part 2 : pergi

6 1 0
                                    

Setelah mengucapkan beberapa kata paman byull diam kebingungan sambil menitihkan air mata.

Melihat pamannya itu menangis membuat byul seolah mengerti dengan apa yang terjadi, jika apa yang ia takutkan adalah nyata, bukan sekedar mimpi seperti yang ia harapkan.

Byul mencoba menguatkan hatinya, memaksa suaranya keluar untuk kembali bertanya. Dengan tangan yang memegangi dadanya yang kembali terasa sesak

"Dimana mereka sekarang? Apa mereka juga ada disini?"

"..."

"Aku ingin melihat mereka"

"Apa tidak sebaiknya kau melihat nanti saja ket-"

Belum sempat pamannya menyelesaikan ucapannya Byul memotong.

"Tidak, aku ingin melihat mereka sekarang"

Akhirnya paman memutuskan untuk memenuhi keinginan si keponakan.

Kini mereka sedang berdiri didepan kamar mayat, namun yang dilakukan remaja itu hanya diam. Ia ragu sekaligus takut, ia takut tak sanggup melihat keadaan orang tua dan kakaknya saat ini.

"Apa sebaiknya nanti saja kita melihat mereka?"

Byul menggeleng lemah sebelum menjawab "Aku akan masuk setelah menguatkan hatiku"

Beberapa menit berlalu, yang dilakukan gadis itu hanya diam menatap pintu kamar mayat itu dengan tatapan hampa.

Berulang kali ia mencoba menguatkan hatinya, mengatakan jika cepat atau lambat ia pasti juga harus menemui keluarganya.

Maka dengan gusar ia meraih handel pintu, memutarnya perlahan dan mendorongnya hingga pintu terbuka.

Begitu masuk ia bisa melihat ada tiga ranjang dihadapannya, dengan masing-masing ranjang terdapat gundukan yang ditutupi oleh kain putih.

Ketika kain itu dibuka seketika tangis byul pecah, tubuhnya terduduk dilantai .

Dadanya kembali makin sesak, melihat wajah putih pucat yang sangat ia kenal tengah berbaring kaku disana.

"Andwae.. Eomma.. Appa.. Eonni.. Hiks.. Aku harus bagaimana sekarang?! Bagaimana aku bisa hidup sekarang?!"

Byul terus menangis sambil meracau tidak jelas. Meluapkan segala kesedihannya dihadapan keluarga yang bahkan kini sudah tak disini lagi jiwanya.

Ia tak pernah membayangkan jika ia akan kehilangan keluarganya secepat ini, dengan cara yang begitu tragis.

.
.
.

Byul menatap kosong ke udara, pikirannya kosong, tak ada lagi yang tersisa dari dirinya kecuali kesedihan yang mendalam.

Tubuhnya yang terlihat memprihatinkan itu bersandar pada dinding yang ada tepat disamping pintu kamar mayat.

Tiba-tiba ada dua orang pria bertubuh gemuk menghampirinya dan sang paman.

Keduanya terkejut, namun memilih untuk diam menunggu dua orang asing itu memperkenalkan diri mereka.

"Selamat siang, kami dari kepolisian ingin meminta keterangan dari saksi atas pembunuhan yang terjadi pada keluarga anda"

"Maaf, tapi kami masih sedang dalam keadaan berduka, jadi apa tidak sebaiknya anda datang lagi nanti?" Jawab paman byul yang tahu betul bagaimana perasaan keponakannya saat ini, masih terguncang.

"Maaf, tapi jika kita menunda interogasi, kita akan kehilangan golden time. Dan hal itu akan mempersulit dalam mencari tersangka"

Paman byul ingin protes, namun belum sempat berkata byul sudah memotongnya.

I Can See Death | ft KDNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang