O3

47 11 83
                                    

"Barbie Jung! Bangun cepetan, 20 menit lagi telat sekolah!"

Aku mengerang. "Bangunin 5 menit lagi atau guyur aja aku."

"Gausah kayak gitu. Cepetan!"

Aku mendengus kesal. Langsung saja kulempar gulingku ke arah si narsis itu.

"Aw! Kok malah dilempar??" protes nya.

"Kamu punya waktu 10 menit untuk siap-siap, kalo gak aku tinggal!"

"Tinggalin aja daritadi!" teriakku dari kamar mandi. Aku bisa mendengar suara dengusan dari kamar -- masa bodo, aku gak peduli dia mau ngapain.

"Barbie! Lama banget sih?"

Yaampun. Aku baru masuk 3 menit yang lalu, Tuan Jung.

"Udah tuh, aku udah keluar! Udah rapi! Ayo cepetan!" teriakku pada Jaehyun yang sudah entah dimana.

"Ish, kemana sih?"

Lalu kudengar bunyi klakson mobil milik Tuan Jung narsis Jaehyun.

Aku naik ke mobilnya. "Berapa menit lagi kita telat?" tanyaku lalu mengoles pelembab ke bibirku.

Dia menjawab dengan kesal, "gatau."

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke sekolah -- mungkin memakan waktu sekitar 10 menit karena untungnya sedang tidak macet.

Kalau macet, aku pasti sudah panik daritadi.

Aku segera keluar lalu berlari ke kelasku.

"Nanti latihan, jangan lupa!" teriak Jaehyun dari dalam mobil.

Sampai dikelas, ternyata masih banyak anak-anak yang belum sampai. Dasar anak-anak pemalas.

"Tumben telat banget?" tanya Lia sambil menyodorkan yogurt yang setiap pagi ia beli di kantin.

Aku mengambilnya lalu membanting badanku ke tempat duduk.

"Telat bangun."

"Lagian kemaren pake latihan segala sih."

Aku mendongak. "Latihan apa?"

Dia menaikkan satu alisnya. "Lupa?" Aku mengangguk.

"Kata kamu--"

Ucapan Lia terpotong karena guruku masuk ke kelas -- bersama seseorang yang sudah kulihat sebelumnya.

Aku lebih memilih melihat ke jendela, menghiraukan Lia yang daritadi menarik-narik lengan baju ku sambil bilang, "astaga! Itu dia, itu dia! Gimana penampilan ku? Bagus gak?"

Guruku mulai memperkenalkan anak itu pada kami. "Namanya Lee Jeno, kalian baik-baik ya sama dia."

Lalu guruku bilang sesuatu pada Jeno dengan suara yang kecil tetapi masih bisa ku dengar walau samar-samar. "Kalo ada apa-apa, langsung bilang ya."
Lalu Jeno mengangguk.

Jeno memilih tempat duduk di sebelah aku dan Lia, yang diisi oleh Jaemin sendirian, karena cuma itu yang kosong.

Aku menghela napas lalu mengapit kedua pipiku sambil mendengar guruku menjelaskan tentang rumus matematika-- entah apa namanya.

"Ron-- temenin ke kamar mandi yuk?? Aku pengen ngaca nih," kata Lia sambil menggoyangkan badanku.

Aku menoleh malas. "Ngapain?"

"Ngaca."

"Ayoo." Lia menarik tanganku keluar kelas.

Sampai di kamar mandi, Lia mengeluarkan bedak dan liptint dari kantong roknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗆𝖺𝗇𝗂𝖺𝖼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang