2 Cinta

47.8K 1.6K 2
                                    

"Dok, tapi adik saya ini nggak ada yang bermasalah kan?"

"Nggak." Jawab Rifan enteng. Dia sibuk menulis hasil pemeriksaan nya pada rekam medis pasien.

"Tapi kenapa belum isi-isi ya dok?" Rifan menarik nafas panjang. Dinda tidak sanggup menatap Rifan. Sore ini Kak Mela bersikeras memboyong adik dan adik iparnya kembali konsultasi. Deri yang baru pulang dari kencannya di Bali enggan berdebat. Dia ikut maunya sang kakak.

"Dari pemeriksaan yang sudah kita lakukan sebelumnya sih hasilnya baik semua. Nanti bisa dicoba lagi saran dari saya. Tandai masa subur ibu Dinda, jangan lupa campur di masa tersebut. Dan tiga hari kemudian silahkan kembali untuk saya periksa." Saat memberi saran ini ada rasa tidak rela dia ucapkan. Entahlah ingat cerita Dinda dan juga kelakuan Deri dengan perempuan lain membuat Rifan tidak ingin membuat Dinda berada diposisi tidak diuntungkan sebagai wanita.

# # #

"Maafin Teh Mela ya." Pinta Deri sesaat setelah dia keluar dari kamar mandi. Dinda mengangguk sembari menyusun laporan yang terbengkalai hari ini. "Belum beres?"

"Belum."

"Marah ya?"

"Nggak."

"Nanti aku bilang deh ke Teh Mela buat nggak ikut campur lagi urusan kita."

"Jangan nanti Teh Mela kesinggung. Mending kita minta bantuan dr. Rifan aja." Usul Dinda. Deri mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?"

"Iya kita minta bantuan, biar dr. Rifan meralat dan bilang kalau ternyata aku sulit hamil bahkan mungkin nggak bisa. Jadi Teh Mela nggak usah repot-repot lagi urusan kita soal anak."

"Emang dr. Rifan mau bantu kita?"

"Pasti mau."

"Yakin amat. Daripada gitu gimana kalau kita usaha dulu aja." Deri mendekat, Dinda yang tau kemana arah selanjutnya langsung menolak halus. "Kenapa?"

"Maaf, A. Aku lagi halangan." Deri maklum. Dinda salah tingkah. Terlebih Deri semenjak tadi memperhatikannya secara seksama. "Kenapa, A?"

"Kamu cantik."

"Gombal." Dinda terkekeh. "Udah sana tidur duluan, capek kan pasti abis kerja." Ada penekanan di kata kerja, membuat dada Deri terasa sesak seketika.

"Bener nih nggak akan...."

"Jangan tanya aku, tanya hati Aa aja. Disana ada nama siapa, aku atau..."

"Din....?!"

"Kita sama-sama tahu, sebelum kita nikah gini kita punya cerita mendalam dengan pasangan masing-masing." Deri bergeming. Ditatapnya perempuan yang mendadak resmi menjadi istrinya itu. Sebenarnya bukan hal sulit untuk mencintainya. Paras ayu, cerdas, mandiri juga baik. Tapi entah mengapa Deri malu untuk jujur pada hatinya sendiri. Dia berbohong di balik logika.

Din...Din...Dinda... Din...jangan Din jangan...

Dinda yang namanya dipanggil-panggil terbangun dari tidurnya. Deri nampak tengah bermimpi, sepertinya mimpi buruk. Terlihat dari peluh yang membasahi wajahnya.

"A...?!" Dinda mencoba membangunkan Deri. "Aa..." Dinda kini sedikit mengguncangkan bahunya. Deri membuka mata dengan nafas terengah-engah. "Aa kenapa?" Tanya Dinda cemas. Deri mengerjap-ngerjapkan matanya dan tiba-tiba dipeluknya Dinda erat. "Aa kenapa?" Deri lebih mempererat pelukannya.






Suami Kedua (FULL PART DI KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang