Part 4 (21+)

6.2K 154 11
                                    

26 Juli 2022

•••

"Bukan salah Papa, kamu kali yang kelakuannya kek anak kecil!" ejek Sabina, tertawa geli.

"Ish, Kakak!" Galvin cemberut.

"Aduh, maafin Papa ya, Papa ...." Brendon menggaruk belakang kepala, ia menatap istrinya yang hanya tersenyum seraya menggeleng miris, membuat pria itu menyengir lebar.

"Sayang, udah, yang penting kan hadiah Papa, Papa sayang kamu, kan emang udah penyakit Papa kamu, pelupa banget." Brendon cengengesan malu-malu.

Galvin tersenyum kemudian. "Hehe, iya, Ma. Maaf ya, Pa. Aku gak marah kok, cuman herman aja, inget taun depan aku 12 tahun!"

"Ih, masih lama kali!" Sabina memutar bola mata.

"Biarin, wee!" Galvin memeletkan lidahnya pada sang kakak. Kedua orang tua mereka tersenyum hangat melihat kelucuan keduanya. "Ayo makan kue!" pekik Galvin bahagia.

Pesta pun berlanjut, tak banyak kado karena hanya ada tiga di sana, dari ayahnya, ibunya, serta kakaknya. Makan bersama, dan diakhiri dengan mengabadikan kenangan demi kenangan yang ada, sebelum akhirnya ....

"Hah ...." Brendon menghela napas lega, acara kecil-kecilan mereka selesai, tetapi itu lumayan melelahkan, pria itu langsung berbaring di kasurnya.

Sang istri pun menyusul, naik ke kasur bersama sang suami, dia melepaskan pakaian santainya untuk menyusakan lingerie seksi yang menggoda. Amunisinya sebuah minyak pijat di sana.

"Aku lepas pakaian kamu ya, Mas." Brendon diam, tetapi menurut, ia membiarkan istrinya membuka bajunya, pria itu mulai tiarap dan oh, betapa enaknya pijat plus plus sang istri.

"Ah, astaga, aku tak tahu rasanya bisa seenak ini ...." Brendon berbisik pelan. Menikmati pijatan istrinya. "Dan di bawah sana bereaksi lagi. Apa itu tandanya?"

Di kacamatanya yang ada di atas nakas, bercahaya merah redup berupa tulisan yes di sana. Setelah pijat tiarap tadi, kini Brendon berbalik, dan membiarkan istrinya duduk di atas badannya.

"Apa aku udah bilang, kamu cantik banget?" tanya Brendon, intens menatap istrinya.

"Kamu ini!" Sabrina tertawa geli seraya mengusap pipi suaminya.

"Sabrina ...." Brendon memanggil sambil memegang tangan istrinya yang ada di pipinya.

"Hm?" Sabrina menjawab lembut.

"Menurut kamu, apa kita bisa ...." Brendon tak melanjutkan kalimatnya.

"Bisa apa?" Sabrina mengangkat sebelah alis karena jeda yang cukup lama.

"Adik, untuk Galvin dan Sabina."

Sabrina mulai merapatkan tubuh mereka. "Galvin udah 11 tahun, Sabina udah 15 tahun, kurasa ya, bisa aja. Jadi, kamu udah siap?"

"Harusnya aku yang nanya itu karena ... kamu kan yang akan melahirkan." Sabrina mencium pipi suaminya gemas.

Dan meski tak menjawab, sepertinya Sabrina jelas sekali, siap akan segala hal yang dilewatinya. Mulailah, suami istri itu melakukan apa yang sah dan sering mereka lakukan, tanpa menyadari ada sesuatu yang berbeda dari sang suami saat itu. Semua berjalan seperti biasa seakan tak ada yang berbeda.

Selesai beberapa ronde, keduanya sangatlah kelelahan, keduanya berpelukan hangat tanpa busana di balik selimut, Brendon mengecup puncak kepala istrinya dan mulai terlelap bersama.

Tengah malam ....

"Nggh ...." Brendon terlihat seperti kesakitan, hal itu membuat sang istri terbangun tiba-tiba.

PAPA BEDA SPESIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang