1. Pertama dan Terutama

29 8 6
                                    

Nampak seorang anak kecil memakai pakaian bak seorang pangeran, baju hitam dan selempang merah menyala berlari menuju ibunya yang berada di kamarnya,

"Ibu.. Ibu.." Seru pangeran kecil sambil menarik - narik tangan ibunya yang lembut

"Iya, ada apa Afrim?" sambut ibunya hangat lalu mengangkat anaknya itu kedalam gendongan nya

"Bisa beri Afrim dongeng Sebelum Tidur?" ucapnya memohon sambil membenamkan kepala kepada dada sang ibunda

"Ayo ayo.. Kita ke kamarmu dulu ya Af.." lanjut ibunya dengan lembut sambil membawa anak dalam gendongannya itu menuju kamarnya

Cekrek..

Pintu itu terbuka dan menampilkan pemandangan kamar yang mewah,

"Ayo ibu berceritalah.. " Afrim masih digendong ia belum mau turun

"Begini.." Ibunya menurunkan Afrim dengan mengalihkan perhatiannya kepada apa yang akan diceritakannya
"Dahulu kala.. Seorang Petani hidup bahagia ia merasa hidupnya sempurna" ucap sang ibu mengawali

"Lalu apa yang salah dengan itu?" ucap Afrim memotong

"Lalu.." Ibunya tersenyum membelai halus lambut putranya sambil melanjutkan cerita, "Ia merasa hidupnya sempurna, Walau dia tak memiliki seorang istri apalagi seorang anak" sang Ibu melanjutkan

"Lama - lama penduduk desa mulai mengolok - olok pola pikirnya yang aneh itu 'Hei lihatlah dirimu siapa yang akan mengurusmu saat tua nanti' yang lainnya membalas 'Siapa pula yang mau hidup dengan orang sepertinya' petani paruh baya itu ingin sekali marah namun apalah daya" Ibunya berhenti sejenak

"Kenapa orang - orang mengoloknya bu? Memang kalau tidak punya istri tidak punya anak ya?" tanya Afrim kecil dengan polosnya

"Ahahah.. Nanti saat dewasa kamu akan tahu baik kita lanjutkan ceritanya.. Sang petani tetap bertahan dengan Kesabaran nya ia menanti seorang pasangan sejati, bertahun - tahun ia mencari, namun tak ada satupun yang betah hidup bersamanya lalu.."

"Eastra? Ayo ini sudah larut.." Vincictor datang menjemput permaisurinya

"Ayah.. Biarkan aku mendengarkan kisah itu sampai tuntas aku mohon.." Afrim memohon kepada ayahnya

"Pangeran kecilku ini sudah malam lebih baik kita tidur.." rayu sang baginda

"Tidak, aku tidak akan tidur sampai aku selesai Mendengar Kisah Itu" Tegas pangeran lalu memangku kedua tangannya

"Lihatlah.. Dia sangat mirip dengan mu Vin..." ucap Eastra kepada suaminya

"Kau benar dia keras kepala sepertiku, baiklah kau boleh mendengarkan cerita itu sampai tuntas" Vincictor ikut duduk di ranjang ikut mendengarkan cerita yang akan disampaikan, Eastra mengangguk dan melanjutkan cerita

"Lalu suatu hari, saat itu dia sedang beristirahat di sebuah telaga sambil bersenandung, tiba - tiba muncul seorang wanita dari balik semak belukar dan berkata 'Hai suaramu indah sekali' si petani pun menjawab 'Terimakasih namun siapakah gerangan ini mengapa saya tidak pernah melihat gerangan di sekitar sini apakah gerangan ini seorang pengembara?' ucapnya dengan sangat kikuk melihat wanita cantik memuji suaranya 'Aku adalah seorang Dewi di kahyangan aku turun ke bumi karena melihat kesabaranmu hai manusia' petani mengernyitkan dahi ia tak tahu apa yang sedang dibicarakan, singkat cerita.. Sang petani menikah dengan wanita tersebut dan mereka mendirikan sebuah kerajaan dengan bantuan kekuatan sang dewi, mereka mempunyai seorang anak dan mereka memberinya nama Afrim" Eastra menghentikan ceritanya dan tersenyum

"Ibu.. Ibu.. Bukankah itu namaku?" Tanya Afrim dengan Polosnya

"Suatu saat kau akan tau nak.." ucapnya lembut lalu berdiri dan membaca sajak yang dihafalkannya

Yang tak diketahui tapi mengetahui
Yang Besar dan Tersembunyi
Halus namun mematikan
Jangan Lengah meski tak dihiraukan

Bangsa yang ramai dalam diam
Bangsa yang baik dalam kelam
Kekuatan besar yang tertidur
Mereka kan datang, Jangan Kendur

"Apa artinya bu?" Afrim bertanya lagi

"Wah.. Wah.. Kau ini seperti ayah, penuh pertanyaan" ucap Vincictor sambil mengelus kepala anaknya membuat senyum di wajah anaknya tampak

"Kau tidak perlu tahu namun keturunanmu sudah pasti tahu" ucap sang ibu

Tahun demi tahun berlalu, Afrim telah beranjak dewasa dan ayahnya telah meninggal dia menjadi Raja atas Landhara kerajaan-nya berkembang pesat ibunya kini sudah tua ia mengorbankan keabadian-nya demi tinggal bersama sang suami dulunya,

"Afrim.." panggil ibunya yang terbaring lemah di ranjang

"Iya bu.." Afrim menjawabnya dengan lembut sebagaimana ibunya memanggilnya

"Ibu berpesan kepadamu.. Ingatlah.. Jangan kamu memiliki lebih dari 1 istri jangan kamu memiliki lebih dari 1 anak dan.." Ibunya berhenti bicara dan hendak mengambil sesuatu dibawah bantalnya

"Dan apa bu?" tanya Afrim penasaran

"Ini.. " ibunya memberi 5 kertas dan salah satunya berisikan sajak yang pernah dibacakan padanya, "Simpanlah ini dan berikan pada anak turumu" lalu ibunya meninggal.

Namun, Afrim melanggar semua itu ia menghilangkan 4 dari 5 kertas itu bahkan ia memiliki 4 istri dan 4 anak maka saat dia meninggal terpecahlah harta, pasukan, senjata ke 4 penjuru mata angin begitu pula dengan senjata - senjata pusaka itu dan kerajaan Landhara pun runtuh.

GelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang