Panas terik

1 0 0
                                    

Siang di Makassar hari itu amat panas. Matahari seperti begitu dekat dengan bumi. Aku mulai mengemas barang kedalam tas ransel yang ingin ku bawa pulang. Rencananya setelah sholat duhur aku berencana untuk kembali ke Bulukumba. Tidak seperti biasanya, tujuanku pulang kali ini bukan karena sedang libur kuliah atau sedang ingin menjenguk keluarga. Tapi tujuanku kembali kali ini karena aku ingin mengajak pemuda di kelurahanku untuk menghidupkan kembali karang taruna.

Karang taruna itu adalah organisasi kepemudaan yang di bentuk secara independen di desa dan kelurahan untuk bagaimana mengawal permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Bukan hanya itu, Karang taruna juga memiliki banyak fungsi yang menurutku sangat relevan untuk di lakukan pemuda masa kini. Tujuan dari organisasi yang di bawahi oleh kementerian sosial ini sangat baik dan menurutku harus bisa di hidupkan.

Beberapa bulan sebelum wacana pembentukan ini, aku sedang mencari kawan untuk bersama menggarap pembentukan karang taruna di kelurahanku. Beberapa pemuda kemudian mulai ku hubungi melalui messenger dan WA. Tapi, beberapa hanya merespon biasa dan beberapa juga beralih sibuk dan tidak punya kesempatan.

Dari sekian banyak pemuda yang ku hubungi, sam adalah pemuda yang merespon pertama kali. Ia kemudian mengajak untuk bertemu dan berdiskusi terkait bagaimana pembentukan itu di realisasikan. Tapi, aku tidak langsung bertemu dan berdiskusi langsung dengannya. Beberapa hal hanya ku diskusikan lewat messenger. Maklum saja, saat itu aku sedang di sibukkan dengan rutinitas kuliah dan beberapa kegiatan di organisasi kampus. Jadi aku tidak memiliki kesempatan untuk kembali ke Tanete barang sehari dua hari.

Beberapa hal ku diskusikan dengan sam terkait bagaimana baiknya pembentukan secepatnya di lakukan. Sam pun kemudian memutuskan untuk berdiskusi dengan lurah dan kemudian membuat surat yang berisi pembentukan Karang Taruna Tanete dan di sebarkan ke beberapa pemuda yang ada di kelurahan Tanete.

Semalam sebelum kembali ke Tanete, sam memberi informasi bahwa pertemuan akan di laksanakan dua hari kedepan. Aku pun memberikan respon dan memberikan janji untuk bisa hadir pada pertemuan tersebut.

Selang beberapa menit setelah memberikan janji untuk kembali ke Tanete, aku menghubungi rekanku yang juga kuliah di kota Makassar. Malam itu aku coba menghubunginya dan mengajak untuk pulang ke Tanete barang dua atau tiga hari. Aku juga memberi tahu apa tujuanku untuk pulang. Dan dia sepakat untuk hal tersebut. Kami pun kemudian bersepakat untuk pulang setelah sholat dhuhur esok harinya.

Siang itu, sekitar pukul 12 lewat 45 menit yang telah disepakati. Aku kembali menghubungi rekanku untuk bertemu dimana agar bisa kembali bersama. Dia kemudian memberikan alamat tempat untuk bertemu disana. Setelah selesai sholat dhuhur aku pun kemudian berangkat dari kos tempatku tinggal menuju tempat yang di sepakati bertemu.

Sekitar 15 menit berkendara di tengah panas terik jalan di sepanjang perintis kemerdekaan dari jalan sahabat tempat kosku hingga sampai di jalan AP. Pettarani tempat yang di sepakati. Aku pun bertemu temanku yang sedari tadi menunggu di depan MCd Pattarani. Setelah bertemu kami pun memutuskan untuk segera berangkat agar tidak terlalu larut malam sampai di Tanete.

Kami pun berangkat dan memutuskan untuk melewati jalan A.P Pettarani menuju jalan Sultan Alaudin kemudian memasuki kabupaten Gowa. Sepanjang jalan kami banyak berhenti karena macet yang tak lagi bisa di hindari. Sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak setelah jembatan kembar di kabupaten gowa untuk membeli minuman dingin.

Setelah berhenti untuk membeli minuman, aku pun baru sadar bahwa dompet yang ku simpan di kantong belakang celanaku tidak ada dan kemungkinan tercecer di sepanjang jalan yang sudah kami lewati tadi.

Jam sudah menunjukkan pukul 16 lewat 50 menit sebelum akhirnya kami memutuskan untuk kembali mencari dompet ku yang tercecer. Aku berdalih dompet itu jatuh di depan MCd Pettarani tempat aku dan temanku bertemu. Kami pun kembali menelusuri jalan yang begitu macet dan ramai. Sepanjang jalan kami mencoba untuk melihat ke arah jalan yang kami lewati tadi seraya berharap dompet kulit hitam milikku bisa di temukan. Tapi, sepanjang jalan yang kami lewati kembali tak ada tanda tanda dompet milikku bisa di temukan. Kami pun sejenak berhenti di depan Indomaret Pettarani samping McD untuk mencari dompet dan menanyakan kepada beberapa orang yang berada disana. Tapi nihil, tak satupun orang melihat dompet yang tercecer di jalan ataupun bahu jalan.

Aku berusaha menghubungi temanku yang ada di Makassar seraya ingin memposting berita kehilangan di laman info Makassar di Fb. Tapi sialnya, hpku saat itu mati total begitu pun temanku. Kami pun bersepakat untuk kembali mencarinya dengan kembali menelusuri sepanjang jalan yang sudah kami lewati sebelumnya.

Hari sudah berganti malam, namun dompet milikku pun belum ada tanda tanda di temukan. Bukan hanya itu, kini aku dan temanku pun tidak saling mengetahui letak lokasi karena tidak sengaja berpisah saat menelusuri jalan yang macet. Akupun memutuskan untuk menunggunya dan berharap ia ada di belakang dan bukan di depan.

Sekitar 10 menit menunggu, aku mencoba untuk kembali menghidupkan hpku untuk mengabari dimana temanku berada saat sekarang. Tapi baterai hpku sisa 2% lagi. Aku sempat menghubungi temanku dan menanyakan keberadaannya. Tapi belum sempat ku dengar jelas posisinya hpku kemudian mati.

Di tengah kebingungan dan kekhawatiran karena dompet milikiku tak juga ditemukan. Aku sempat hendak kembali dan berputar arah ke kota Makassar dan kembali ke kos untuk kemudian esok harinya melaporkan berita kehilangan di kantor polisi. Aku juga takut melanjutkan perjalanan lantas aku tak punya kelengkapan surat surat berkendara yang ada di dalam dompet ku yang hilang.

Lama aku diam dan kebingungan sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk jalan terus sambil berharap temanku berhenti dan menunggu di tempat yang tak aku tau dimana. Aku hanya berharap bisa bertemu dan berdiskusi bagaimana baiknya. Setelah beberapa lama, aku pun bertemu temanku di depan Indomaret di jalan menuju perbatasan Gowa Takalar. Dia tampak khawatir sama khawatirnya dengan apa yang kurasakan. Aku pun singgah dan menenangkan diri seraya berdiskusi bersama temanku.

Malam sudah larut, jam menunjukkan pukul 20:15 menit sebelum pada akhirnya aku memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke Tanete. Aku memutuskan untuk mengurus dompetku yang hilang setelah kembali seraya berharap ada yang menemukannya dan melaporkannya ke kantor polisi terdekat. Aku tidak ingin apa yang telah ku rencanakan sebelumnya berantakan. Aku harus kembali dan Karang Taruna Tanete harus di hidupkan. Aku harus datang dan menghadiri rapat pertemuan yang sudah direncanakan oleh temanku sam dan pemuda pemuda lainnya.

Kami pun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Tanete dan melewati beberapa jalan yang sunyi karena malam sudah sangat larut untuk melakukan perjalanan jauh. Kami pun tiba di Tanete sekitar pukul 00:25 menit dan kemudian kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat terlebih dahulu.

SIPAKATAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang