BAB XIV It's Okay. I'm Here!

9 2 0
                                    

Gaesss,  aku mau curhat.  Kan aku tulisa carita ini antara 2023-2024, tapi ini Udah lama banget kepikiran di otak.  Ehh Malah 2024 viral berita bully.  Aku jadi dag dig dug gimana gitu,  takut ada yang tersinggung. Tapi ini sepenuhnya aku tulis karena pengen aja.

Dan aku menjadikan pemeran utamanya ketua bully bukan karena ingin mengagung-agungkan atau membanggakan orang yang melakukan pembullyian. Tapi siapapun itu berhak menjadi  pemeran utama dalam hidup mereka.

Dan cerita ini bukan hanya tentang bully.  Ini lebih tentang AKSARA.

***

Seorang pria berntra coklat sedang terduduk di meja belajarnya mencoba meretas cctv kamar seorang gadis. Ia tak bermaksut apa apa, ia hanya ingin memeriksa keadaanya.

Tak bituh waktu lama cctv kamar itu dapat diretas olehnya. Napasnya tercekat saat melihat gadis itu  mengambil sesuatu dari berangkasnya.  Tanpa berpikir  panjang pria itu berlari ke rumah sebrang,  lantas menggedor pintu. Dia terlalu panik untuk menggunakan bel.

Setelah seorang ART membukakan pintu,  pria itu langsung masuk kedalam menuju lantai dua.  Sesampainya di sebuah pintu bernuansa putih dengan dream catcher tergantng indah di depan pintu.  Pria itu bembukanya.  Beruntung tak dikunci.

"Aksara! " teriak sosok itu menghampiri Aksara.  Beruntung pria itu datang sebelum aksa menghisap benda itu.  Peria itu mengambil benda itu lalu pergi kekamar.  Mengambil juga pil,  bubuk, dan rokok yang berada di berangkas gadis itu yang masih terbuka.

Gadis itu hanya diam. Masih terpaku akan hal itu,  sedangkan si pria pergi kekamar mandi dan membuang semua itu kek keloset.  Big damn it. Rahang pria itu mengeras,  Matanya menyorot tajam menatap lurus pada benda itu yang kini tak bersisa.  Setelah benar benar bersih tak tersisa.  Pria itu mencuci tangan di wastafel lalu berjalan keluar menemui gadis yang di balkon itu.

Tatapan pria itu melunak menatap gadis dihadapanya,  ia mendekapnya.  Memberikan rasa aman pada gadisnya. Tunggu, masih bolehkah pria itu menyebut Aksara gadisnya? Setelah apa yang iya lakukan pada nya? Ya, pria itu adalah Aksa.   Orang yang membuat Aksara seperti ini.

"It's okay, I'm here." ucap  Aksa mengusap pucuk kepala gadis itu . Aksara tak membalas ataupun mecoba melerai dekapan Aksa.

"But, you'll leave me again?" tanya gadis itu lirih masih dalam dekapan Aksa.  Iya terlalu takut beranjak.  Iya takut semua ini hanya mimpi.

"I'm sorry." ucap Aksa melepaskan dekapannya pada Aksara. Damn,  adakah pria yang lebih brengsek dari pada Aksa?  Dan adakah orang yang lebih bodoh dari Aksara?

Seakan bagi Aksa,  kebersamaan mereka sendari keci bukanlah apa apa.  Dan Aksara yang begitu bodoh mengharapkan Aksa kembali pada edarnya, disaat Aksa tak lagi memihaknya.

"Oh ya,  jangan melakukan hal bodoh lagi! Ini terakhir kalinya gue membantu. Saat itu gue mau menghapus jejak meretas cctv kamar ini dan gue malah menemukan lo seperti itu, " jelas Aksa tak ingin disalahpahami lalu pergi begitu saja.  Iya tak terkejut cctv kamarnya di retas Aksa.  Itu bermula saat tragedi kelas dua SMP itu.  Aksa hanya mengawasinya dan iya tak apa apa. Soal bagai mana barang itu ada tampa diketahui, iya selalu memebelakangi cctv saat iya menaruh barang itu. Namn yang membuatnya sakit adalah kenyataan bahwa aksa tak lagi peduli.

"Lalu kenapa membantuku jika tak peduli?" tanya gadis itu.

"Gue peduli sama diri gue sendir." jelas Aksa membuat Aksara mengernyit bingung.

"gue nggak mau disalahpahami sebagai penyebab lo kayak gini." lanjutnya.

"I can't sleep. Can you stay in here just tonight?"

"You have brother. You can go to he's room." tusks Aksa lalu benar benar pergi meninggalkannya.

Aksara terduduk lemas dilantai. Menatap seisi kamarnya yang di  warna putih dan lilac. Aksara tak lagi mengeluarkan air matanya. Iya hanya terdusuk dalam kebisuan menyembunyikan wajahnya meringkuk.

"Queen" panggilan lembut itu menghampiri gadis itu. Pria berneta coklat itu mengangkat kepala gadisnya menatap lekat wajah yang memerah dan mata sembab.

"Abang" lirih gadis itu. Air matanya keluar lagi saat pria dihadapanya mendekapnya.

"It's okay queen. I'm here"

"Don't say it" lirih gadis itu. Itu hanya mengingatkanya pada Aksa tadi.

"Okey,  ayo tidur! Abang temani."  Ucapnya pada gadis dihadapanya menatap lekat netranya.

***

Amyra,  Daycila,  Jasmine,  dan Arutala kini berada di rumah Aksara. Mereka mendaoat kabar bahwa gadis itu tak akan lagi bersekolah di Star High School, Jujur itu sangat di sayangkan.  Entah bagi murid maupun guru.  Sebab walau dikenal sebagai  Queen of bullyng.  Gadis itu cukup berprestasi di bidang akademik  dan non akademik. Iya telah menyumbangkan empat piala non akademik dan tiga piala Akademik pada sekolah entah itu dari music, seperti viano.  Dance, sains fisika dan kimia. Serta masih banyak lagi.  Dan itu iya raih dalam waktu kurang dari setahun.


Serta jangan lupakan pahatan wajah dan tubuh yang begitu mempesona yang mampu menjadi daya tariknya tersendiri.

Hidung pas. Tidak terlalu mancun tidak terlalu tipis.  Mata coklat senada dengan rambutnya. Bulu mata lentik.  Dan bibir tipis yang pink.  Kulit saomatang yang terlihat halus seakan tampa pori pori.

Rasanya mendiskripsikan semua tentang Aksara tak akan pernah selesa.  Selalu ada hal baru padanya.

"Ngapain kalian di sini?"  tanya Aksara sensi.  Aksara yang ini terlihat kuat dan berdiri kokoh, tidak seperti Aksara yang beberapa hari lalu.

Aksara masih lemah. Hanya saja ia tak ingin dipandang lemah. Aksara tidak semudah itu tuk percaya pada orang lain. Meski mereka telah bersama sejak sekian lama.

"Aelah jenguk lo lah o'on" tukas Jasmine.

"Pulang aja lo pada" canda Aksara memilih pergi kekamarnya. Ia tak meminta mereka ikut, karna tampa diminta pun mereka pasti akan ngikut.

"Jauh jauh kalian dari kasur gue. Kalian bau" ucapnya melihat teman-temannya memeilih duduk di kasur queen size nya.   Jelas ia bohong soal teman temannya yang bau sebab mereka memiliki wangi khasnya sendiri.

"Sembarangan lo,  kita wangi gini di bilang  bau" ketus Daycila tak terima.

"Eh btw Ra,  lo beneran mau home schooling?" tanya Arutala yang hanya dibalas deheman singkat.

"Yaaah temen gue di sekolah berkurang satu" ucap Daycila cemberut.

"Iya, gue jadi sedih" ucap Amayra.

"Kagak usah sedih-sedih! Kalok mau ketemu gue,  gampang. Tinggal kesini." tukas Aksara tak ingin dibuat sedih.

"Kenapa harus home schooling  sih Ra?" tanya Jasmine yang di balas senyum tipis oleh Aksara.

'Gue gak bisa liat Aksa lebih milih cewek lain ketimbang gue. Dan gue nggak berani  keluar rumah. Pelindung gue ninggalin gue.  Lantas siapa yang bakal bantu gue kalok seandainya orang itu datang lagi? '

End...

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang