5. Bersama Indira

15 9 29
                                    


"Itu gunanya sahabat, selalu ngejaga dan ngingetin sahabatnya."
-Indira Damani Bitna

Hari ini adalah hari MOS yang kedua, entah mengapa aku sangat bersemangat. Ralat, antara semangat dan tidak semangat. Semangat sebab bisa satu sekolah dengan sahabatku, tidak semangat karena takut ketemu spesies buaya yang kemarin.

Pagi yang cerah, namun tak secerah wajahku yang mendapat wejangan pagi.

"Ade jangan kayak kemarin sama oma, ya. Oma kayak begitu juga 'kan karena lagi ga ada uang," tegur Papaku.

Aku hanya mengangguk singkat.
Aku memang tampak selalu salah di sini, mungkin juga di mana pun itu, batinku miris.

Papa keluar dari kamarku, meninggalkan aku yang bersiap-siap untuk sekolah. Seragam putih abu-abu sudah terpakai di tubuhku. Aku bercermin sebentar, memutar tubuhku, tersenyum tipis. Aku harus terlihat ceria.

"De, makan dulu," teriak Papaku dari luar.

"Iya, sebentar," jawabku tak kalah teriak. Tujuannya, hanya agar terdengar saja.

Aku mengambil tasku dan segera keluar kamar, di depan pintu terpampang wajah Kakakku. "Lama banget sih, lo! Lelet."

Aku tersentak. "Lama 'kan karena-"

Kakakku membalikkan badannya. Seraya berjalan ke dapur ia berucap, "Banyak alasan. Basi, ga guna."

Tahan, masih pagi, pikirku. Walau kenyataannya mataku sudah dipenuhi beningan air yang siap turun kapan saja. Memang siapa yang akan tahan mendapat seperti itu di hari sepagi ini?

Aku bergegas menuju dapur, mengambil sarapan. Aku dan keluargaku—walau tak lagi lengkap—memang tidak pernah makan bersama di satu ruangan lagi. Kalau dipikir-pikir, alasan kakakku memarahiku tadi apa, ya? Padahal aku telat pun tak ada ruginya di dia.

Aku hanya mengambil roti dan segelas susu. "Ade kalau udah sarapannya samper Papa di depan, ya," pinta Papaku yang aku balas dengan anggukan.

Lima menit berlalu, aku sudah selesai sarapan. Aku menghampiri papaku. "Pa, yuk berangkat."

"Ayo, De. Cek dulu sebelum pergi, takut ada yang ketinggalan," saran Papaku.

Aku mengambil tas sekolah, aku cek isi dalamnya. Sepertinya sudah lengkap, aku pun memberi tahu Papa. "Udah lengkap."

"Ya udah." Papaku berjalan keluar memanasi motornya.

****

"Oke Adik-adik, terima kasih telah datang tepat waktu. Besok kalian akan mencari dua tanda tangan anggota OSIS dengan kami yang akan menentukan siapa anggota yang harus kalian minta tanda tangannya. Nanti Kakak akan bagikan petunjuk yang isinya nama dari anggota yang harus kalian cari. Selamat memecahkan teka teki," jelas Ka Claretta memberikan tumpukan sticky notes pada Ka Keisha.

Ka Keisha membaginya satu-persatu ke semua siswa di kelas ini. Tak lama bagianku tiba, aku membaca sticky notes itu.

Teka-teki
1. Nama depan = sebutan untuk hari kasih sayang
Nama belakang = puncak di Papua

2. Nama depan = benda di langit
Nama belakang = dalam bahasa Jerman, artinya pemimpin terkenal

Ka Garen berdeham, "Ini buat besok, ya. Sekarang ayo ke lapangan. Ada demo ekstrakurikuler untuk membantu kalian menentukan ekstrakurikuler mana yang akan dipilih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta atau CitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang