Ku turun dengan wajah yang masam. Ku lihat wanda yang mengobrol dengan zyan.
Wanda sialan! - batinku
Kini mata wanda melihat ku yang memasang raut masam, dan wanda menahan tawa.
Ku tatap dia tajam seakan berkata "awas kau", dan kini wanda sedang menampilkan cengiran andalanya.
"tumben udh bangun" zyan
"hmm" ku jawab dengan dehaman sambil melirik wanda malas. Dan yang di lirik cuma cangar-cengir.
"berangkat sendiri apa papah antar?" papa
"mmm....sendiri aja deh pah"
"yakin?" papa
"yakin pah"
"Yaudah papah berangkat dulu ya"
"yaudah hati2 pah..." setelah itu aku menyalimi papah.
"bun juju jg berangkat dulu yaa"
"gak sarapan dulu?" bunda
"gak deh bun, males... Ada anak alay" ujarku malas dengan melirik wanda sinis
"yaya maap jujuuu... Masa gitu aja marah:("
"hmm"
Ku berjalan dengan langkah malas ke luar rumah.
"jujuuuu tungguin ihh!" wanda
Ku putar bola mata malas dan berbalik.
"lama lo"
"ihh juju jahaattt sama inces!" wanda
"alay najis!"
"yok jalan" wanda
Dapat setengah perjalanan ada motor terus mengiringi jalanku, motor kelihatan begitu asing.
Jangan jangan jambret lagi?! - batinku.
"ju, lu sadar gak si, itu motor dari tadi ikutin kita terus ?" tanya wanda
"ya gitu"
"hiih! Kaya gitu aja marah! Harusnya terimakasih dong gw bangunin pagi2!"
"yaya" jawabku malas sambil memutar bola mataku
"juuu"
"Apa lagi siiii"
"itu motornyaaaa, kayak gak asing" wanda
"terus??"
Hening... Namun seketika wanda berteriak di sebelah telingaku.
Aku tersentak."APA SIH WAN!"
"itu... Itu... Itu gebetan gue juuuuu ituu liatttt dia ngikutin gue doonggg kyaaaa" wanda
"gila"
Lalu motor itu berhenti dan pengendara itu turun.
"wanda?"
"i... I... Iya kak" wanda
Bisa ku tebak hati wanda saat ini menjerit2 tidak jelas.
"berangkat bareng?"
"eh tapi juju?" wanda
"udh... Itu kesempatan lo!"
"eum... Yaudah deh boleh kak" wanda
Setelah itu wanda pergi bersama si gebetanya(?)... Hmm, sekarang aku sendiri...
Naik angkot gak ya?
Yahh jangan deh sayang, udh setengah perjalanan, Yaudah lah dikit lagi nyampe!
Ku lanjutkan perjalananku, dan setetes air turun dari langit, ku tadahkan tanganku untuk memastikan hujan atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUPITER
Teen Fiction"Kita hidup dalam skenario tuhan, gak ada yang tau kedepannya. Kita cuma bisa ikuti alurnya" Itu memang pernah ku ucapkan dulu,dan kini ku mencoba menghadapi scenario tuhan dalam hidupku. Hingga berhadapan dengan berbagai konflik. Ku coba tenang unt...