O2. sick ☆ミ

38 9 9
                                    

Keadaan kelas yang ramai tak mempengaruhi Naya Arinda Adsy untuk bergabung bersama teman-temannya. Ia justru lebih memilih untuk duduk menopang dagu dan menatap lapangan sekolah dengan beberapa siswa yang sedang berlarian entah untuk apa.

Katakanlah, Naya sedang galau. Sang Bayuaji-nya hari ini tak datang ke sekolah dikarenakan sedang sakit.

Pagi tadi, saat ia sedang menunggu Bayu untuk berangkat bersama seperti biasa, tiba-tiba ia mendapat notifikasi pesan masuk.

Bayu: Nay, maaf ya gak bisa anter
Bayu: Aku gak enak badan, gak berangkat sekolah dulu
Bayu: Maaf banget...

Tiga rentetan pesan itu cukup membuat perasaan Naya menjadi gelisah. Ia malas melakukan apapun hari ini. Maka dari itu, sejak pagi sampai siang ini yang ia lakukan hanyalah berdiam diri di tempat duduknya.

"Heh."

Gadis itu mendongak, mendapati seorang Kirino sudah berdiri di hadapannya.

"Daritadi diem mulu perasaan," tegurnya.

Sedangkan Naya tertawa canggung. "Iya. Haha. Lagi gak mood."

Kirino-atau yang akrab dipanggil Ino-menautkan alisnya. "Kenapa deh?"

"Pacar gue sakit."

"Pacar lo si Bayuaji kan, ya? Yang anak MIPA 3?"

Naya mengangguk, membuat Kirino membulatkan bibirnya.

"Jengukin coba. Daripada galau," ujar Kirino. Naya hendak protes, tapi perkataan teman sekelasnya itu terlalu tepat untuk disangkal.

"Iya, pulang nanti rencananya emang mau jenguk, kok, sama Aji."

Kirino bergeming sesaat, baru setelahnya mulai berbicara. "Gue gak deket sih sama Bayu, tapi titip bilangin ya, semoga cepat sembuh."

🍂

"Nay, kayaknya gue gak bisa ikut masuk, deh," ujar Aji setelah keduanya sampai di kediaman Bayu.

Naya mengernyit heran. "Kenapa?"

"Baru inget ada kerkel, deadline besok. Gimana nih?"

Mendengar jawaban tersebut, Naya memutar bola matanya. "Bener-bener ya lo. Makanya jangan suka nunda-nunda, Jinendra," ujarnya, "Ya udah. Nanti gue titipin salam aja ke orangnya."

Aji meringis senang. "Sip deh. Gue selesai habis Isya kayaknya. Lo kalo balik malem juga, nanti kabarin gue aja."

Naya mengangguk. Ia menatap Aji dan motornya yang perlahan hilang menjauh, kemudian ia bergerak memasuki kediaman Bayu yang langsung disambut oleh asisten rumah tangga keluarganya.

Naya tersenyum. "Mbak, Bayu di dalem, kan?"

"Oh, iya. Ayo, sini masuk." Si mbak berjalan menunjukkan arah menuju kamar Bayu, sedangkan Naya hanya diam mengekor.

Setelah sampai, pintu pun dibuka. Menampilkan kamar seorang Bayuaji yang bercat hitam-putih, memberikan kesan minimalis pada setiap sudutnya.

"Ini dek, Mas Bayu dari pagi tidur terus sampe belum makan. Padahal sudah mbak siapin bubur," ujarnya. Naya dapat melihat seorang Bayu yang masih menggeliat dengan selimut menutupi hampir seluruh tubuhnya.

"Ya udah mbak, nanti Naya coba bujuk biar mau makan."

Si mbak langsung tersenyum. "Ah, iya, makasih ya, Dek Naya. Mbak mau lanjut masak dulu," pamit si mbak. Selepas keluarnya beliau, pintu kembali ditutup. Menyisakan Naya dan Bayu dalam hening.

Kantong plastik berisi cemilan yang tadi sempat dibelinya ia taruh di nakas, tepat di samping bubur yang tadi disebutkan asisten rumah tangga Bayu. Kemudian Naya duduk di tepi ranjang, mengelus pelan rambut ikal kekasihnya.

"Bay, belum makan?" tanya Naya dengan suara rendah, mengambil semangkuk bubur di nakas tadi. Sedangkan pertanyaannya hanya dijawab dengan gelengan lemah.

"Ya udah, sekarang makan. Jangan sampe nggak."

Gadis itu mulai menyendok buburnya, perlahan diarahkan pada mulut Bayu. Awalnya Bayu bergeming, namun tak lama mulutnya terbuka.

Setelah bubur habis, Naya menaruh mangkuk tersebut ke atas nakas lagi. Kemudian kembali pada posisi awal; duduk di tepi ranjang Bayu.

Naya tersenyum, terkekeh sekilas karena Bayu benar-benar langsung tertidur setelahnya. Bahkan sepertinya, lelaki itu tak menyadari eksistensi Naya di sebelahnya.

Ia menarik selimut Bayu sampai leher, kemudian beranjak dan melihat-lihat isi kamar kekasihnya.

🍂

Mata Bayu mengerjap-kerjap, mencoba menyesuaikan penglihatannya akibat cahaya lampu yang menyeruak masuk ke dalam retina.

Ia menolehkan kepalanya asal ke arah meja belajar, dimana samar-samar ia dapat menangkap siluet seseorang yang tengah menelungkup disana.

Bayu perlahan bangkit, mendekat dan mengerjap sekali lagi sampai ia dapat mengenali postur seseorang itu.

"Naya?" panggil Bayu. Dan dalam sekali sebut, tubuh si empunya nama langsung menegak.

"Eh, kamu kenapa berdiri?" Naya menarik tangan Bayu dan mendudukkannya di tepi ranjang. "Udah, disini aja, kamu lagi sakit gak usah banyak tingkah."

Bayu terkekeh sedikit. Genggaman keduanya yang belum terlepas ia tarik, membuat Naya terjatuh dan ikut duduk di sebelahnya.

"Aku cuma sakit demam, Nay, bukan kena diabetes sampe jalan dikit aja dibilang lemes."

Naya mencibir. "Nyatanya tadi kamu aku suapin diem aja. Ga nyadar apa-apa."

"Loh?! Kamu disini dari kapan?"

"Pulang sekolah." Kini giliran Naya yang terkekeh. "Tuh, kan, ga sadar."

"Terus kenapa belum pulang?" Bayu melirik pada jam di sudut kanan ruangannya. "Sekarang jam tujuh malem, loh, Naya."

"Tadi mbak izin pulang terus katanya mama kamu lembur, jadi aku stay disini deh. Oh iya, sekalian nunggu Aji selesai kerkel juga biar ada temen pulang."

Sorot pandang Bayu menghangat disertai dengan bibirnya yang tersenyum ringan. Ia mendekat, menumpukan kepalanya di atas bahu Naya, sedangkan tangannya melingkar nyaman di pinggang.

"Makasih, ya, makasih banyak udah sempetin jenguk kesini, bahkan sampe malem. Padahal aku ditinggal sendiri juga gapapa. Maaf kalau jadi ngerepotin."

Tangan kiri Naya bergerak menyisir rambut hitam Bayu, dan tangan kanannya mengelus punggung kekasihnya.

"Apa sih. Jangan pernah bilang kalau kamu ngerepotin because you are not, Bayu. Aku kaya gini kan karena keinginan sendiri, tanpa paksaan orang lain."

"Tapi tetep aja nggak enak..."

"Ya udah, makanya cepet sembuh," ujar Naya. "Aji, Ino juga pengen kamu sembuh."

Alis Bayu mengerut bingung. "Ino?" ulangnya, sambil melepaskan diri dari pelukan untuk tatap sang terkasih.

"Ah-" Naya mengerjap, "temen kelas aku maksudnya. Yang mirip orang Jepang."

Bibir Bayu membulat sesaat. "Kalau kamu gak dateng, mungkin sembuhnya lebih susah," jedanya, kembali manja dan memeluk erat Naya, "tapi karena kamu udah dateng, pasti sebentar lagi sembuh. Makasih, ya, you should know that I love you so freaking much."

Naya terkekeh. "What a cheesy boyfriend."

"But, yeah, I love you more, Bay."







─────⊱◈◈◈⊰─────


hueee ini panjang banget sampe 900 words, semoga ga pada bosen yaa. :(

Lacuna [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang