Chapter 3

2.8K 262 9
                                    

Happy reading ^^
Enjoyyy !!! (≧∇≦)/


“Omong kosong macam apa ini?” lagi-lagi suara Jimin yang memecahkan keheningan di meja makan tersebut.

“Jimin-ah, orangtua mu menitipkan pesan ini kepadaku sebelum mereka tiada.” jawab Joon-gi.

“Ayah dan ibuku tidak mungkin mengatakan hal ini kepadamu. Jangan mengarang cerita, sialan!”

“Tapi Chaenyol membuat persetujuan denganku tentang hal ini juga.” Namjoon menyahut kembali.

“Berikan padaku buktinya apa?” tanya Jimin dengan dingin.

“Lihatlah perjanjian ini. Mereka sudah menandatanganinya.” Ucap Namjoon seraya menyerahkan sebuah berkas dalam map kepada Jimin.

Jimin membacanya dan menggeleng tak percaya, “Bisa saja kalian memalsukan tanda tangan ayah dan ibuku.”

“Kau pikir keluargaku pembohong?” tanya pemuda tampan yang sedari tadi diam dengan pandangan yang tajam.

Jimin balas menatapnya tak kalah tajam, “Kalau iya kenapa? Ini sungguh tidak masuk akal, kalian tiba-tiba datang kepadaku berniat menjodohkanku dengan mu. Apakah kau tidak merasa ada yang aneh?”

“Tidak.” balasnya singkat.

"Hey ayolah! Kalian orang-orang berpendidikan tinggi, tapi kenapa kalian bertindak kolot seperti ini, sialan?!" Jimin menggeram marah.

“Lagipula, bukankah kau sudah menikah? Kau juga terlihat sangat mencintai dan bahagia bersamanya, bukan?” lanjut Jimin.

Jungkook hanya diam.

“Joon-gi, jelaskan apa maksudnya ini? Kau pulang hari ini hanya ingin mengatakan hal sampah?”

Joon-gi yang sedaritadi terdiam, kini mengangkat tangannya dan menyerahkan selembar kertas lusuh kepada Jimin.

“Apa lagi ini? Kalian berniat mempermainkanku ya?” Jimin benar-benar geram sekarang.

“Bacalah. Kuharap kau paham.”

Jimin merebut surat itu. Saat hampir selesai, tangannya mencengkram surat itu. Ekspresinya sulit diartikan.

“Kalau kau tidak percaya dengan berkas yang dibawa Namjoon , setidaknya kau mungkin akan percaya kalau surat ini adalah tulisan tangan dari ibumu sendiri, Baekhyun.”

“What the fuck?! Tetap saja aku tidak mau!!!”

Joon-gi menghela nafas lelah, “Bahasamu itu astaga.”

Jimin tidak peduli. Justru kini atensinya beralih menatap Jungkook.

“Hey, sialan! Kau tidak melakukan pemberontakan? Kau tidak kasian pada istrimu, hah?”

Jungkook diam, tetapi matanya terus menatap Jimin tajam membuat Jimin kesal setengah mati.

“Aku butuh jawabanmu bukan tatapanmu.”

“Jimin-ah. Kau bersedia kan menjadi pendamping hidup Jungkook kami?”

Tatapan Jimin beralih pada suara lembut Seokjin yang mengajaknya berbicara.
Tapi, Jimin tidak akan luluh begitu saja.

“Kalian juga. Ahjussi Jeon yang terhormat. Apakah kalian tidak memikirkan bagaimana nanti perasaan istri Jungkook-ssi? Apakah kalian tidak mengerti dengan perasaan anak kalian? Dan kalian tidakkah mengerti pada perasaanku? Aku hanya ingin meikah sekali seumur hidupku dengan orang yang kucintai, bukan dengan patung datar.” jelas Jimin dengan menggebu-gebu.

“Oh, ayolah. Seumur hidup aku tidak akan pernah mau menjadi istri kedua dan memiliki lelaki yang sudah ehem… tidak perjaka.” 

Kalimat tersebut meluncur keluar begitu saja dari mulut Jimin. Membuat sang empu merutuki ke bar-bar annya.

Penjelasan Jimin total membuat semuanya terdiam. Diam-diam Joon-gi mendesis kesal pada Jimin, saking kesalnya dia tidak sengaja memukul kepala Jimin lumayan keras.

“APA MAKSUDMU MEMUKULKU?!”

“Sopanlah sedikit, Jimin.”

“Kau tau aku. Aku tidak suka yang seperti itu.”

“Sopan itu tentang benar atau salah bukan tentang suka atau tidak suka!”

“Terserahmu, aku tidak peduli. Dan aku tidak mau menikah dengannya, dengar itu Tuan dan Nyonya Jeon.” Jimin menunjuk Namjoon dan seokjin dengan kesal saat dilihatnya mereka berdua ingin mengatakan sesuatu.

“Kau juga. Draitadi diam saja. Patung sialan! Kau pikir dirimu terlihat keren dengan menampilkan raut wajah seperti itu?!”

Emosi Jimin sedang tidak beraturan saat ini, semua orang yang ada disana pun dimarahi olehnya.

Tetapi, sepertinya sekarang Namjoon, Seokjin, Joon-gi, Ji-eun tidak butuh persetujuan pemuda mungil itu. Mereka akan membuat sebuah keputusan. Sedikit memaksa tak apa. Setelah saling melirik, Namjoon membuka suara.

“Jimin, tenanglah!”

“Tenanglah kau bilang?!”

“Baiklah. Aku tidak akan bicara denganmu.” Pasrah Namjoon. “Joon-gi-ah, sudah kuputuskan Jimin dan Jungkook akan menikah 2 minggu kedepan.”

Joon-gi tersenyum mengangguk, “Baiklah.”

Mereka tidak sadar Jimin mengepalkan tangannya kesal. Matanya berkilat-kilat marah ingin membunuh seseorang.

“AKU TIDAK MAU! YAK SIALAN!!!”

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang