𝘵𝘸𝘰.

5.2K 753 136
                                    

Kamu mengetuk-ngetuk meja dengan jarimu, gelisah. Suara sensei yang tengah menerangkan pelajaran tidak masuk sama sekali ke otakmu akibat pikiranmu kini dipenuhi keresahan. Sekali lagi, kamu memutar kepala untuk mencuri pandang kearah bangku dekat jendela. Sakusa Kiyoomi dengan fokus mencatat materi yang tertera di papan tulis sampai tidak menyadari tatapanmu.

Masalahnya, dia terlihat terlalu biasa seolah tidak terjadi apa-apa padahal kemarin dia baru saja mengatakan sesuatu yang riskan sampai membuatmu speechless dan tidak bisa tidur dengan tenang. Sedangkan kamu malah resah dan dipenuhi tanda tanya tentang apa maksud ucapannya kemarin. Membuatmu tidak ingin sekolah saja hari ini.

"Baiklah, saya akhiri sampai disini. Kalian bisa mulai berdiskusi tentang festival budaya yang akan datang."

Sensei paruh baya itu mengucapkan salam singkat sebelum keluar dari ruang kelas. Benar juga. Sebentar lagi akan diadakan festival budaya. Sudah waktunya untuk menentukan apa yang akan dibuat oleh kelas. Sejak kelas satu, kamu selalu aktif berkontribusi untuk menyiapkan festival budaya dan kali ini kamu tidak sabar menentukan apa yang akan kelasmu persembahkan.

Ketua kelas mulai mengadakan voting untuk menentukan apakah kalian akan mengadakan rumah hantu atau cafe. Tahun lalu, kelasmu sudah mengadakan maid cafe jadi untuk kali ini, kamu akan memvoting untuk rumah hantu. Entah sejak kapan, namun pikiranmu kini sudah lebih tenang karena memikirkan akan bagaimana serunya merancang rumah hantu di kelas yang tidak terlalu luas ini. Kamu jadi bersemangat.

"Baiklah, jadi kita akan membuat rumah hantu ya! Aku akan membagi tugas untuk mempersiapkannya," sang ketua kelas menepuk telapak tangan untuk menarik atensi para siswa lain. Lalu ia menuliskan beberapa tugas untuk dibagi pada papan tulis dengan tegas. "Untuk tugas membeli perlengkapan..." ia menatap sekeliling untuk mencari orang yang cocok. "Suzumeda," telunjuknya mengarah pada gadis berponytail yang duduk di deretan tengah, Suzumeda Kaori. "Lalu... (Surname)," kemudian ia menunjukmu. Kamu mengangguk menyetujui lalu menoleh pada Kaori untuk melempar senyum.

Ketua kelas kembali berkata, "untuk laki-lakinya aku mau Yahaba dan..." Yahaba Shigeru mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk lesu. Ia lalu mengikuti arah pandang sang ketua kelas pada orang terakhir yang dipilih untuk tugas ini. Kamu ikut menoleh, kemudian melebarkan mata. "Sakusa."

Sakusa mengerutkan dahinya menatap ketua kelas tak suka. "Sebelum kau bertanya kenapa, akan kujelaskan. Aku yakin sekali kau tidak akan menerima tugas seperti make up dan menyiapkan kostum, jadi tugas inilah yang paling cocok untukmu. Kuharap tidak ada yang keberatan." Sakusa bungkam seketika. Tahu kalau ia mengajukan protes, ia bisa berakhir lebih tak menyenangkan lagi. Sakusa mendengus.

Dengan perasaan lega, ketua kelas melanjutkan.

Disamping itu, kamu masih tak percaya akan ditugaskan bersama Sakusa. Orang yang telah membuatmu pusing dan gelisah seharian. Dari sekian banyaknya penghuni kelas, kenapa harus Sakusa? Kenapa kamu harus berakhir bersamanya lagi?

Niatmu hendak mengajukan ketidak setujuanmu namun segera kamu urungkan karena merasa tidak enak. Bagaimanapun, ketua kelas sudah memilihkan tugas ini dengan sangat memperhatikan kemampuan teman-temannya, seperti bagaimana ia mengerti bahwa tugas ini cocok untuk Sakusa. Kamu juga tahu bahwa ketua kelas mempercayaimu dalam urusan uang dan ketelitian berbelanja, makanya ia memilihmu.

Kamu membuang napas pasrah. Dan memilih untuk melakukannya sebagaimana seharusnya. Cukup lakukan seperti biasa.

Benar. Tidak perlu melibatkan perasaan.

-: 𝓶𝓪𝓴𝓮 𝔂𝓸𝓾 𝓶𝓲𝓷𝓮 :-

Angin bertiup cukup kencang menerbangkan dedaunan yang gugur dan menghiasi jalanan dengan warna kecoklatan. Langit berawan dengan warna kemerahan yang cantik pertanda malam akan segera datang.

𝐌𝐀𝐊𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐌𝐈𝐍𝐄 ; sakusa kiyoomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang