🍁🍁🍁🍁
"Eh, Ri, by the way, lo sadar nggak sih, Davin bikin lo jadi mikir gitu buat nggak jadi tim rebahan seumur hidup lo?"
"Maksud lo?"
"Ya dia bikin lo jadi lebih dewasa aja gitu. Iya nggak, sih? Gara-gara mulut nutrijelnya Davin yang lemes, lo akhirnya rela ngebanting harga diri lo buat nyari kerja. Padahal, Davin kan udah ngasih lo apapun yang lo butuhin."
Kaori mengangguk dengan bibir mencebik. "Gue ngerasa hati gue sakit banget waktu dia bilang gue tuh kebiasaan dimanjain dari kecil, jadi nggak tau rasanya susahnya nyari duit itu gimana."
Putri tertawa. "Tapi, bener kan apa yang dia bilang?"
Kaori melirik Putri dengan sinis, kemudian mendecih. "Ya bener, tapi nggak harus gitu juga dong. Tau gue baperan, ya nangis-nangislah denger dia ngomong gitu. Akhirnya, gue bulatin tekad gue buat nyari kerja. Pokoknya gue harus kerja!"
"Nah! Itu dia. Lo termotivasi oleh kata-katanya Davin, makanya lo semangat nyari kerjanya. Itu artinya apa? Davin bisa bikin lo berubah jadi lebih baik."
"Nggak setuju gue. Bukan dia yang bikin gue berubah, tapi emang atas kemauan gue sendiri."
"Ya udah, ya udah, terserah lo deh. Pulang, yuk! Gue udah bau banget nih seharian jalan melulu."
Kaori mendesah. "Ya udah, yuk!"
Keduanya lantas beranjak. Ketika mobil mereka keluar menuju jalan raya, sebuah mobil berwarna hitam yang dikemudikan oleh Davin melintas. Davin membuang wajah ke arah lain ketika Kaori baru saja menaikkan kaca mobilnya.
"Ke mana sih tuh anak?" gumam Davin khawatir.
***
"Kebiasaan banget sih lo pulang malem-malem? Lain kali, bawa kunci cadangan dong! Kan gue nggak perlu bangun buat bukain pintu!" semprot Kaori pada saat dia membuka pintu.
Davin mendengus kemudian masuk ke rumah dengan wajah masam. "Pulang jam berapa lo?"
"Jam delapan," jawab Kaori sambil menutup pintu.
"Kenapa lo nggak angkat telpon gue? Pesan gue juga nggak lo balas. Lo ke mana aja seharian? Ngapain aja?"
Kaori melipat tangan di dada. "Gue cari kerja. Kan gue udah bilang sama lo."
"Seharian?"
"Iya, kenapa?"
"Dapat apa enggak?"
"Enggak."
Davin mendengus, kemudian menatap Kaori lekat-lekat. "Gue pulang tengah malam gini lo tau buat siapa? Buat lo! Gue nyariin lo ke mana-mana! Tapi, ternyata lo udah di rumah dari jam delapan tadi dan lo nggak ngabarin gue sama sekali? Punya perasaan nggak, sih?"
Kaori mengerutkan dahi. "Lo nyari gue? Kenapa? Gue kan bukan anak kecil. Gue tau jalan pulang. Lagian tadi itu gue pergi sama Putri."
"Ya apa salahnya sih lo ngabarin gue? Lo itu tanggung jawab gue! Kalau ada apa-apa sama lo, gue yang harus tanggung jawab!"
"Nggak usah ngegas juga dong!"
Davin tampak menarik napas, mengembuskannya perlahan, seolah sedang berusaha keras mengendalikan emosinya. "Gue khawatir sama lo. Apa nggak bisa lo jawab telpon gue sekali aja? Gue cuma mau mastiin keadaan lo doang kok. Nggak lebih."
Davin kemudian beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Kaori yang tampak tertegun mendengar ucapannya barusan.
Setelah Davin menghilang di balik pintu kamarnya, Kaori bergumam, "Serius dia peduli sama gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Musuh
RomanceOngoing. Genre : Romcom Sudah tamat. Pindah ke Goodnovel. **** Kaori dan Davin selama ini menikah kontrak demi menyenangkan kedua orangtua mereka yang sudah bersahabat sejak lama. Namun ketika hari kontrak itu berakhir, kenapa mereka merasa semua it...