02. Dunia Lain Yang Familiar

1.1K 170 57
                                    

❖✾❀✾❖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❖✾❀✾❖

     Suara riak air menggema ke seluruh penjuru, si gadis bersurai [h/c] berjalan kemana pun kakinya menuntun. Semuanya gelap, tak ada siapa pun atau apa pun di sini. Hanya ruangan gelap dan genangan air setinggi mata kakinya. Ia sendirian.


     Ia mengedarkan pandangan ke seluruh arah dengan penuh waspada, mencari seseorang.

     "Tak lama lagi dia pasti datang," batinnya tanpa menurunkan kewaspadaannya.

     Tes

     Terdengar suara tetes air, disusul dengan muncul dan mekarnya ribuan bunga berwarna merah yang dikenal sebagai lambang kematian―higanbana. Gadis itu terkejut dan bingung, bunga yang ada di mimpinya kali ini berbeda dengan mimpi-mimpi sebelumnya. Kemana perginya bunga-bunga kuning simbol musim panas itu?

     Ia mengerutkan dahinya, otaknya berusaha memproses apa yang sedang terjadi. Setelah berpikir selama beberapa saat, sebuah kemungkinan muncul di kepalanya.

     "Jangan-jangan--"

     Tes

     Suara tetes air terdengar untuk kedua kalinya, disusul dengan berubahnya warna bunga dari merah ke biru. Bagus, dia semakin bingung sekarang.

     "Oh, halo. Kita berjumpa lagi," sebuah suara memecah keheningan, membuat gadis itu mengerjap kaget.

     Sebuah cahaya kecil berwarna putih tiba-tiba muncul, membuatnya reflek menutupi pandangan dengan lengannya.

     "Apa maksud sebenarnya dari semua ini, Hikari*-san?" tanya gadis bersurai [h/c] itu pada Hikari-san―cahaya yang ada di hadapannya. Nadanya terdengar tegas, meminta jawaban dari cahaya misterius itu untuk meredakan rasa penasaran yang membelenggunya.

     Namun, alih-alih menjawab, cahaya kecil itu mulai bersuara lagi. "Aku sudah membekalimu,"

     "Membekali? Apa mak--"

     "Semuanya akan dimulai dalam waktu tiga bulan," lanjutnya tanpa mempedulikan pertanyaan [Your name].

     Tes

     Suara tetes air terdengar kembali untuk ketiga kalinya. Cahaya kecil tadi kian besar dan semakin terang. [Your name] menutup matanya agar tidak melihat cahaya yang menyilaukan itu. Cahaya itu perlahan-lahan mulai menelan tubuhnya.

     "Selamat tinggal, semoga kau berhasil."

     Suara itu terdengar menggema dan semakin lama terdengar kian jauh lalu mulai menghilang secara perlahan.

𝐒𝐔𝐍𝐅𝐋𝐎𝐖𝐄𝐑 || 𝚃. 𝙼𝚞𝚒𝚌𝚑𝚒𝚛𝚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang