6. [Kantor Pusat]

8 2 0
                                    

Suara mesin kereta mengagetkanku disusul suara Harvey yang berteriak nyaring. Setelah perjalanan cukup lama, kami berhasil menuju Hollowbreak, Statia tanpa gangguan lagi.

"Hei, bantu aku menarik remnya! Kita hampir menabrak." Fohlcon mengangguk dan langsung membantu Harvey. Aku? Aku hanya diam karena kurasa dua tenaga saja sudah cukup. Gerbong yang kami curi ini cukup kecil.

Benar, 'kan apa kataku. Keretanya langsung berhenti menimbulkan decitan yang nyaring. Aku menutup telinga akibat suara yang ditimbulkan. Aku yakin, di luar sana kami semua mengundang banyak pasang mata.

"Kita mengundang perhatian," aku menunjuk ke arah jendela. "Banyak masyarakat di sini!" Mereka tersadar dan langsung melihat ke arah luar.

"Keluar saja dulu, Vio." Katanya dan aku mengikuti.

Beberapa pasang mata melirik kami dengan raut terkejut yang samar. Bagaimana tidak, tiba-tiba di depan mata sebuah gerbong kecil berhenti tanpa masinis di dalamnya, hanya ada tiga remaja yang keluar.

Aku, Harvey dan Fohlcon berusaha tidak mempedulikan tatapan aneh yang diberikan oleh semua orang di sini. Memilih untuk menggendong tasku dan menyeret koper menjauh dari kerumunan. Hal serupa dilakukan oleh keduanya, Harvey dan Fohlcon.

Kulirik arloji yang melingkar di pergelangan tanganku namun tidak menemukan apapun selain jarum jam yang berhenti bergerak. Kulepaskan jam itu dan memasukannya ke saku.

"Lebih baik kita menuju kantornya dulu, aku yakin itu pasti di dalam." Harvey mengiakan ucapan Fohlcon.

"Kau benar." Katanya. "Ayo, Vio, Fohl." Sambungnya sambil berjalan beriringan. Kupasang tatapan tajam kala beberapa pasang mata menatap kami dengan tatapan aneh.

Kulirik Harvey dan Fohlcon yang nampak tidak peduli. Aku bingung, apa salahnya dengan kami selain peristiwa gerbong kereta tadi. Kami bertiga berpakaian normal, tongkat pun sudah kami amankan agar tidak mengundang perhatian.

Lantas, mengapa sejauh ini mereka masih menatap kami seakan kami adalah buronan, ah ... kata buronan mengingatkanku pada polisi gendut itu.

Tidak sampai sepuluh menit untuk kami sampai di kantor yang dikatakan Fohlcon. Kutatap bangunan yang berdiri di depanku. Bangunan kokoh dengan warna putih bersih dan terdapat lambang khas di atasnya.

Aku menghela napas, karena saat ini aku yakin pasti wanita itu akan memarahi kami dengan memakan waktu yang sangat-sangat lama.

Tanpa berlama lagi, kami masuk ke dalam dan menemukan seorang wanita berdiri membelakangi. Pakaiannya tidak jauh berbeda dengan kami. Adiera Salvani berbalik dan menatap kami dengan alis terangkat dan tatapannya yang tajam.

Alih-alih mendapat sambutan, kami langsung saja dicerca habis-habisan oleh wanita itu karena tingkah kami yang mencolok hingga menimbulkan keributan di luar.

"Aku tidak habis pikir dengan kalian, mencolok di antara masyarakat tadi adalah sebuah tindakan ceroboh!" Wanita itu menatap nyalang kami, sedangkan aku, Harvey dan Fohlcon menunduk, mendengarkan rentetan kekesalannya pada kami.

"Bagaimana dengan segel yang kalian dapatkan? Ceritakan padaku." Nadanya kembali tenang, tatapan intimidasi itu tidak hilang dan malah semakin menjadi ketika Harvey dan aku menceritakan semuanya, tanpa terkecuali.

"BODOH!" Wanita itu. Adiera Salvani menggebrak meja di hadapannya. Aku memejamkan mata atas suara yang ditimbulkan wanita itu. Beruntung, pendengaranku tidak pecah mendengar suara nyaringnya disusul dengan suara keras yang berasal dari meja.

"Sungguh bodoh! Kalian hampir membocorkan identitas sebagai agen khusus Statia! Tidak membawa segel dan malah meninggalkannya di kereta! Juga menimbulkan keributan di luar! Di luar sana pasti banyak yang bertanya-tanya siapa kalian semua dan aku harus membereskan itu semua seorang diri! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang