1. [Violetta dan Harvey]

21 1 0
                                    

Vernige, pasar pusat.

Drap drap drap.

Dua orang remaja sedang berlari dengan tergesa-gesa. Sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada mereka saat ini. Nyatanya, mereka sedang berada di pasar. Banyak orang di sini, tapi entah mengapa tidak ada satupun yang menghentikannya.

Cukup kalian tahu, bahwa mereka---dua orang remaja---itu adalah kami.

"Berhenti kalian!" teriak seseorang di belakang kami.

Kami berlari dengan kencang dan bersembunyi di suatu gang kecil. Aku tidak tahu ke mana gang ini membawa kami.

"Hah ... hah ..." Harvey terengah. Ia menatapku. "Di mana segel itu, Vio? Aku tidak melihatnya sedari tadi." Aku mengeluarkan sebuah kotak dengan tulisan-tulisan kuno lalu menyerahkannya. Ia adalah teman seperjalananku, Harvey Terraford

"Ini," kataku.

"Sudah, ayo kita kembali ke kantor agen khusus. Badanku remuk rasanya seharian berlari." Aku dan Harvey berjalan ke luar gang dengan perlahan. Kami tetap waspada melihat sekitar.

Banyak orang melihat kami. Tetapi, untungnya tidak ada satupun yang mengenali. Cukup lama kami berjalan kaki dari pasar pusat hingga ke kantor agen khusus.

"Hah ... melelahkan ya tadi, Harvey." Ia membaringkan badannya di sofa, sudah sebulan ini ia tidur di sana. Aku merasa kasihan padanya.

Aku membaringkan tubuh yang terasa remuk ini di tempat tidur. Harvey tiba-tiba bangun dan menunjukku. "Aku sudah sebulan tidur di sini, ayo kita bertukar." Matanya memelas, aku bangkit dan mengiakan permintaannya. Ya karena kasihan.

"Baiklah, kau boleh tidur di kasur hari ini." Kataku lalu pindah ke sofa.

Ia kegirangan dan meloncat dari sofa ke kasur. "ASYIIIIK!"

Aku menghepaskan tubuhku di sofa dan berkata, "Hanya hari ini! Selebihnya tidak akan!" Tetapi kelihatannya dia tidak peduli.

Lalu tiba-tiba, suara ledakan dari luar gedung terdengar sangat kuat.

DUAAAAAR.

Suara ledakan terjadi. Belum beberapa menit kami beristirahat, kami sudah dikejutkan oleh tembakan yang berasal dari arah jendela.

"Astaga, apa itu?" Aku terlonjak kaget begitupun dengan temanku.

Harvey berjalan menuju ke arah di mana ledakan ini terjadi. "Ini bom asap, Vio. Sepertinya mereka sudah tahu."

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

"Mata-mata Statia! Keluarlah! Jika tidak semua gedung ini akan hancur dalam 10 detik."

"Benar, 'kan?" Harvey menghampiriku. Ia menatap sekeliling waspada. Matanya tajam.

"Bagaimana mereka bisa tahu keberadaan kita? Bukankah tadi kita sudah lolos?" Aku mengeluarkan tongkat. Bersiap untuk segala sesuatu yang terjadi nantinya.

Karena percayalah kalian. Kantor kami dikepung sekiranya ratusan polisi dan helikopter. Harvey mengenggam tanganku. Sepertinya ia tahu bahwa aku sedang gelisah.

"Tenanglah, Vio. Kita 'kan terpilih sebagai mata-mata Statia, ini saatnya kita buktikan pada mereka semua, bahwa Statia itu kuat."

"Hah ... yah, kamu benar. Ayo kita lawan mereka dan tunjukan betapa hebatnya Statia," kataku dan berlari ke arah pintu keluar, dengan hati-hati.

Aku memegang tongkat dengan waspada, begitu pula dengan Harvey yang sudah mengacungkan tongkatnya ke atas. Tanda bahwa tongkat itu siap untuk digunakan.

Blue CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang