Fourth

6 1 0
                                    

Upacara yang memakan waktu lebih dari setengah jam itu akhirnya usai. Semua siswa-siswi berhamburan pergi menuju kelasnya masing-masing.

Tadinya, Echan dan Aury ingin langsung pergi juga seperti yang lainnya. Tapi sayangnya Echan harus dipanggil ke kantor oleh Pak Jono. Mungkin karena sepatu Echan yang tidak sesuai standar yang ditetapkan oleh sekolah, akhirnya Aury pamit pergi terlebih dahulu setelah mengembalikan topi milik Echan.

"Haikal," Panggil Pak Jono.

Echan kini sudah berdiri sigap di depan meja Pak Jono hampir dipenuhi oleh beberapa lembar kertas serta buku-buku bahan ajarnya. Beberapa guru lain meledek Haikal perihal kejadian pagi tadi, hal tersebut jelas membuat Echan malu dan hanya merespons godaan para guru dengan tawa.

"Sepatumu itu, loh. Kok ya nggak pernah bosen kena razia," Tegur Pak Jono.

"Sepatu saya yang hitam masih basah, Pak," ucap Echan beralasan.

"Saya nggak mau tau, sekolah itu harus sesuai sama aturan."

"Iya, Pak. Maaf."

"Maunya gimana?"

Echan yang tadinya hanya menunduk kini wajahnya menatap wajah dengan hiasan kumis tebal Pak Jono. "Gimana apanya, Pak?"

"Mau saya ambil sepatumu atau mau bersih-bersih toilet cowok?"

"Nggak ada pilihan lain, Pak?"

"Malah nawar."

Echan tampak sedang berpikir, jika ia memilih opsi pertama jelas ia akan kena marah Mami. Sebab, kalau sepatu sudah disita tidak akan balik kepada sang empunya, biasanya didermakan kepada orang yang membutuhkan oleh pihak sekolah.

Akhirnya ia memutuskan untuk membersihkan toilet saja, hitung-hitung sambil olahraga. Pasalnya satu minggu terakhir dia belum workout sama sekali.

"Bersihin toilet cowok aja deh, Pak," pungkas Echan akhirnya.

...

"Celana lo kenapa deh, basah gitu?" Echan tersentak kaget begitu mendengar pertanyaan Aury yang tiba-tiba saja berjalan melewatinya dari arah belakang.

"Anjing," umpat Echan.

"Ditanyain malah ngatain. Nggak sopan!" Belum sempat membalas ucapan Aury, Echan malah dibikin menganga ketika gadis itu pergi meninggalkannya begitu saja.

Echan mengikuti langkah cepat Aury, lalu ketika ia sudah berada di samping Aury, Echan membisikkan sesuatu di telinga Aury.

"Rok lo berdarah," ucap Echan kemudian dengan santainya ia langsung pergi tanpa melihat ekspresi Aury yang tidak bisa dikondisikan. Aury bahkan sampai tegang, matanya melirik ke sana ke mari, memastikan tidak ada siswa lain di sekitarnya.

Hari ini memang jadwalnya ia menstruasi, tapi ia tidak menyangka kalau sampai mengenai roknya. Dengan segera ia mengecek rok bagian belakangnya, sempat kesusahan mencari bercak merah di roknya sebab memang tidak ada bercak sama sekali. Echan telah menipunya.

Mata Aury memandang jauh ke depan, melihat laki-laki yang dengan santainya berjalan setelah menipunya. Di lubuk hatinya yang paling dalam, ingin rasanya ia menyiram Echan dengan saus tomat ke seluruh tubuhnya. Bisa-bisanya manusia itu mengerjainya.

"Echan sialan!" geram Aury.

...

"Katanya Aury putus sama Dimas ya?" bisik Bella pada Nabel.

"Kata siapa?"

"Tadi denger-denger sih, mereka berdua kaya orang nggak kenal gitu pas ketemu di depan sekolah."

Can We? [Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang