Last Words

604 86 18
                                    

"Bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bodoh."

Seru seorang laki-laki.

Ia berdiri di depan sebuah ruangan di rumah sakit.

Ia merutuki dirinya sendiri yang datang terlambat.

Dan apabila semuanya hancur saat itu juga, Yoonbin akan menyalahkan dirinya.

Ha Yoonbin, nama laki-laki itu.

Bajunya sudah tak karuan.

Ia merobek bagian bawah bajunya demi menahan pendarahan sebelumnya.

Air mata di wajahnya sudah menyatu dengan peluh.

"Bodoh."

Serunya pada diri sendiri.

Seharusnya ia datang lebih cepat.

Seharusnya ia bisa menyelamatkan kekasihnya.

Seharusnya ia tidak meninggalkannya sendiri.

Pintu terbuka, seorang dokter keluar dari sana.

"Bagaimana?"

"Apa kamu keluarganya?"

Ha Yoonbin, nama laki-laki itu.

Ia menggeleng.

"Saya kekasihnya."

"Penolongan pertamamu sangat membantu. Ia tidak kehilangan banyak darah. Butuh dua atau tiga hari maka dia akan kembali sadar. Tubuhnya terlihat lelah sekali."

"Baik, terima kasih."

"Kamu bisa melihatnya begitu ia dipindahkan ke kamarnya. Permisi."

Yoonbin mengangguk sopan dan mengikuti Jihoon yang sedang dipindahkan menuju kamarnya.

Para suster sudah meninggalkan ruangan begitu mereka selesai mengurus segalanya.

Meninggalkan Yoonbin berdua saja dengan kekasihnya yang terbaring lemah.

"Apa yang sudah kamu lakukan?"

"Kamu memilih untuk pergi meninggalkanku sendiri di dunia ini? Bercanda."

"Tidak semuanya harus diakhiri dengan paksa, sayang."

Ha Yoonbin, nama laki-laki itu.

Ia mengelus pipi Jihoon dengan sayang.

"Aku butuh dirimu. Dunia butuh dirimu."

"Kembalilah, tersenyumlah."

"Aku salah selama ini.

"Menyerah bukanlah pilihan."

"Park Jihoon. I really love you."

Yoonbin hanya bisa berharap.

Karena tidak semuanya harus berakhir tragis. Tidak semuanya harus berakhir begini.

Park Jihoon, nama kekasihnya.

"Jihoon. Kembalilah."

Park Jihoon membuka matanya.

===

Author's Note :

Halo. Aku datang dengan book baru yang langsung finished. Aku butuh lima jam untuk menyelesaikan ini semua.

Semalam was my second time ngerasain mental breakdown. Aku tidak biasa bercerita sama orang lain. Other people said im being too harsh to myself.

Sejujurnya aku cuma bikin tiga chapter, tapi chapter ini aku buat karena aku sadar. Menyerah bukan pilihan.

Park Jihoon, ia tidak menyerah pada mimpinya. Kak Ji tidak menyerah pada dunia.

Namun, aku bukan Park Jihoon.

I'm still struggling. But, i hope im getting better. Terima kasih semuanya!

✓ How It Ends [binhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang