Bab. 15

746 63 5
                                    

Challenge-ku gagal. Kebanyakan cerita ongoing jadi ya ginilah. Ya udahlah, yang penting lanjut aja dulu.😊
Padahal, 15 bab lagi tamat loh ini 😂

****

"Mami mau Davin anterin pulangnya?" seru Davin keesokan harinya di meja makan.

"Loh? Siapa yang mau pulang? Orang Mami masih nginap di sini, kok."

"Hah?!" seru Kaori dan Davin serentak.

Kintan tersenyum. "Kenapa? Kalian nggak suka, ya, Mami nginap di rumah kalian lama-lama?"

Sesaat, keduanya terdiam. Sadar kalau reaksi mereka tersebut akan menimbulkan kecurigaan, akhirnya, Davin buka suara.

"Enggak gitu, sih, Mi. Cuma kan, kasihan Papi di rumah."

"Ya Papimu juga mau nginep di sini nanti malem."

"Hah?!"

"Kenapa sih kalian? Curiga deh. Pasti ada yang disembunyikan, ya?" Kintan menyipitkan mata, memandang Kaori dan Davin secara bergantian.

"Enggak, enggak ada yang disembunyikan kok. Kaget aja kalau Papi mau ikut nginap di sini. Kenapa nggak ajak Disha aja sekalian? Hehehe," canda Davin.

"Oh, ya jelas, Disha juga bakalan ikut. Nggak mungkin kan dia tidur di rumah sendirian. Kamu kan tahu, Disha itu penakut."

Astatang!

Kaori dan Davin saling pandang. Kaori mendelik sebal pada saat Davin mengangkat alis, meminta pendapatnya.

"Nggak lama kok. Seminggu doang."

Dah lah....

"Sebenarnya, Mi, Kaori hari ini mau kerja," lirih Kaori. "Nanti kalau Kaori kerja, Mami sama siapa di rumah?"

"Hah?" Kintan terperangah. "Kamu kerja? Di mana? Sejak kapan? Kok kerja, sih? Emangnya kamu nggak dikasih transferan sama Davin? Dav? Kok Kaori kerja? Kamu nggak nafkahi dia, ya?" tanya Kintan bertubi-tubi, sambil bergantian melihat Kaori dan Davin.

"Enggak gitu, Mi." Davin berusaha menjelaskan, akan tetapi Kaori mendahului.

"Davin udah bikin Kaori sadar, Mi. Kaori pengen mandiri, seperti perempuan-perempuan lain di luar sana."

"Kamu mau jadi wanita karir, maksudnya?"

Kaori tidak menjawab, lantaran tidak tahu jawaban sebenarnya. Apa dia ingin menjadi wanita karir? Kaori belum berpikir sampai ke sana.

"Enggak, Kaori cuma pengen tau aja rasanya kerja itu gimana."

"Percayalah, Sayang, jadi ibu rumah tangga itu jauh lebih baik. Habiskan waktu bersama keluarga. Nggak semua orang punya kesempatan itu. Apalagi nanti kalau kalian sudah punya anak, itu adalah masa paling berharga yang nggak boleh kamu lewatkan sebagai seorang ibu."

Kaori tertegun sejenak.

Mertuanya itu ada benarnya. Tapi, kalaupun dia ingin berbakti, bukan dengan Davin, karena nyatanya pernikahan mereka ini hanya berdasarkan kontrak semata.

"Nggak apa-apa, Mi. Sementara doang, kok."

"Nanti malah jadinya keterusan loh."

"Enggaklah! Kaori kan pengen jadi istri rumahan. Ya, kan, Sayang?"

Kaori tersenyum. "Iya, Mi, ini cuma buat sementara aja kok, hehehe."

Kintan mendesah. "Kamu kerja apa? Kantoran?"

Kaori menggeleng. "Kaori kerja jadi pelayan di cafe."

"Hah?!" Kintan terkejut lagi. "Kok kerja itu sih, Ri? Nanti kalau mamamu tahu, gimana?"

Menikah Dengan MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang