Bagian 1

28 7 20
                                    

Hai guys, sebelum masuk ke cerita aku mau ngomong sedikit nih .

Entah cerita ini bakal aku tulis terus atau engga, tapi kalau kalian suka dan ngedukung aku untuk nerusin cerita ini nantinya, jangan lupa klik tanda bintang di pojok kiri bawah ya dan jangan lupa tinggalkan komen kalian.

Aku harap sih kalian suka dengan ceritaku, karena gak tau nih tiba tiba ada ide sekelebat muncul hshshs.

Kalau suka sama ceritanya jangan lupa votment nya ya guys

.
.
.
.
.
.
.
.

"bundaa. . . . sa-kitttt bun . . ampuun bunda" teriakan kesakitan seorang anak kecil berumur 9 tahun itu terdengar sangat parau. "bun . . . hikss udah bundaa sakitt"

lagi dan lagi, ibu dari anak kecil itu memukulnya dengan sangat keras. Sedangkan ayahnya hanya melihat kejadian itu dengan duduk santai di meja makan. Seolah-olah buta dan tuli akan kejadian yang terjadi di depannya .

"MAKANYA KALAU DISURUH HABISIN MAKAN ITU DIHABISIN. MASIH UNTUNG KAMU SUDAH SAYA KASIH MAKAN!!" teriakan itu menggema diseluruh ruang makan itu.

"hikss a - akuu . . kenyang bun, hiks.." suara parau itu semakin menjerit ketika sang ibu menyeret dia ke kamar dan menguncinya di dalam sana.

Anak berumur sembilan tahun itu terisak dan melorotkan tubuhnya ke lantai dan menangis mengingat seluruh rasa sakit yang menjalar di tubuh anak itu.

"Bundaa!" seorang gadis remaja itu terbangun dari tidurnya dengan napas yang tersengal mengingat mimpi itu datang kembali.

"hosh.. mimpi itu lagi, argh" dia mengusap wajahnya kasar dan beranjak bangkit dari tempat tidurnya untuk mengambil minum.

————

Disini kami berdua berada, aku yang sedang melahap bakso dengan penuh ketenangan dan Bima yang sibuk dengan mie ayam kesukaannya terganggu dengan teriakan khas seperti toa masjid yang memekakkan telinga.

"uhuk .. uhuk .." reflek aku nepuk nepuk bahu Bima karena pentol yang seharusnya gue kunyah udah langsung meluncur akibat teriakan toa itu

Aku langsung menenggak jus alpukat yang disodorkan oleh Bima sampai habis. Dina dengan tampang watadosnya itu menghampiri gue dengan nyengir nyengir.

si anjir malah nyengar nyengir kek kunti, minus akhlak emang. batinku

"Wawa lo gak papa?" tanya Dina dengan watadosnya yang pengen aku sentil aja tuh ginjalnya.

Dengan senyum merekah yang dipaksakan aku menjawab pertanyaan yang dilontarkannya, "Gak papa kok Dina sayang, mau gue nyanyiin lagu gak ?"

"Suara lo jelek, tapi gapapa lah sini nyanyiin gue"

Aku mengelus dadaku sabar, punya temen kek dia emang harus sabar ngadepin sifat kek setan.

"Kau adalah incaran .. DAKJAL! D - A DA J-A JAL , ANJING"

Bima yang sedari tadi memperhatikan kita berdua sambil memakan mie ayamnya itu tawanya langsung pecah. Sedangkan si Dina langsung menggerutu gak jelas.

"BWAHAHAHAHAHA ANJIR NGAKAK KAMPRET"

Aku langsung merotasikan kedua bola mataku dan melanjutkan aksi makan ku yang sempat tertunda.

NESWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang