Sixth

6 0 0
                                    


Pria paruh baya baru saja menyudahi kelas siang itu. Setelah mengucapkan salam, maka pria itu segera keluar dari ruangan. Berikutnya diikuti mahasiswa. Aury masih duduk di kursinya, memasukkan beberapa barang ke dalam tas. Beberapa mahasiswa lain menyapa Aury sebelum mereka benar-benar keluar kelas. Aury hanya membalasnya dengan anggukan atau ucapan singkat seperti. "Iya. Duluan aja."

Seperti biasanya, ia akan langsung pulang ke indekos. Tidak ada nongkrong di kafe atau sekedar ngobrol santai di kantin kampus apalagi mampir ke perpustakaan.

"Ry, mau langsung balik?" Tanya Rainal begitu Aury benar-benar berada di luar kelas.

Aury tersenyum ramah, lalu mengangguk. "Iya, capek banget gue, udah kangen kasur."

"Gue anter, yuk," tawar Rainal yang langsung dibalas dengan gelengan kepala. Kaki Rainal berjalan mensejajari langkah Aury.

"Aw." Aury mengeluh saat tiba-tiba saja salah satu teman sekelasnya menyenggol bahunya saat ia sedang berjalan,

Rainal yang melihat itu langsung menegur Yesi—perempuan tinggi dengan rambut panjang lurus yang menyenggol lengan Aury—tangannya langsung terulur mengelus lengan Aury.

"Eh, hati-hati dong jalannya, lo nyenggol Aury nih."

Mata bulat Yesi menatap Aury dengan pandangan sinis. "Ya elah, kesenggol dikit doang ini, gue mah jalannya udah hati-hati, kali. Kalian aja yang ngalangin jalan gue," katanya langsung melenggang pergi.

Aury bisa mendengar kasak-kusuk yang ada di belakangnya. Beberapa teman sekelasnya membicarakannya. Entah apa salah Aury, tapi setiap apa yang terjadi padanya, Aury selalu jadi bahan pembicaraan.

Yang membuatnya semakin geram adalah orang-orang itu membicarakannya tepat di belakangnya, hingga ia bisa mendengar apa yang orang-orang bicarakan kepadanya.

Aury memang cantik, hingga banyak perempuan lain yang terkesan iri dengannya. Apa lagi ditambah perlakuan orang-orang kepada Aury yang terlampau baik padanya terutama para laki-laki.

Pernah saat waktu ospek fakultas, Aury datang terlambat karena bangun kesiangan. Tadinya Aury pikir ia akan kena marah habis-habisan oleh kakak tingkat yang menjadi panitia ospek. Tapi nyatanya, ia tidak kena marah sama sekali. Malahan, begitu ada mahasiswa baru lainnya yang datang terlambat, mereka kena amuk oleh beberapa kakak tingkat.

Sejak saat itu banyak yang tidak suka dengan Aury. karena orang-orang pikir Aury memanfaatkan kecantikannya untuk hal-hal yang bisa menguntungkan dirinya sendiri.

Dia akan mudah berteman dengan orang yang mau mengajaknya bicara terlebih dahulu. Seperti yang dilakukan kebanyakakn cowok padanya. Makanya Aury terlihat lebih akrab dengan cowok dari pada cewek.

"Gue balik sendiri aja deh, mau mampir beli makanan juga."

"Nggak pa-pa bareng gue aja, gue juga mau beli makanan kok."

"Next time ya, Nal," ucapnya.

Aury buru-buru pergi sambil melambaikan tangannya pada Rainal.

"Nal, kamu mending anter aku pulang aja, kost aku deket kok," pinta Clara yang sedari tadi mendengarkan percakapan antara Aury dan Rainal.

"Sorry ya, gue baru inget kalau gue ada urusan. Duluan, ya." Rainal pergi begitu saja, tangannya memJenoarkan tas hitamnya yang sediki miring, berjalan lambat kemudian perlahan langkahnya ia percepat.

"Tuh, kan. Kesel deh gue, kenapa semua cowok baiknya ke Aury doang?!"

"Ya dia kan cantik," sahut Maya cewek dengan rambut sebahu, kulitnya sedikit gelap disbanding Clara, namun dia lebih tinggi. "Keadilan social bagi cewek cantik. Lo yang lumayan good looking aja ditolak, apa kabar gue yang udah mirip kedelai hitam pilihan?"

Can We? [Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang