Mengikhlaskan Sebuah Perbuatan

22 2 0
                                    

Kesalahan ku adalah mempercayainya dengan sangat tulus hingga akhirnya....

Ya, cerita ini berawal dari keisengan ku untuk mencoba mencari pekerjaan yang jauh dari apa yang ku pikirkan. Tak ada niat untuk hanya sekedar coba-coba belaka, aku sendiri sangat antusias mendapatkan pekerjaan semacam ini karena bagiku mencoba hal baru membuat adrenalin ku meningkat hingga 100% bahkan mungkin lebih. Aku seorang pekerja seni yang amat menyukai kerja lapangan yang terjun langsung untuk sebuah pekerjaan yang kebanyakan orang mungkin kurang cocok kalau tidak ada background sebelumnya. Terlalu banyak saingan ku yang membuat aku agak tersingkir tapi aku tetap berusaha, sampai akhirnya aku lelah dan merasakan kejenuhan atas apa yang aku lalui sehari-hari.Keisengan itu berawal untuk mencoba hal baru, aku mengirim email pada salah satu perusahaan swasta yang terletak di Jakarta. 

Tanpa berpikir panjang dua hari setelahnya aku dipanggil untuk interview, tapi ternyata aku masih diambang ketidakpastian. Menunggu 1 hari, ternyata aku di panggil untuk training, aku senang, amat senang. Pikir ku, sebuah kesempatan yang ku tunggu, mencoba hal baru yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.Hari pertama training, aku sempat bingung atas apa yang kulakukan dan kurasakan karena semua orang nampak tak begitu peduli, "mungkin karena baru, jadi kamu di uji untuk kelayakan mu disini" ujar ku dalam hati. Kakak-kakak yang men-training ku pun nampak begitu judes sekali dan aku merasa mereka agak tidak memperdulikan ku. Tapi tetap saja disitu aku harus berpikiran baik tantang mereka walau hati ini merasa tidak nyaman. Tak ada basa-basi hanya obrolan tak ku mengerti yang ku dengar dari mulut mereka, yah begitulah seterusnya.Hari kedua training, aku baru diberikan sebuah kertas HVS yang baru saja di print berisikan SOP tentang perusahan, "itu kamu baca baik-baik" ujar kakak dengan nada judes. Aku hanya menjawab dengan seadanya tanpa bertanya lagi.

Kepolosanku yang amat aku tak mengerti ini membuat aku tak berpikir panjang, tak ada pertanyaan untuk sebuah seleberan SOP yang sudah ku baca itu, kakak itupun nampak datar saja.

Beberapa hari ku lalui akhirnya di keadaan mulai mencair dengan sendirinya. "memang benar aku diuji" ujarku dalam hati. keadaan yang tadinya begitu acuh tak acuh tetapi mulai bisa kukendalikan walau terkadang mereka masih enggan untuk mengajakku berbicara terlebih dahulu. Aku yang seorang malu-malu ini memang tak begitu mudah beradaptasi dengan hal baru jika lingkunganku sendiri tak membaur padaku. Ya, begitulah aku dengan duniaku yang penuh dengan teka-teki silang yang tak terhubung satu sama lain. Mereka tetap mengajarkan aku layaknya seorang senior yang memang benar untuk mengajari aku bagaimana caranya laporan bahkan menginput data masuk atau keluar, Aku sedikit mengerti dengan apa yang mereka ajarkan walaupun untuk mengeksekusinya aku butuh berulang kali agar aku paham tanpa harus diberi tanda atau klu dari kakak tersebut. Seminggu setelah aku training, aku diberi surat tugas untuk melaksanakan tugas ku di salah satu Dept Store ternama di Jakarta.     

Aku dengan santainya, melakukan kesalahan 2x di hari pertama masuk. Pertama, aku hanya memakai kaos hitam dan celana hitam sepatu coklat. Kedua, kemeja berkantong. 2x salah ya berarti 2x aku tidak diijinkan untuk merasakan hari pertama di sebuah Dept Store itu. Lucu rasanya, melakukan kesalahan itu seperti orang bodoh, tidak apa-apakan jika membodohi diri sendiri. Dihari ketiga aku masuk dengan memakai kemeja yang sebenarnya bukan milik ku, sudah kebesaran bau cowok pula. Tapi tak apa, aku pun merelakan apa yang sedang aku pakai dan rasakan ini hanya untuk sebuah pekerjaan yang aku inginkan. Tapi semua itu luntur ketika semua berjalan dengan semestinya dan berjalan sampai hari ini. Hari dimana aku menulis sebuah cerita ini dengan sangat kesal, lucu, ingin tertawa, sedikit marah bahkan aku sendiri berpikir apa sebenarnya yang aku lakukan hingga mereka seperti itu?

Berjalannya waktu, aku bekerja seperti biasanya, yang aku tak bisa pahami adalah sebuah kelompok yang dengan bangganya terkadang enceritakan kejelekan orang lain bahkan menceritakan masalah dalam rumah tangganya. aku sama sekali tak mengerti, mengapa mereka begitu antusiasme dalam hal menceritakan sebuah kejelakan yang berujung saling musuh-memusuhi, aku sama sekali tak mengerti.

Di waktu-waktu terakhirku menjalani pekerjaan ini, aku tak sengaja melihat sebuah pesan yang berisikan..... (ah ku sensor saja)

sangat amat menyedihkan memang ternyata seorang teman yang selama ini aku anggap sebagai salah satu adik jauh ku, ternyata dengan santainya membicarakan ku dengan kelompok tersebut. Jujur aku sangat kesal, amat sangat kesal. Tapi aku lagi-lagi hanya bisa memendam dan hanya ingin mengklarifikasikan sebuah masalah ini dengannya. Tak pikir panjang aku langsung menghubunginya dan disitu aku benar-benar mearasakan sebuah pengalaman baru yang sedikit mengejutkan. Wanita yang ku anggap baik budi pekertinya ternyata seorang penjilat, pikir ku.
Aku sama sekali tak mengerti, mengapa dia tak langsung marah padaku saat aku meminta bantuan darinya, mengapa dia tak langsung bilang padaku bahwa dia kesal. Mengapa harus cerita terhadap orang lain dan membuat kesan bahwa kepribadianku sangatlah buruk. Apakah itu bisa dibilang teman kerja? 
Aku berpikir, awalnya aku menandai dirinya seperti itu. Tetapi lambat laun aku terluluhkan karena mungkin semua ini adalah sebuah karma bagimu.

Aku menganggap semua perbuatan yang aku lakukan di dunia ini pasti akan ada balasannya atau yang sering kita sebut sebagai 'karma'.

ya, tak berenti disitu, setelah aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, ternyata kelompok itu 'mungkin' sudah menyebarkan sebuah isu mengenai diriku terhadap yang lainnya. Ku katakan pada diriku saat ini. Aku pun sama sekali tak peduli....
bahkan dihari-hari terakhirku bekerja, aku melihat sebuah pesan singkat lagi, dan lagi tentang diriku. Aku melihat pesan tersebut, hanya karena aku diam dan hanya karena aku seorang penyendiri aku dikatakan atau ditandai sebagai seorang yang membawa perasaan, dengan kata lain 'baper'.

HAHAHAHAHA, LUCU.

Itulah yang pertama kali yang terlontar dalam mulutku. Sangat amat lucu memang bahwa aku adalah seorang yang sangat membawa perasaan hanya karena aku bersikap dingin terhadap yang lain.

Pertanyaanku kepada kalian, wahai beliau yang amat sangat terhormat. 

'Apakah menjadi seorang pendiam atau seorang penyendiri itu, adalah hal yang buruk ?'

'Tolong jelaskan padaku jika ada yang mengetahui hal ini dan bisa langsung berkomentar mengenai hal ini atau bahkan ingin berdebat tentang pertanyaan diatas'.


Sangat amat lucu memang, dan kemudian aku lagi san lagi hanya bisa memendam ini. Ya, hanya bisa menjadi sebuah cerita klasik yang tidak mengasikkan bagiku. Dunia ku ternyata berbeda dengan para kelompok julit itu, sangat amat beda. Aku sama sekali tak memandang mereka, mau benar atau pun salah, sama sekali tak mau memandang. Inilah sebab mengapa aku tak merasakan kenyamananku, bahkan aku merasakan ini sangat mengganggu batinku. Tapi lagi dan lagi, aku tidak bisa bersikap egois seperti ini, jika nanti memang aku sudah keluar dan ingin bertemu dengan mereka, aku akan menyapa dengan senyuman yang kusebut senyuman beraroma kopi. 




     

Menikmati SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang