"Like a diamond, your sparkle can bewitch my heart."
ber·li·an n intan yang diasah baik-baik hingga indah kemilau cahayanya.____________________________
Semua orang mendambakan berlian, batu permata yang sangat mahal dan memiliki sejuta keindahan. Selain karena tidak bisa berkarat, kilauan cahaya dari berlian itu mampu menyihir afinitas setiap orang.
Setiap membaca artikel--yang menunjukan betapa berharganya berlian, gadis dengan rambut sebahu itu selalu tertawa hambar. Di dalam benaknya, ia bertanya-tanya, kenapa orangtuanya memberinya nama Berlian Anindira?
Nama yang bahkan tidak pantas menempel pada seragam putih abu-abunya.
Berlian-berharga. Hei, ayolah. Hidupnya sangat jauh dari kata itu. Enam belas tahun dia hidup di dunia ini, hanya ada tiga kata yang pantas bersanding dengannya. Mereka yaitu cacian, makian, dan hinaan.
Misalnya seperti ini;
"Lo tau? Lo itu duri di kehidupan gue! Lo selalu ngerebut kebahagiaan gue!"
"Perlu gue beliin kaca biar sadar kalau lo nggak pantes dekat sama dia?"
"Gue minta, mulai detik ini jauhin Melvin."
Kata-kata sarkastik itulah yang membuat Berlian kini duduk di tepian jalan sambil memeluk sendu. Mungkin, rasanya tidak akan sesakit ini jika orang lain yang mengatakan. Namun, sayangnya kata-kata itu keluar dari mulut kakaknya sendiri.
Kakak macam apa yang menyuruh adiknya sendiri untuk mengakhiri hubungan asmaranya?
Berlian mengusap kasar sisa air matanya. Sudahlah. Tidak seharusnya ia menangisi orang yang jelas-jelas tidak menyayanginya, atau sekadar menaruh empati pun tidak.
Tak mau larut dalam kesedihan yang tiada ujung, gadis itu pun memilih untuk bangkit dari duduknya. Berlian berjalan menyusui trotoar di tengah padatnya kota Jakarta. Namun, ketika tiba di perempatan jalan, seorang cowok berjaket kulit menghadangnya.
"Kenapa?"
"Lepasin, Kak. Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi."
"Karena kakak lo itu? Gue maunya sama lo, Li. Bukan dia."
Berlian diam sejenak, detik berikutnya ia menggeleng. "Bukan."
"Terus?"
"Hubungan kita ini toxic. Kak Melvin nggak bener-bener sayang sama aku, kakak cuma pengen milikin aku."
Ya, sebenarnya gadis itu sudah memutuskan hubungan asmaranya jauh-jauh hari sebelum kakaknya meminta. Berlian merasa, bahwa hubungannya dengan Melvin sudah tidak layak lagi untuk dijalankan.
Bukan tanpa sebab. Cowok di depannya ini merupakan tipe orang yang akan melakukan apa saja dengan 'sesuatu' yang ia miliki. Singkatnya, ia memperlakukan gadisnya itu tidak lebih dari barang yang bisa ia gunakan sepuasnya. Lalu membuangnya ketika bosan.
Jadi, tidak salah bukan gadis itu menyebut hubungannya toxic?
Hubungan yang sudah keluar dari garis wajarnya.
"Ya lo pacar gue, otomatis lo milik gue." Nada bicara Melvin satu oktaf lebih tinggi dari sebelumnya.
"Mencintai itu bukan tentang memiliki, Kak. Tapi tentang saling menjaga satu sama lain. Dan dalam urusan itu, Kak Melvin nol besar."
"Nggak usah berlebihan," cibir Melvin seraya memperkuat cengkraman tangannya.
"Argh ... sakit...."
Melvin tidak menghiraukan ringisan kesakitan dari mantan kekasihnya itu, ia justru hendak membawa Berlian ke dalam mobilnya. Namun, aksinya terhenti, karena tiba-tiba seorang pemuda berpostur tubuh tinggi menghampiri mereka.
"Jabar Jatim Jateng,
Disingkat bae biar pendek,
Mukanya aja yang ganteng,
Tapi beraninya sama cewek,""Ngelawak lo?" tanya Melvin meremehkan. Tentu saja dia kesal. Tidak ada angin tidak ada hujan, orang ini ikut campur saja.
"Jauhin tangan lo dari cewek itu."
"Lo siapa? Mau jadi pahlawan kesiangan?"
"Ini sore btw."
"Nggak usah banyak bacot! Maju sini!"
Berbanding terbalik, karena kini Berlian lah yang mencekal tangan Melvin--berusaha mencegahnya agar mantannya itu tidak berbuat nekat. Namun, sepertinya usahanya gagal.
Melvin memukul cowok itu.
Cowok yang bahkan tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah mereka.
***
560 words
01/09/2020Btw, ada yang baca ISAK?
Cuma mau ngasih tau, cerita ini spin off-nya cerita ISAK. Ada satu tokoh di cerita ISAK yang aku jadiin tokoh utama di sini, cuman belum aku sebutin di prolog.
Siapa dia?
Jawabannya ada di part 1. TBC! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence
Teen FictionLimerence Suatu kondisi saat kita sedang tergila-gila dengan seseorang. Tentang seorang pemuda yang tergila-gila dengan gadis yang menyimpan beribu luka di dalam hidupnya. Bisakah pemuda itu menjadi obat dalam setiap luka yang diderita sang gadis? ...