00. cerita lama

0 0 0
                                    

Kerumunan orang, suara canda tawa, kursi dan meja cantik dengan nuansa putih. Semua orang tampak bahagia kecuali Hanna, senyumannya tampak sangat terpaksa dan ia tampak tak nyaman duduk berdampingan dengan Ten, pria yang akan menjadi suaminya itu. Pernikahan dilaksanakan dengan adat Thailand, karena kau tau ayah dari Ten adalah pria asal Thailand walaupun sekarang ia telah berpindah kewarganegaraan.

Ten benar-benar tak bisa diprediksi, mungkin ia sekarang tampak pengantin pia yang bahagia, tapi pada kenyataan nya ia dingin, tak jelas dan selalu membuat orang lain  bingung dengan maksud dari perkataannya. Walaupun Hanna dan Ten sudah tinggal bersama selama 11 tahun tapi keduanya masih belum bisa memahami satu sama lain, Hanna yang berpikir harus selalu menurut dengan keluarga Connor karena ia menumpang hidup pada mereka dan Ten yang selalu memegang Kata-kata nya, ia selalu teguh dengan apa yang ia ucapkan.

Setelah pernikahan selesai keluarga Connor mengirim Hanna dan Ten untuk tidur di hotel bintang lima milik ibu Ten yang ada di tepi pantai, kamar yang telah di hias dengan nuansa romantis. Pemandangan pantai yang menenangkan, meja makan dengan banyak sajian laut dan botol wine disana serta tempat tidur yang dihiasi kelopak bunga mawar. Saat mereka memasuki kamar itu, Hanna tampak terkejut, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka. Ten yang sudah tau pasti apa yang diperbuat ibunya hanya bisa menggelengkan kepala sambil memasuki kamar itu, ia duduk di sofa yang mengarah ke pemandangan pantai sambil membuka beberapa ornamen pada pakaian pernikahannya. Sedangkan Hanna yang masih sangat canggung pada Ten bahkan dari pertama mereka bertemu hingga sekarang memilih duduk di sebelah Ten tapi ia duduk di lantai.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Ten heran melihat tingkah laku Hanna, ia duduk di lantai dengan gelisah dan memainkan jarinya.

"Duduk dan istirahat?" Jawab Hanna dengan terbata-bata sambil tersenyum canggung.

"Oke, tapi kenapa di lantai? Makanya disediakan sofa disini agar kita tidak duduk di lantai"

"B-boleh? Maksudku apa kakak nggak keberatan?" Ia begitu gugup sehingga sangat nampak bahwa tubuhnya bergetar saat akan duduk di sofa.

"Apa menurutmu selama ini aku tampak keberatan jika ada didekatmu?" Tanya Ten yang membuat Hanna kebingungan dan merasa tak enak.

"Bukan itu maksudku.. " Jawab Hanna pelan sambil menunduk karena merasa bersalah.

Saat Ten sedang sibuk dengan pakaian nya Hanna hanya diam disitu tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia bahkan belum melepas aksesoris yang ia kenakan, ia hanya duduk diam menunduk dan menangis di dalam hati.

"Jangan-jangan kak Ten sakit hati lagi aku ngomong gitu? Ya Tuhan aku harus gimana?" Oceh Hanna dalam hati.

"Aku akan gunakan kamar mandinya dulu, kau bisa berganti pakaian atau lakukan hal lain yang membuatmu nyaman"  Mendengar perkataan Ten Hanna langsung berdiri.

"Hahaha iya jangan khawatirkan aku, kakak bisa mandi dengan nyaman dan aku akan menunggu disini" Jawabnya gagap.

"Kau mau gunakan kamar mandinya dulu? Harusnya kau bilang padaku ck" Ucap Ten sambil menghela napas dan kembali duduk di sofa, Hanna yang masih berdiri memasang muka bingung dan membatu sambil menatap Ten.

"Kenapa kau nggak ke kamar mandi? Kenapa melihatku begitu?" Tanya Ten bingung.

"Sepertinya terjadi salah paham, aku sebenarnya hanya ingin bilang nggak apa kalau kak Ten mau pake kamar mandinya duluan, bukan aku yang mau duluan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Atlantic HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang