hati humaira

28 9 0
                                    

Setelah kejadian kecelakaan itu, lambat laun semuanya berjalan normal, seperti humaira yang kini di sibukkan dengan kegiatan nya belajar untuk mempersiapkan diri untuk kuliah sedangkan silvi kecelakaan itu membuatnya trauma kini humaira lah yang selalu menemani untuk berobat seminggu sekali ke rumah sakit.  dr arza adalah dokter yang menangani silvi, memberi semangat pada silvi dan memotivasinya seperti hal nya hari ini, humaira menemani silvi untuk berobatnya.

"udah sana masuk aja ,aku nunggu disini kok." ucap humaira di depan pintu ruangan dokter arza.

"iya,ira .aku masuk dulu ya. " pamit silvi dan di jawab anggukan humaira dengan senyuman dibalik cadar nya .

Humaira pun duduk di kursi tunggu sembari membuka aplikasi instagram nya dan membaca kata kata mutiara atau sejenisnya di beranda instagram miliknya.

"assalamualaikum ,humaira. " suara laki laki dari samping humaira sontak humaira mendongak ke arah samping, melihat siapa yang datang, yang tak lain adalah dokter arza yang berdiri di samping nya.

"wa-waalaikumsalam, ada apa ya?" jawab humaira gugup,entah apa perasaan humaira tapi, selalu begini jika ada dokter arza di dekatnya.

"ini aku ada novel buat kamu,bagus kok insyaallah,buat baca baca. " ucap dokter arza mengulurkan paper bag ukuran sedang pada humaira.

"novel?." tanya humaira bingung, karna sejak kapan dokter arza tau humaira hobi membaca novel, atau mungkin hanya kebetulan ,pikir humaira saat itu.

"kamu tidak menyukainya? ".
"i iya saya menyukainya kok terimakasi dok. " jawab humaira ragu lalu mengambil paper bag itu.

"baiklah kalau begitu saya memerikasa silvi dulu, assalamualaikum." ucap dokter arza lalu meninggalkan humaira.

"waalaikumsalam. " jawab humaira menunduk lalu melihat ke arah dokter arza yang sudah memasuki ruangan nya.

"allah, kenapa ini" gumam humaira memegang dada nya yang berdetak sangat cepat itu sesekali melihat paper bag yang baru saja ia menerimanya dari dokter arza.

Setelah beberapa menit hampir setengah jam humaira menunggu sahabat nya itu sembari terus menatap pintu putih, pintu ruangan dokter arza dengan gelisah dan berharap keadaan silvi lekas membaik setelah beberapa kali berobat ini.

Tak lama kemudian keluarlah seseorang dari ruangan dokter arza yang tak lain adalah silvi, sahabat humaira dengan suster di sampingnya,humaira pun langsung menghampiri sahabatnya untuk menggandengnya dan pulang bersama.

"gimana tadi kata dokter nya vi,kamu lebih baik kan? " tanya humaira di sela sela perjalanan pulang, dan kali ini tidak menggunakan taksi tapi dijemput oleh kakak nya humaira, kak zun.

"iya ra, alhamdulillah. Eh itu kamu bawa paper bag isinya apaan?perasaan tadi kita gak mampir mampir kan ra? ." tanya silvi melihat paper bag sedang di samping humaira.

"owh ini,tadi ada yang ngasih novel, mau lihat? Nih vi ,aku malah belum lihat novel apaan itu" jawab humaira kemudian memberikan paper bag itu pada silvi sahabat nya.

"eh jangan jangan pacar mu ya dek, atau.... Pengagum dalam diam, hahaha!." ejek kak zun menggoda adik perempuan nya ini sembari fokus menyetir.

"apaan sih kak, gak jelas dah!!."

"eh btw kak zun kaya nya ada bener nya deh ra?."

"maksud kamu apa vi? " tanya humaira dengan melihat ke arah silvi yang nampak heran.

"ini kan, bentar-bentar..... Bener kan ini novel yang waktu itu kamu mau beli tapi gak jadi,waktu kamu pilih salah satu ituu aku inget waktu di toko buku, kamu kaya bimbang gitu kan ra? Bener gak?, kaya nya bener deh."

"emang bener dek? " tanya kak zun yang rupanya menyimak pembicaraan kami berdua.

Humaira mengerutkan dahinya, berpikir keras. Dan memang benar waktu itu novel ini humaira mau memilihnya waktu di toko buku, bagaimana dokter arza tau?

"iya kaya vi, tapi mungkin kebetulan aja" pikir humaira, bagaimana bisa dokter arza tau novel ini adalah novel incarannya.

"eh btw siapa yang ngasih?"
"iya dek, siapa yang ngasil kebetulan bangat tuh"

"ada tadi, eh tapi silvi tadi gimana sama dokter arza. " tanya humaira mengalihkan pembicaraan.

"masyaallah dia perhatian banget ra, kadang ni ya dia chat aku ra, untuk nanyain kabar gitu. " jawab silvi dengan penuh senyuman.

"oh ya, terus?. "

'allah jangan biarkan aku mencintai orang yang salah, biarkan rasa ini hamba pendam sendiri, silvi lebih berhak atas ini'. Gumam humaira dalam hati sembari mendengarkan ocehan sahabatnya itu.

~•••••~

Kini arza sedang senyum senyum sendiri di ruangan nya sembari memainkan bulpoin yang ada di genggamannya dengan di putar putar di tangan.

Brak!!...

Seseorang menggebrak meja arza yang tengah melamun itu.
"astaghfirullah, rofiq!!huh!! " ucap arza terkejut dan berdengus kesal.
"lo bisa nggak sih salam dulu kek! "

"iyaiya, assalamualaikum mas arza. "

"hem waalaikumsalam, ngapain lo kesini? "

"jadi gini.." ucap rofiq menggantung sementara arza fokus menatapnya dengan mengangkat satu alis nya.

"paan sih lo gak jelas, gua nunggu nih." jawab arza greget melihat teman nya ini.

"iya tau lo lagi kasmaran tapi jangan gini juga kali, gimana tadi, humaira suka nggak?."

"hemm, itu iya humaira suka katanya makasi. " jawab arza

"tu kan apa gua bilang, ide gua bagus kan?"

"iya bagus tapi bentar, itu ide gua kali bukan ide lo." ucap arza

"tapi gua yang ngeyakinin lo, buat ngasih kado itu"

"namanya itu bukan ide tapi,yaudah iya makasi fiq,tetep yakinin gua ya, mending keluar dah aku juga mau pulang ini"

"iya za, tetep usaha, ikhtiar dan tawakal." jawab rofiq lalu di jawab senyuman oleh arza

Arza adalah anak satu satunya di keluarga yang berada, di usia nya yang ke 25 tahun ini orang tua arza sudah selalu menyudutkannya soal pernikahan walau usianya belum terbilang terlalu tua.padahal,arza ingin sekali merintih karir terlebih dahulu, tapi, inilah yang paling tidak bisa arza tolak iya, permintaan kedua orang tuanya. Menyempurnakan setengah dari ibadah memang gak baik untuk di tunda,humaira gadis bercadar itu yang membuat hatinya berdegup kencang kagum saat melihat nya, mungkin itu lah tadir dari allah untuknya.












hakikat cinta humairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang