Epilogue

2.2K 160 64
                                    

Dimana ini?

Gege? Kau dimana?
Aku takut ge, hiks..


Aku terbangun dari tidurku yang cukup lama, penglihatanku gelap, sangatlah gelap, tak ada satupun yang bisa kulihat.

Namun saat aku berbalik, sebuah cahaya terang terpampang di ujung lorong. Tanpa berpikir panjang, aku segera berlari kearah cahaya itu berada, berusaha menembus kegelapan.

Sudah kucoba beberapa kali, namun tetap saja aku gagal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah kucoba beberapa kali, namun tetap saja aku gagal. Sebenarnya dimana aku sekarang? Aku terus mencoba menembus kegelapan ini menuju cahaya terang yang ada di depan.




Aku berhasil.



Tubuhku terasa seperti terdorong oleh kegelapan yang menyelimuti diriku. Aku terjatuh saat masuk, dan sedikit merintih kesakitan sembari menyebutkan nama Kakakku.

Seketika air mataku terjatuh mengingatnya, aku berharap dia baik-baik saja sekarang. Kakiku sangat sakit, sepertinya terkilir?

Aku mencoba tuk berdiri, tapi tetap saja aku terjatuh kembali. Saat aku sedang menggumam tak jelas, ada seseorang yang mengulurkan tangannya padaku.




























"Butuh bantuan?"


























Suaranya sangat terdengar familiar ditelingaku. Aku mendongakkan wajahku untuk menangkap siapa sosok itu.

Ya, dialah sosok yang aku rindukan selama ini. Aku bergerak meraih tangannya dan berdiri menatap paras tampannya yang tertiup angin.

Senyumannya terukir di wajahnya yang rupawan, menyambutku dengan bahagianya. Senyuman itu adalah senyuman yang selalu aku rindukan.

Air mataku mengalir lebih deras. Jujur, aku sangat merindukannya.











































"Jisung-ah.."

Aku memeluknya dengan erat, menyalurkan rasa rinduku di dalam pelukan itu. Takkan kubiarkan siapapun melepaskan pelukan kami. Takkan kubiarkan bahaya apapun menghadang kami.

















"Selamat datang kembali, Chenle-ya" membalas pelukanku dan mengecup kepalaku dengan penuh cinta.




















Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok ayah dan ibuku yang kini tersenyum bahagia melihatku. Aku hanya membalas senyumannya dari jauh, karena mereka langsung beranjak pergi dan berbalik menjauh dari tempat itu.

Jisung melepaskan pelukannya perlahan, menatapku penuh makna.

"Kau sangat merindukanku bukan?" tanyanya sembari menghapus jejak air mataku dengan kedua ibu jarinya.

Aku hanya tersenyum kecil, aku memang sangat merindukannya.











Jisung menarik ku ke sebuah tempat yang katanya paling indah di dunia ini, dunia lain.

Aku membuka mulutku tak percaya, sekarang aku telah sampai di taman bunga yang sangat indah. Taman bunga yang mengingatkanku pada Gege, aku berharap dia baik-baik saja disana.



"Chenle-ya?" panggilnya

Aku menoleh padanya namun tak menjawab.

"Gege mu pasti baik-baik saja, percayalah padaku.." jelasnya lebih lanjut.



Hahaha, bodohnya aku hingga aku lupa bahwa Jisung bisa membaca pikiranku.

Ia berjalan ke arah kanan taman dan memetik sebuah bunga dari tangkainya lalu menunjukkannya padaku.

"Ini persis seperti bunga yang kau patahkan dulu.." ucapnya tersenyum padaku



Aku tersenyum miris, ternyata bunga yang aku patahkan waktu itu ya? Aku mengambilnya dan memperhatikan bagaimana lekuk-lekuk bunga itu.

"Cantik.." gumam ku sembari tersenyum



Pipiku merona saat Jisung mulai melingkarkan tangannya di pinggangku dari belakang, lalu meletakkan dagunya di bahuku.

"Cantik seperti dirimu.." ucapnya lalu mengecup singkat leher mulusku.

"Pftthaha geli Jisung!" tawaku menggeliat





Aku membalikkan tubuhku menghadapnya dan melingkarkan tangan lentikku di lehernya, menatapnya lekat.

Aku benar-benar bahagia sekarang, maut pun sudah tak akan bisa memisahkan kami berdua. Aku menyentuh lalu mengelus pipi lembutnya.



"Kau tau? Aku sangat terpukul atas kematianmu saat itu" ucapku dengan wajah yang cukup sedih.

Jisung hanya tertawa kecil mendengar ucapanku, ia mengeratkan pelukannya pada pinggangku dan mendekatkan wajahnya pada wajahku.

"Sekarang kau hanya milikku Chenle-ya, milik Park Jisung.." tersenyum hangat

Ia menyatukan bibirnya dengan bibirku. Melumatnya lembut tanpa ada nafsu sama sekali melainkan cinta. Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali merasakan sentuhan lembut bibirnya.

Setelah nafas kami mulai habis, kami melepaskannya dan menatap satu sama lain. Ia mengecup keningku lama dan kembali menatapku dengan mata yang berbinar-binar.




















































"Aku mencintaimu Park Chenle"

"Aku juga mencintaimu Park Jisung"








































Mencintai seseorang yang sangat kita cintai memanglah sangat berharga dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita.

Jangan pernah sia-siakan kesempatanmu untuk mencintainya, karena cintamu sebenarnya tak terbatas untuknya.





















Jangan pernah sia-siakan kesempatanmu untuk mencintainya, karena cintamu sebenarnya tak terbatas untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-salam hangat, ara :")


Purpose┃Chenji [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang