BAB 5 : TERULANG

84 11 24
                                    

Playlist : Shawn Mendes - Why

"Jangan bersedih ketika kamu menjadi orang yang miskin harta. Bersedihlah kamu ketika menjadi si miskin hati, yang lupa caranya memanusiakan manusia."

***

Berlian menundukkan kepalanya dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berlian menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dia sedang bergelut dengan isi kepalanya sendiri. Sibuk memikirkan alasan yang tepat, kenapa hari ini teman-teman sekelasnya memperlakukannya dengan cara yang berbeda.

Terhitung satu minggu sudah Berlian menjadi murid di SMA Bagaskara. Dan selama seminggu itu pula, tidak ada gelagat-gelagat aneh yang ditunjukkan oleh teman-temannya. Berlian diperlakukan selayaknya murid baru yang tentunya tidak memiliki atensi khusus di mata orang-orang.

Kehidupannya selama satu minggu di SMA Bagaskara ini, sangatlah berbanding terbalik dengan kehidupan di sekolahnya dulu--SMA Payoda. Di sana, Berlian selalu menjadi pusat perhatian seantero sekolah. Alasannya satu, karena dia menyandang status sebagai kekasih dari seorang Melvin Arshaka--the most wanted SMA Payoda.

Tetapi, percayalah. Menjadi kekasih Melvin itu tidak se-beruntung yang kalian kira. Setiap hari, Berlian harus dihujani berbagai macam bully-an dari fans-fans Melvin yang tidak suka dengan kehadirannya di hidup Melvin. Belum lagi dengan sikap Melvin sendiri, yang over protektif dan terlalu mengekang. Oh, jangan lupakan juga eksistensi Intan yang kerap menebarkan fitnah adiknya sendiri di sekolah.

Seolah, sekolah Berlian yang dulu adalah neraka duniawinya.

Oke, back to the topik.

Berselimut rasa cemas yang berlebih, Berlian menggigiti ujung jemarinya tatkala mengingat kejadian tadi pagi. Karena tidak ada angin tidak ada hujan, semua teman sekelasnya--terkhusus siswi perempuan, melempar tatapan yang aneh kepadanya. Ada sorot tidak suka di manik mata mereka. Tatapan itu persis sekali dengan tatapan dari teman-temannya di sekolahnya dulu.

Satu pertanyaan terselubung di hatinya. Apakah kehidupannya yang kelam di SMA Payoda akan terulang kembali di SMA Bagaskara?

"Hei, Li! Kenapa ngelamun aja? Mikirin apa hayo?" tanya Derina--teman sebangku Berlian, di sebelahnya.

Berlian kontan membuyarkan lamunannya. Untuk satu kali ini saja, dia menghela napas. Setidaknya, masih ada Derina yang bersikap ramah kepadanya.

"Emmm ini Rin, aku lagi mikirin gimana ending novel yang aku baca," alibinya sembari menujukkan novel bersampul merah muda yang sedang ia baca.

"Jinjja? Kalau ada masalah atau apapun itu, cerita aja ke gue, ya. Rin-rin siap mendengarkan!"

Berlian tersenyum simpul. Dia beruntung mendapat teman sebangku, sebaik dan seceria Derina. Derina itu memang awalnya kelihatannya arogan, namun lama-kelamaan gadis itu akan terlihat manis. Meskipun Berlian akui, Derina orangnya super-duper berisik. Bayangkan saja, setiap saat--bahkan saat jam pelajaran sekalipun, dia terus saja berceloteh tak jelas. Biasanya, sih, menceritakan tentang Lucas, Lee Tae-yong, Na Jaemin, Jisung, dan puluhan nama yang sangat asing di telinga Berlian. Pernah sekali Derina menyebutkan nama lokal. Kalau tidak salah, namanya Devan. Entah siapa cowok itu, Berlian tak tahu.

Limerence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang