Nahkoda Baru

0 0 0
                                    

Pagi pagi sekali ibu membangunkan aku dari tidur yang lelap. Katanya sedari tadi alarm di hpku terus berbunyi dan terus berulang setiap 10 menit. Merasa terganggu akhirnya ibu masuk kamar dan melepas selimut dari tubuhku.
"Bangun, Anak muda tidak boleh kesiangan nanti jodoh nya jauh" ibu kemudian keluar kamar sambil terus mengomel. Aku hanya mendengar dan masih terus menahan kantuk yang masih belum juga ingin pergi.

Sekali lagi alarm di hpku berbunyi, aku kemudian mencoba menggapainya di atas meja belajar dan mencoba mematikannya. Sekilas kulihat di layar hp jam sudah menunjukkan pukul 07 lewat 35 menit. Aku coba untuk menarik nafas dan menenangkan diri berharap kantuk sudah menemukan jalan untuk pergi dan mataku sudah tidak lagi berat untuk terjaga.

Ku lihat kembali jam di layar hpku ternyata aku sudah meninggalkan waktu subuh. Aku lagi lagi tak menunaikan sholat subuh dan lagi lagi ayam mengambil rejekiku. Dengan masih menahan kantuk dan mencoba membuka mata lebar lebar ku seret tubuhku perlahan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Keluar dari kamar mandi ibu tiba tiba kembali memulai Omelannya. Namun kini agak lunak.
"Kamu kenapa pulang tidak bilang bilang terlebih dahulu, ada urusan apa" tanya ibu memandangiku dari jarak 5 langkah dariku.

"Kan tidak harus bilang kalau mau kembali bu, anaknya pulang bukannya senang tapi malah di tanyai kenapa pulang" jawabku sambil melangkah kembali ke kamar.

"Ganti bajumu dan lekas sarapan, di meja sudah ada pisang goreng. Kamu itu datang Tengah malam langsung ke kamar dan tidur begitu saja." Ibu kembali mengomel

"Iya bu, tunggu" jawabku sambil  membersihkan mukaku dengan handuk

Aku duduk di beranda rumah setelah ibu menyuruhku untuk menyeduh teh dan memakan pisang goreng yang di buatnya sedari tadi. Ku hirup udara segar Tanete di beranda depan rumah. Terasa begitu sejuk dan nyaman meskipun waktu sudah memasuki pukul 08:25 menit. Suasana seperti ini tak pernah aku temui di kota Makassar.

Setelah waktu menunjukkan pukul 09:15 menit, setelah beberapa pisang goreng ku nikmati bersama teh hangat. ku kuputuskan untuk segera mandi dan bersiap-siap untuk segera ke pertemuan yang di kantor lurah.

Setelah mandi dan bersiap-siap berangkat, aku mencoba untuk mencari dompetku. Aku mencoba mencarinya di kasur dan di saku celana panjangku. Aku tidak menemukannya sampai ibu mengatakan bahwa memang aku tidak membawa dompet. Baru setelah itu, aku sadar dan baru ingat bahwa dompetku ternyata tercecer di jalan saat perjalanan pulang ke rumah semalam. Aku mencoba mengatakannya pada ibu. Dan benar saja aku kenah marah dan Omelan lagi selama kurang lebih 15 menit sebelum waktu menunjukkan pukul 10:45 menit.

Beberapa pesan singkat sudah mulai ribut secara bergantian masuk di messenger hpku. Kuperiksa beberapa pesan penting saja. Salah satunya pesan sam yang menanyakan dimana posisiku dan mengatakan kegiatan sudah molor dan sebentar lagi akan di mulai.

Setelah memakai sepatu sambil mendengarkan omelan ibu, aku pun kemudian pamit dan berkata agar marah marahnya di pending dulu. Entah kenapa ibu pada saat itu hanya menatap dengan wajah yang sedikit maram dan terpaksa menghentikan Omelannya seraya ku cium tangannya dan pamit untuk ke kantor lurah.

Setelah menjemput temanku yang juga sedari tadi mengabari lewat messenger. Akupun kemudian berangkat bersama ke kantor lurah dan tiba saat kegiatan sudah di mulai. Aku dan temanku pun kemudian duduk seraya mendengar arahan dari rapat pembentukan karang Taruna yang di ambil alih oleh bapak lurah.

Beberapa pemuda terlihat duduk di depanku, tapi hanya sedikit dari banyaknya pemuda yang ada di kelurahan Tanete. Aku tidak tau mengapa hanya itu. Tapi kata sam Beberapa pemuda sudah di undang hanya saja yang hadir beberapa saja. Akupun tidak begitu menghiraukan. Karena ku pikir mereka sedang sibuk dengan aktivitas mereka.

SIPAKATAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang