Prolog

54 22 12
                                    

"Tersenyum adalah cara terbaik untuk menyembunyikan luka yang mendalam."
-Gabriela Kelsa Ara

Aku melihat Mama berjalan keluar dari kamar membawa koper besar dan di depan rumah ada mobil hitam dengan seseorang yang memakai masker dan pakaian serba hitam sebagai pengemudinya. Orang itu, ya! Aku ingat, dia orang yang pernah ke rumahku saat itu.

Aku menggenggam lengan Mama menghentikan langkahnya. "Mama mau ke mana?"

"Bukan urusanmu. Tempat Mama bukan lagi di sini," jawab Mamaku datar melepaskan genggaman tanganku dengannya.

Mama melanjutkan langkahnya, aku hanya dapat melihat punggungnya dari sini dengan kebingungan.

Aku mengikuti Mama sampai depan gerbang diam-diam, aku dapat melihat Mama berbincang sebentar dengan orang itu sebelum Mama naik ke mobilnya.

"MAMAA!!" pekikku menghampiri Mama. Aku tidak tahu Mama akan ke mana, aku hanya ingin ikut dengan Mamaku, seseorang yang sangat aku sayang.

Mamaku hanya menghempas-hempaskan tangannya mengisyaratkan aku menjauh dari mobil yang dinaikinya. Dadaku tiba-tiba sesak, aku tidak tahu mengapa. Aku mundur dan menjauh dari mobil itu. Sesaat kemudian mobil itu melaju membawa mamaku pergi entah ke mana. "Ma … ke mana? Kenapa Mama gak mau membawa aku ikut bersamanya? Aku … aku ingin ikut Mama …," lirihku tersenyum pedih. Aku hanya bisa tersenyum, walau aku merasakan sesak di dada entah karena apa.

Cinta atau CitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang