Irene kesal bukan main dengan Sooyoung. Hampir lima belas menit Irene mengoceh di dalam mobil Taehyung. Sementara Taehyung yang tidak mendengar hanya fokus dengan kemudinya.
"brengsek sekali dia!" umpat Irene. "wah, aku tidak percaya dia mengatakannya kepadamu"
"dia bilang aku setan gila? Dialah yang gila karena mau diperlakukan seperti itu olehmu!" Irene mengacak rambutnya.
"dia bilang aku menyerap energimu?! Haha lihatlah, kau saja sehat jasmani dan rohani seperti ini"
"kenapa akhir-akhir ini setan tidak lagi ada harga dirinya?!"
"aku hampir gila, Aaarrrgghhhhhh!" teriak Irene
Irene tak henti-henti mengumpat dan memprotes apa yang terjadi. Dendam kesumat telah terendap didadanya. Besok-besok jika bertemu lagi, Irene dapat menjamin wanita itu akan menangis meminta bantuannya. Lihat saja. Sedetik kemudian seringai terbit dibibirnya.
-
-
Taehyung tiba di sebuah cafe bertema outdoor disalah satu pusat kota Seoul. Kakinya melangkah lebar melewati pekarangan cafe tersebut diikuti Irene. Cafe itu berukuran cukup luas dengan dua lantai yang keseluruhannya pondasinya terbuat dari kayu. Nuansa alami dan alam melekat jelas di cafe ini.Seseorang melambaikan tangan ke arah Taehyung
"Kim Taehyung, dimana Yerin?" tanya seorang lelaki bertubuh tinggi.
"sedang tidak enak badan. Baekhyun-ah, aku ingin minum" pinta Taehyung.
"kau baru pulang dari bar, kenapa minum lagi? Kau harus makan Taehyung-ah"
Taehyung menggeleng. "aku tidak selera"
"Taehyung-ah, kau makan bukan karena kau selera atau tidak. Jika menuruti selera, ada banyak orang diluar sana yang tidak memakan makanannya. Ini bukan lagi tentang selera dan keinginanmu, tapi juga tentang dirimu. Tentang kebutuhanmu. Pokoknya kau tunggu disini. Aku akan membuatkannu makanan istimewa" lelaki yang bernama Baekhyun itu dengan lincah pergi meninggalkan meja Taehyung.
Taehyung tak lagi bisa menolak. Memang benar yang dikatakan temannya itu. Sejak semalam tak ada makanan yang masuk dalam perutnya. Jika menuruti selera barangkali Taehyung akan memilih tidak makan berhari-hari, hal itu mutlak karena Taehyung tak lagi merasa gairah saat menyantap makanannya.
Irene menatap wajah murung Taehyung. Bukankah aneh, harusnya dirinyalah yang murung, sudah mati, tak lagi bisa makan enak, tak punya tujuan, dan tak dianggap pula. Bukankah itu bisa jadi serangkaian alasan untuknya bersedih? Taehyung tak lebih dari laki-laki sakit jiwa yang punya hati semerah jambu hello kitty celana dalamnya dahulu.
Kurang dari lima belas menit, meja Taehyung dipenuhi senampan makanan yang dibawakan pelayan Baekhyun. Irene melongo melihat mahakarya buatan Baekhyun yang kini berada di hadapannya. Hampir-hampir liur air menetes menghadapi warna dan tekstur kimchi segar, sushi salmon dan tuna yang menampilkan warna orange menyala. Ya Tuhan. Irene ingin sekali hidup dan memakan ini semua. Irene menundukkan kepalanya, frustasi dengan keterbatasannya.
"Taehyung-ah, kau harus habiskan ini semua. Jika tidak, seseorang akan memakannya" ucap Baekhyun
Taehyung menoleh kanan dan kiri, " tidak ada siapa-siapa"
"tentu saja. Dari mana kau membawa wanita secantik itu"
Taehyung kini menatap Baekhyun "maksudmu?"
"ada sesuatu yang mengikutimu" Baekhyun terkekeh "kau jangan lengah, dia tidak berbahaya selama kau tidak ceroboh dan lengah" tawa Baekhyun kembali keluar.