13

75 12 1
                                    

Axel POV.

Entah mengapa di sepanjang hidupku tidak pernah bagiku untuk membuka hati pada perempuan mana pun selain satu perempuan yang selalu memenuhi hati dan pikiranku. Apapun alasannya aku tidak mengerti kenapa bisa seperti itu.

Anggaplah aku ini laki-laki bodoh yang terlalu naif untuk menyadari bahwa perasaan ini seutuhnya hanya untuk Aluna.

Mungkin bagi orang lain dia tidak lebih spesial dari wanita biasa yang memiliki paras cantik. Ya, bukankah semua perempuan berhak menyandang gelar cantik?? Hahaha, dia juga tidak pintar, bahkan di semester lalu ia hampir di nyatakan D.O karena memiliki banyak sekali catatan hitam perihal sering membikin keributan dan memiliki nilai Indeks Prestasi yang tidak bisa di katakan memuaskan.

Aku yakin kalian sudah mencap dia sebagai anak berandalan. Ya! Kata itu tidak ada salahnya. Namun terlepas dari itu semua, dia memiliki jiwa yang besar dan teramat kuat. Dari hal itu aku selalu banyak belajar dari dirinya.

Bagaimana tidak? Sedari kecil, ia yang tidak tahu apapun mengenai kejadian yang menimpa mommy nya yang membuatnya dipaksa keadaan untuk cepat mengerti. Dia selalu menyembunyikan kesedihan di balik senyumnya. yang mana sampai saat ini senyum tersebut selalu menjadi senyum termanis bagiku.

Kalian mungkin menganggap aku lebay. Tapi percayalah, hanya krena melihat senyumnya, mampu mengubah hari-hariku menjadi lebih berwarna.

Semenjak kecil kami memang selalu bersama-sama, karena daddy ku dan daddy nya memiliki ikatan keluarga. Walaupun mungkin sudah bisa dibilang keluarga jauh karena sangkut paut kami terletak di silsilah keturunan eyang uti ku dan juga eyang akung nya. Sudah teramat jauh bukan? Hahaha, ya sudahlah itu tidak perlu lagi kita bahas.
Untuk itu sudah wajar jika kami berdua sangat dekat, ya walaupun aku selalu memberi kesan penolakan, cuek dan acuh, justru aku bergerak dalam diam.

Kedekatan kami berlangsung sampai umurnya 13 tahun dan aku berumur 17 tahun, dimana saat itu aku harus pergi ke Jerman untuk study kedokteran yang aku pilih. Tentu itu adalah sesuatu hal yang berat untuk aku lakukan, tapi aku berjanji akan kembali dalam kurun waktu 4 tahun kedepan membawa gelar sarjana, tepat di acara ulang tahunnya yang ke 17 tahun.

Namun, setelah 3 tahun pergi meninggalkannya, aku mendapati kabar buruk perihal kematian sosok daddy yang teramat ia sayangi. Hal itulah yang membuatku memutuskan untuk pindah study, walaupun sebentar lagi aku akan dinyatakan sebagai sarjana kedokteran dengan predikat cumlaude.

Tidak sepenuhnya pindah, melainkan study hybrid. Jadi aku masih bisa melanjutkan kuliah kedokteran ku di jerman dan juga di Indonesia sekaligus.

Hal itu tidak lebih penting bagiku dibandingkan dengan gadis yang ku cintai. Ia membutuhkan kehadiranku di sisinya, tentu apapun yang menyangkut tentangnya akan aku sanggupi. Sekalipun nyawaku menjadi taruhannya.

Hal yang terjadi saat itu sungguh mengguncang hebat mentalnya. Namun, aku tidak pernah menyerah untuk selalu memberikannya dorongan semangat dan apapun itu agar ia cepat kembali pulih.

Selang beberapa tahun, akhirnya ia kembali hidup normal dan menjalani hidupnya seperti biasa. Walaupun semua rencana ku dari awal sudah gagal, jadi sampai saat ini tidak pernah ada kesempatanku untuk menyatakan cinta padanya.

Ya, rencana untuk pulang tepat di ulang tahunnya yang ke 17 tahun itu akan aku jadikan momen pertama kali aku menyatakan cinta. Tapi akibat kejadian itu aku terpaksa menundanya. Sampailah pada akhirnya aku terjebak pada hubungan palsu yang diciptakan oleh junior satu tingkat dibawah ku, yaitu Zeeva.

Kami memang seumuran, tapi jangan lupakan jika aku pernah melewati sekolah akselerasi saat SD. Jadilah saat ini aku menjadi satu tahun lebih dulu mengenyam perkuliahan darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Journey Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang