BAB 1 : SURAT MISTERIUS

97 13 52
                                    

Now playing : Trevor Daniel - Falling

Belajar dari masa lalu itu penting. Jangan mengulangi kesalahan yang sama, karena itu akan membuat hidupmu sia-sia.


***

"Lagi, Sa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lagi, Sa?"

Aksa menolehkan kepalanya, detik berikutnya ia mengangguk lemah. Cowok itu menatap nanar kertas lusuh dengan setangkai bunga matahari yang tampaknya baru saja dipetik dari tangkainya. Sudah tiga hari belakangan ini, wakil ketua osis SMA Bagaskara itu mendapat kiriman surat-surat misterius. Pasti, setiap pagi Aksa menemukannya di loker meja.

Sejujurnya, Aksa merasa risih dengan kiriman surat-surat tersebut. Bukan tanpa sebab. Statusnya di sini, ia telah menjadi kekasih seseorang. Sudah ada nama Ayris yang terukir dalam-dalam di relung hatinya. Namun, masih saja ada fans-fans-nya yang berbuat semaunya sendiri tanpa memedulikan bahwa bisa saja setelah ini hubungan mereka akan kandas. Tidak menutup kemungkinan, bukan?

"Sini lah, buat gue aja." Kenzo yang duduk di sebelahnya langsung merebut kertas itu.

" Kenzo yang duduk di sebelahnya langsung merebut kertas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini bunga matahari. Tau filosofinya nggak?

Bunga matahari itu melambangkan kesetiaan. Kamu tau? Aku kayak bunga matahari dan kamu mataharinya sendiri. Sejauh apapun jarakku denganmu, aku akan selalu memandang ke arahmu. Karena hanya dengan sinarmu, aku hidup.

—L

"Sialan, gue baper lagi!" pekik Kenzo usai membaca isinya. Ya, tiga surat yang harusnya ditujukan kepada Aksa, justru selalu jatuh ke tangan Kenzo. Bukan jatuh di tangan saja, surat itu terjun bebas ke hatinya juga.

Kumpulan alfabet yang disusun sedemikian rupa membentuk untaian kalimat yang indah itu, berhasil membuat Kenzo terkesima. Ada sensasi aneh di hatinya setiap kali membacanya.

Sehebat itu kah kekuatan sajak?

"Gila sih, bu Retno pasti menangis melihat tulisan ini." Bu Retno--guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia.

Limerence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang