Selesai packing ulang, sarapan dan registrasi kami memulai pendakian. Sebenarnya dalam perjalan naik tidak terlalu banyak cerita juga karena seperti pada umumnya mendaki, gas tipis-tipis, istirahat, kopi, sebat dan gas lagi. Hingga akhirnya waktu menginjak sore hari kami sampai juga di tempat camp dan tanpa berlama-lama tenda segera didirikan, walaupun kami bertujuh kami memutuskan hanya mendirikan satu tenda saja yang berkapasitas 6 orang dan rencananya salah satu dari kami akan tidur diluar tenda. Ketika malam tiba selesai makan, ngopi, dan berbincang-bincang dengan banyak kawan baru tentunya tiba-tiba kabut turun menyelimuti hutan gunung dan selang beberapa saat hujan menjatuhi bumi. Obrolan pun buyar dan satu persatu dari kami mulai memasuki tenda dan segera membuka sleeping bag masing-masing dan segera tidur, rencananya saya yang akan tidur diluar tenda lebih tepatnya dibagian depannya.
Jam menunjukan pukul 11 malam, saya yang tidur diluar mulai merasakan hal yang aneh, seperti ada yang berjalan mengelilingi tenda kami padahal situasi diluar sedang hujan dan saya pun penasaran dengan hal tersebut, akhirnya saya intip dari balik lubang kecil dibagian tenda tiba-tiba suara itu menghilang dan kemudian saya hiraukan saja. Ketika saya akan menarik sleeping bag untuk kembali tidur, suaru itu muncul lagi, ketika di cek lagi dari lubang kecil saya terkaget, sosok hitam, tinggi besar, matanya merah nyala menyorot ke arah saya, dia berdiri tepat dipinggir pohon besar. Saya terpaku mematung mata tidak bisa berkedip beberapa saat, hingga akhirnya sosok itu menghilang perlahan dan saya mulai lega dan kembali tarik sleeping bag. Mau tidur susah, pikiran berkecamuk terbayang-bayang sosok yang tadi, berharap salah satu dari 6 kawan saya kebangun supaya ada teman untuk ngobrol nyatanya mereka malah tertidur pulas.
Jam menunjukan pukul 03.00 dan saya masih belum bisa lanjut tidur dibayangi sosok yang tadi, tiba-tiba didalam tenda si Aduk manggil saya, "kul, anteur urang ngompol" artinya ("kul, anter aku pipis"). Tanpa pikir panjang saya mengiyakan, "Hayu gass". Diluar hujan mulai reda namun kabut masih saja menyelimuti, "kul, ngompol na didieu bae?" Artinya ("Kul, pipisnya disini boleh?") Aduk bertanya kepada saya sambil menunjuk ke arah pohon besar yang lebih tepatnya tempat dimana saya melihat sosok hitam besar didepan pohon itu. "Ulah didinya duk, mending belah ditu!" (Jangan disitu duk, mending sebelah sana!). Kata saya sambil menunjuk semak-semak dibelakang tenda, saya berdiri didepan tenda dibarengi perasaan yang tidak karuan. Setelah beberapa saat Aduk muncul, anehnya wajah dia pucat sontak saya langsung bertanya "Aya naon duk?" Artinya (Ada apa duk?) kemudian ia menjawab dengan polos, "Hideung, gede kul" (Hitam, besar kul) dan saya pun sadar ada yang tidak beres dan kemudian saya mengalihkan perbincangan, "Heeh da nu maneh mah emang hideung jeung gede". (Iya punya lu emang hitam dan besar). Dan ia langsung masuk ke tenda, ketika didalam tenda Aduk bilang, "Kul, cigana urang moal bisa sare" (Kul, kayanya gue ga akan bisa tidur). "Mending ngopi lah" kata saya kepada Aduk sambil menyiapkan seperangkat alat kompor dan kopinya. Sambil ngopi saya dan Aduk berbincang hingga ujung-ujungnya kita malah curhat tentang hubungan yang.... asudahlah. Sebenarnya saya malas cuhat seperti ini tapi daripada tidak ada obrolan ya mending curhat sambil sebat daripada sepi yang akan membuat suasana semakin mencekam.
Terlarut dalam sebuah curhat yang membuat tak sadar bahwa waktu semakin mendekati pagi, hingga akhirnya terdengar suara pendaki lain yang sudah terbangun dari tidur. Terlihat diluar tenda cahaya matahari mulai muncul dari balik pepohonan walaupun masih diselimuti kabut, senang tentunya ketika pagi tiba, perasaan dibayangi sosok hitam lambat laun mulai terlupakan. Sadi, Jajon, Kiw, Aul dan Fitria, satu-persatu dari mereka terbangun dari tidur lelapnya. Mereka kaget melihat saya dan Aduk sudah nongkrong di depan tenda sembari sebat, tanpa banyak omong saya dan Aduk langsung masuk kedalam tenda untuk melanjutkan tidur yang terjeda, lah emang mau ngapain lagi, mau foto-foto juga toh cuacanya malesin hehehe. Sekarang giliran kawan yang lain untuk beraktifitas memasak untuk sarapan, saya dan Aduk jelas langsung ngegas tidur supaya ketika nanti bangun masakan sudah siap hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita horror pendaki: IKUT PULANG
HororDari kisah nyata, sebuah perjalanan 7 kawan yang diselimuti kisah horror. Mending langsung baca aja dah