3. Upacara Bendera

40 3 6
                                    

• Senin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Senin

Suara siswa siswi menyanyikan lagu Indonesia Raya mengiringi sang bendera merah putih menuju puncak dan berkibar di langit biru. Semua tangan kanan terangkat guna menghormati sang merah putih, menantang matahari yang bersinar terik di atas sana.

Angin seolah ikut memberi restu, membuat bendera Indonesia yang diperjuangkan oleh para pahlawan kini menari menghias langit. Butuh jutaan nyawa dan ribuan genangan darah juga keringat untuknya sampai di sana, sehingga semuanya tampak bersungguh-sungguh dalam mengikuti upacara hari ini.

Upacara pun berlanjut hingga pembacaan teks pancasila oleh Pembina Upacara di mana hari ini kepala sekolah berkesempatan untuk hadir. Beliau pun membacakan teks pancasila dan diikuti oleh seluruh peserta upacara.

Kali ini upacara berjalan lancar, mulai dari pemandu upacara dengan suaranya yang tegas, kelompok pengibar bendera yang tampak berwibawa, paduan suara yang benar-benar bisa dibawakan dengan baik, dan lain-lain. Seolah hari ini Tuhan sungguh memberikan restunya.

Hingga sampailah pada sesi sambutan atau amanat dari Pembina Upacara. Pak Taeil sebagai kepala sekolah pun memberikan salam terlebih dahulu dan langsung disambut hangat oleh para muridnya. Beliau terkenal dengan sikapnya yang ramah namun tetap tegas sehingga disukai sekaligus disegani oleh siswa siswi maupun guru-guru.

Pak Taeil menyapu pandang murid-muridnya dari ujung kiri ke ujung kanan. Memastikan bahwa semua siswa mentaati peraturan dalam upacara, seperti memakai dasi, topi, sabuk, dan lain-lain.

Jangan salah, beliau masih bisa melihat secuil kesalahan walau dalam kerumunan sepadat itu. Beliau sepertinya cocok dengan lagu Rhoma Irama di mana liriknya berbunyi, "Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, semut di seberang lautan tetap kelihatan. Oh keterlaluan~" oke cukup dangdutnya.

Kita kembali pada pandangan pak Taeil yang terhenti di sebelah kanannya, di mana ada salah satu siswa berjalan memasuki lapangan upacara dengan memakai baju olahraga. Tanpa rasa bersalah, siswa tersebut langsung membaur di barisan begitu saja.

Kesal karena merasa anak itu tidak memiliki sopan santun, ia pun memanggil siswa tersebut menggunakan mic. "Heh itu kok ada yang langsung masuk tanpa babibubebo ke saya? Kamu siswa sini bukan?"

Sang murid yang dipanggil tidak menggubris, ia justru menangkap capung yang hinggap di bahu temannya. Menyatukan kedua sayap hewan itu hingga terdengar bunyi, "Bbhrrrk. Bbhrrrk."

"Haechan! Haechan! Lo dipanggil, bego!" suara Sora tiba-tiba terdengar. Haechan menoleh dan langsung mendapati ekspresi garang itu lagi.

"Ada apa sih?" tanya pria itu dengan wajah polos yang semakin membuat Sora ingin menginjaknya sampai gepeng.

"Lo dipanggil pak kepsek, Haechan Lee!!" Sora geregetan. Tak tahu lagi bagaimana ia bisa menghadapi human santuy seperti Haechan. Dadanya saat ini saja sudah hampir meledak, bagaimana nanti?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With(out) Me : HAECHAN FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang