setelah video berakhir, yeosang melepaskan benda tersebut. kepalanya menjadi pusing untuk sesaat karena memang cahaya nya se-ngejreng itu!
dan di saat yang sama. mama menatap kang yeosang, wajahnya layu, sedih, pasrah. sedangkan kang yeosang, sesorang yang sangatlah merasa entah dia harus apa. perasaannya membingungkan. apalagi ketika melihat ekspresi mama seakan-akan membawa pesan dibalik wajahnya itu.
"apa kamu sudah menemukan jawaban dari pertanyaanmu?" tanya mama pada yeosang dengan suara halus khasnya.
"hm, mungkin tidak semua, aku masih kurang yakin apa iya itu jawabannya. tapi aku benar-benar merasa terkesan, bahwa sesuatu itu benar-benar pahit hingga adanya pembunuhan yang gagal. apa salahnya?" jelas yeosang dan diakhiri dengan pelepasan nafas yang berat.
"iya. dan ayahnya sihyeon menghilang entah bagaimana bisa. waktu itu sempat ada kecelakaan besar sehingga ayahnya perlu dirawat hingga koma sampai 3 tahun. dan setelah 3 tahun, tante dapet kabar kalo ayahnya hilang dan sampai sekarang kita belum dapet kabar dari rumah sakit walaupun kepolisian," balas mama menjelaskan lebih jelas apa yang ada di dalam video itu, walaupun hanya secuil.
"oh iya te, semoga om baik-baik saja sampai hari ini. tapi aku bingung, apa bener dulu sihyeon emang dijahatin sampai segitunya? how rude? " ujar yeosang dengan suaranya yang meninggi.
"entahlah, begitulah hidup disini, pembullyan benar-benar sekejam itu," balas mama dengan wajahnya nampak pasrah.
"sebab itu, tante minta kamu bener-bener, tolong jaga sihyeon. tante melihat kondisinya tadi malah merasa takut bahwa waktu tante untuk dihabiskan dengannya sudah tidak banyak karena dia sekarang satu-satunya yang tante punya," lanjut mama.
kemudian yeosang merapikan rambutnya sendiri ke belakang, ia sendiri kali ini jadi ikut terbawa kedalam kerumitan hidup pacarnya itu.
"baik te, aku pasti bakal ada sama dia, tante tenang dulu, ya? kita bisa cari juga yang mau mendonasikan jantungnya untuk sihyeon," ucap yeosang dengan yakin sambil mengepal tangannya dan bersemangat.
sedangkan lain bagi mama. ia terlihat tidak memercayai hal itu, "ah, yeosang, itu tidak mungkin. mau kamu tanyakan pada seluruh mahasiswa kampus, tidaka akan ada yang mau mendonasikannya untuk sihyeon," jelas mama dengan wajah sedih nya, tentu dengan beberapa persen ketidak yakinan.
"tante nggak boleh gitu dulu dong. kita nggak perlu kok buat bertanya kepada mahasiswa, percaya saja pasti ada," ujar yeosang sambil meyakinkan mama.
kemudian yeosang dan mama kembali ke kamarku, ketika mereka kembali aku hanya menyapa mereka dengan yeosang dengan senyum kecil.
kemudian yeosang mendekatiku, wajahnya menggerutu sambil meraih tanganku. kemudian ia terdiam melihat kearah yang lain. ku bertanya padanya, "kenapa sih?"
"aku mau pamit pulang, nggak boleh kangen. harus cepet sembuh! lain kali ngomong kalo kamu punya sakit kayak gini, kan tau gitu kamu nggak perlu keluar, main aja mending di rumah," ujar yeosang sambil mencubit pipiku.
"kamu nggak pamit dulu?" tanyaku pada yeosang, sedangkan ia membalasnya dengan tawa manis nya.
"ya ini makanya aku pamit, sayang. masak kayak gini aku bukan lagi pamit?" tanya yeosang sambil menopang dagunya.
"ih iyasih. jangan lupa ibadah yang bener, katanya kemaren sejak kuliah ibadahnya makin kacau, pokoknya aku mau kamu balik kesini udah rajin ibadah," jelasku padanya dengan wajah mengancamku.
"ihh serem ih wajahnya. iya deh, aku usahain. tapi aku kan nggak ibadahnya buat nemenin kamu," balas yeosang sambil menaikkan alis nya.
"hih, justru kalau kayak gitu, nanti aku disalahin tuhan. padahal aku kan cuman jadi pacar kamu," balasku dengan nada semakin meninggi.
"hahaha. astaga. yaudah ya, aku mau balik dulu. hari ini kakak aku kesini mau jemput aku buat balik besok," jelas yeosang setelah 3 detik melihat kearah benda yang melingkar pada lengannya. sedangkan aku memunjukkan wajah sedih, bagaimana bisa aku tidak merasa sedih kala ia tidak akan ku jumpai dalam waktu lama.
"kamu serius pergi selama itu? bagaimana kuliahmu? kamu benar-benar nggak mau kerjain skripsi bareng aku?" tanyaku pada yeosang, ia menggeleng dengan tawanya. kamu serius?
"nggak, bukan gitu. kamu tau kan aku nggak tahan sama dinginnya korea? aku juga mau menghabiskan waktu dengan keluargaku. doakan ya, kalau aku bisa segera balik, aku pasti balik," balasnya kemudian mengacak-acak rambutku.
'drrrt, ring ring ring'
semua pandangan berpindah menuju suara dari gawai yeosang. yeosang memberikan tanda pamit sebentar kemudian berpindah keujung ruangan.
"halo!"
"......"
"iya kak, aku masih diluar"
"......"
"iya maaf kak, kakak udah dimana?"
"....."
"okei, aku bentar lagi balik kok. kakak nginep berapa hari?"
"....."
"ohh okeii"
"...."
"siap kak, ku tutup ya,"yeosang memutus teleponnya tadi, kembali kearahku. kemudian menaruh gawainya kembali ke saku mantelnya.
"maaf, tadi kakak ku telpon hehe," ujarnya sambil tersenyum.
aku memahaminya, bagaimanapun, ia tetap memiliki keluarga yang pasti akan menunggunya pulang.
"disuruh cepet balik, ya?" tanyaku padanya, dan ia mengangguk.
"okei, kembalilah. jangan sampe kakak sampai duluan ke rumah," ucapku lagi, dan ia kembali mengangguk.
"oke, aku balik dulu, ya? jangan kangen, kalo kangen chat aja, oke?" ucapnya sambil melambaikan tangan.
"iya," balasku sambil membalas lambaian tangannya.
tak lama, ia pergi tanpa memandangku. arah matanya berpindah ke depan, berjalan keluar hingga aku kehilangan jejak bayangnya.
hai, disini author. maaf ya baru lanjut, soalnya 2 minggu kemaren aku ulangan, makasih banyak yang sudah nungguin! jangan lupa tinggalkan jejak kalau kalian suka, agar aku bisa lebih semangat lagi nulisnya. barangkali aku tiba-tiba publish 2-3 part, siapa tahu? okei? jangan lupa untuk terus bahagia, sehat selalu, ya?! ♡︎
KAMU SEDANG MEMBACA
fallin of the moonrise (on revision)
Fanfictionpagelaran bumi seisinya / ❛hutan penuh ruam yang berbunga-bunga dan disimpan yang berujung merekah bersama cahayanya diatas angkasa❜ 여상's au | discontinued (sorry)