yang tadinya suram kini mendadak cerah. Seolah ia mendapatkan air di tengah keringnya gurun pasir. Dalam hati ia sudah menebak bahwa yang datang adalah putra sulungnya, Doyoung.

Ia menyambut dengan hangat kedatangan Doyoung yang masuk menggunakan kursi roda dibantu Salim, asistennya. Pria itu melepaskan jas hitam yang dikenakannya lalu menyodorkan ke Salim. Setelah itu sang asisten pun pergi, meninggalkan Doyoung bersama ibu dan adiknya.

Sulung keluarga Lee mendekat, mengamati Haechan yang bahkan tidak sudi hanya untuk sekadar mengangkat kepala. Adiknya itu benar-benar tidak sopan. Lagipula sejak kapan Doyoung peduli? Toh Haechan memang selalu seperti itu.

"Kali ini apa, Ma? Fraktur? Dislokasi? Drop out lagi, kan pasti?" tanya Doyoung setelah melihat beberapa lembar surat yang tergeletak di atas meja ruang tamu.

"Dislokasi kaki bagian kiri, Doy. Sedangkan yang lainnya babak belur dan masih dirawat di rumah sakit," ucap Nyonya Lee dengan wajah sendu. Ada helaan napas panjang di akhir kalimatnya.

Doyoung melirik adiknya, sedangkan anak itu justru mengorek telinga seorang tak ingin mendengar apapun. Ayolah, Doyoung bahkan belum mengatakan apa-apa dan Haechan malah beranjak pergi?

"Haechan!" panggil Doyoung agar adiknya itu menghentikan langkah. Mau tak mau, Haechan pun berhenti walau ogah-ogahan.

Doyoung mengalihkan pandangannya ke arah sang mama. "Ma, bisa tinggalin Doyoung bicara berdua sama Haechan?"

Sang mama melirik kedua putranya bergantian sebelum akhirnya mengangguk pelan. Ia mengelus bahu Doyoung sebelum benar-benar pergi. Kepalanya saat ini seolah ditimpa batu seratus kilogram, hingga berdiri saja membutuhkan tenaga lebih.

Doyoung merotasikan kursi rodanya hingga sampai di belakang Haechan. Ia menatap punggung adiknya dengan tatapan serius.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini terus?" Doyoung membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Bukan urusan lo. Urusin aja perusahaan papa, sejak kapan lo peduli sama gue?" balas Haechan ketus lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Bukan urusan kakak?" ucap Doyoung, membuat kaki Haechan seketika terpaku pada lantai. "Ya jelas urusan kakak, lah."

With(out) Me : HAECHAN FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang