"Putri, aku bawa ini buat kamu." Bocah laki laki berumur sekitar 12 tahun itu mengasongkan sebuah gantungan kunci ke wanita yang dia panggil putri itu. Tampilan bocah laki laki itu begitu rapi, terlihat jelas dari pakaian, gaya rambut dan juga kacamata minus yang dia pakai.
"Ini aku beli waktu di Jogja, di ukir langsung dengan tulisan Patih, kamu simpan yah. Kalo aku nyimpan yang ini, ada tulisan putri nya," jelas bocah tadi sembari sumringah mengeluarkan gantungan kunci satu lagi. Sesuai dengan yang dia katakan, gantungan berbentuk hati itu memang di ukir khusus dengan tulisan "patih" dan juga "putri".
"Mmmh, makasih banyak Patih. Ini bagus banget. Pasti aku simpan ko." Wanita yang juga berumur 12 tahun itu mengambil gantungan kunci yang disodorkan tadi. Dia tersenyun walau terlihat di paksakan. Wajahnya sedikit canggung.
Seperti ada yang ia sembunyikan.
Patih tersenyum dengan iklas. Matanya berbinar bahagia. "Bagus, dengan begitu, artinya kita bakalan selalu bersama," ucapnya tanpa penjelasan. Tak ada jawaban dari wanita yang berada di samping kiri tempat duduknya.
"Kata si Mas penjualnya. Kalau kamu sedang rindu, atau kesepian, itu saatnya kamu pakai gantungan ini. Kamu bisa ngobrol, curhat dan lain sebagainya sama orang yang terukir di gantungan itu. Anggap aja aku respon semua obrolan kamu. Ya walaupun itu cuman khayalan, tapi kalau kamu percaya, katanya, kamu pasti bakalan bisa merasakan kehadiran orang itu," jelas Patih kembali berbicara.
Wanita itu tersenyum getir. Seolah menahan rasa haru dan juga sedih. Dia menghela nafas dengan berat, tak kuat untuk kembali menahanya, dengan wajah takut Ia mengulum bibir manisnya, gelagat akan berbicara.
"Makasih Patih. Makasih banyak. Barang ini akan menjadi barang yang sangat berharga buat aku. Selain jadi alat yang unik. Ini juga bakalan jadi barang yang terakhir kali kamu kasih ke aku. Setelah ini kamu gak akan ngasih barang barang sepesial kamu ke aku. Ini yang terakhir Patih, dan ini akan sangat berharga, sangat berharga," ucap putri tersengal sengal. Wajahnya begitu sendu. Berulang kali dia memaksakan tersenyum agar terlihat tegar, tapi alhasil, dia kalah oleh kesedihannya. Patih kebingungan melihat Putri yang tiba tiba menangis penuh isak. Walaupun Patih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi sungguh, wajah Putri sangat menyedihkan.
"Lusa aku bakalan berangkat ke Aceh. Ayah di pindahin tugas ke sana. Dan mungkin akan lama. Maaf aku baru bilang. Aku takut kamu mikirin ini pas liburan di Jogja. Aku bakalan lanjut SMP di Aceh. Bukan disini. Dan bukan sama kamu. Kamu baik baik ya di Bandung. Jangan lupain aku. Jangan lupain kenangan kita. Aku bakalan rindu sama kamu, dan semua tentang kamu. Aku juga akan rindu taman ini, ada sejuta cerita tentang kita yang ter-rekam di taman ini. Dan satu lagi, kamu gak usah lagi buat ngirim ngirim barang ke aku, atau apapun yang berlebihan. Tolong Patih, karena itu akan sia sia," lanjut wanita itu tertunduk penuh sendu. Air matanya menetes tak henti. Wajahnya terlihat begitu sedih dan sangat terpukul.
Patih memalingkan pandangannya dari Putri yang tengah menangis itu. Ucapan Putri cukup menampar keras seorang Patih. Dia tak pernah menyangka hari ini akan ada hal semenyedihkan ini. Tiba tiba saja, semua rencana yang pernah mereka susun rubuh tak tersisa. Yang juga menyakitkan bagi Patih, mengapa Putri menyuruhnya untuk tak lagi perhatian kepadanya. Laki laki itu semakin Rapuh, dia hanya bungkam menatap lurus ke arah rumput. Menghilangkan keceriannya, tak bisa melakukan apapun.
Putri memeluk Patih dari samping. Posisi mereka masih terduduk di kursi taman berwarna putih. Isakan Putri terdengar begitu menyedihkan di telinga Patih. Lambat laun Patih pun ikut meneteskan air matanya. Sungguh ini semua sangat berat bagi mereka. Rasanya mereka ingin terus menangis hingga melupakan semua kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Patih
RomanceTentang kenangan yang belum terlupakan. Dan perasaan yang sampai kini masih bertahan. Sena dan Seryna mempunyai kenangan yang sangat manis dimasa lalu. Satu kejadian membuat mereka harus berpisah selama bertahun tahun. Dan sekarang, setelah waktu y...