Epilogue

3.8K 245 35
                                    

Bentar, napas dulu😵
masih ambyar sama konten yang dibagiin bangtan/bighit akhir-akhir ini...😭
Mereka seakan-akan pengen banget liat ARMY kejang-kejang God😣
KENAPA MEREKA SEMUA TAMBAH CAKEP, KEREN, DEWASA, COOL, DAN SEXYYY 🤧
OMEGATT 1!1!1!

Rasanya seperti ingin makan odading 😝

WKWKWKWK...

Dah lah,
Happy reading ^^
Enjoyyy !!! (≧∇≦)/












Setelah hampir 2 bulan penuh berada dirumah sakit, hari ini Jimin sudah diperbolehkan pulang.

Tentu saja dengan catatan harus periksa kembali ke rumah sakit setiap seminggu sekali untuk check up.

Sebenarnya, Jimin masih sangat bersedih atas kehilangan buah cinta pertamanya bersama Jungkook.

Tapi, toh untuk apa berlarut-larut dalam kesedihan?

Selagi mereka berdua masih bisa dan kuat berusaha untuk membuahkan cinta lagi, kenapa tidak? Mengingat mereka berdua juga menikmatinya.

Oh? Dan jangan lupakan, Jimin sekarang adalah istri Jungkook satu-satunya.

"Sudah selesai semua?" tanya Jimin pada Jungkook yang sedang membereskan pakaiannya.

Jungkook yang masih menata barang terakhir, hanya membalas Jimin dengan anggukan dan gumaman.

Jimin hanya mendengus melihatnya.

"Kita akan ke mansion siapa? Mansionmu atau mansionku?"

"Mansionmu? Kalau harus kuingatkan lagi, mansion itu sudah jadi milik—"

"Ah, si sialan Joon-Gi. Benar kan?" desis Jimin kesal.

Jungkook tidak mengindahkan pertanyaan Jimin. Setelah selesai, Jungkook segera menggendong Jimin ala brydal style untuk didudukkan di kursi roda.

"Kau juga pemilik mansionku sekarang, sayang!"

"Setelah aku benar-benar sembuh, aku janji akan membunuh pria sialan itu. Pegang janjiku tadi, kook-ah." tekad Jimin.

Jungkook merotasikan bola matanya jengah, Jimin masih bar-bar seperti biasanya.

"Berhenti berbicara atau mulutmu akan kusumpal dengan mulutku juga?" tanya Jungkook— lebih tepatnya ancam Jungkook.

Bukannya takut, Jimin malah mengerucutkan bibirnya, "Nih, cium!"

Jungkook tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Setelah berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Jimin, lengan kekarnya menarik lembut tengkuk Jimin.

Dan mereka berciuman.

Dengan tenang.

Tanpa ada gangguan.

"Maaf, tuan. Sopir anda sudah menunggu satu jam." ucap seseorang dengan kikuk.

Apakah itu gangguan? Sepertinya iya, terbukti dengan mereka yang langsung saling melepaskan diri sambil menggerutu kesal.

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang