Not Yet

1K 117 6
                                    

Lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelah.

Seorang laki-laki manis itu hanya bisa menatap jendela. Ia bahkan sudah tidak bisa lagi meneteskan air mata.

Ia sudah lelah.

Park Jihoon namanya.

Ia lelah akan segala yang dihadapinya saat ini. Dan dia hanya bisa menatap jendela dari kursinya.

Park Jihoon namanya.

Laki-laki manis yang punya mimpi, dulunya.

Mimpi yang ia sadari tidak akan pernah menjadi nyata. Mau sekuat apapun ia berusaha, mimpinya tidak akan menjadi kenyataan.

Semua pikirannya berkumpul menjadi satu. Menjadi berat, menjadi gelap.

Awalnya ia kira ia sudah tidak bisa meneteskan air mata. Tapi lagi-lagi kedua pipi gempalnya kembali dibuat basah.

Pintu kelasnya terbuka, Jihoon buru-buru menghapus jejak air di wajahnya.

"Aku kira kamu sudah pulang." seru laki-laki yang baru menginjakkan kaki di kelas Jihoon.

"Hei, Jihoon. Kamu baik?"

Jihoon tersenyum hangat, mencoba berbohong dan membuat kedua matanya ikut tersenyum. Dirasa sudah berhasil membuat wajah bahagia, ia menoleh ke asal suara.

"Aku baik, Yoonbin!" serunya.

Ha Yoonbin, nama laki-laki yang baru datang.

Ia menggeleng pelan, tak percaya.

"Terima kasih sudah tersenyum begitu manis kepadaku. Tapi apa yang sebenarnya kamu rasakan?"

Senyum di wajah Jihoon hilang secepat cahaya.

Apa yang sebenarnya ia rasakan?

Apa hanya dengan kata-kata cukup bisa mendeskripsikan seluruh emosi yang ia rasakan?

Kata-kata..

Kata-kata-lah yang membuatnya terluka. Seluruh alasan dan penjelasan-lah yang membuatnya merasa seperti ini. Merasa kosong.

Gagal.

Ia gagal.

Park Jihoon sudah gagal.

Ia kembali memikirkan semua yang ada di pikirannya.

Jihoon kembali menyalahkan seluruh kesalahan yang ia buat.

Kesalahan yang berujung pada kehancuran mimpinya. Kesalahan yang membuat seluruh hidupnya direnggut oleh ketidakpuasan.

Kesalahan yang membuat ia ingin menyerah.

Park Jihoon namanya.

Ia ingin menyerah. Ia sudah terlalu lelah.

"Yoonbin, kalau aku bilang aku ingin menyerah. Apa yang akan kamu lakukan?"

Ha Yoonbin, nama laki-laki yang baru datang.

Ia tersenyum, mencoba memberikan energi positif kepada kekasihnya.

"Menyerah itu pilihan. Tapi, ia hanya bernilai satu dibanding seratus ribu pilihan lain. Menyerah bisa dijadikan opsi-mu. Tapi tidak sekarang."

Kedua tangan Jihoon bergerak dan menyentuh lehernya. Ia mencengkramnya kuat-kuat.

"How about now?"

Yoonbin menggeleng, menarik kedua tangan Jihoon lalu memeluk sang kekasih.

"Not yet, we still can't see what's ahead. So please hold your breath for now." serunya, "Please."

✓ How It Ends [binhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang