𝘴𝘦𝘷𝘦𝘯.

2.6K 445 135
                                    

Ding! Dong!

Ini sudah yang ketiga kalinya bel menyebalkan itu berbunyi. Tiga kali juga pemuda bersurai segelap langit malam itu berdecak kesal. Bagaimana tidak? Waktu istirahatnya yang berharga jadi terganggu karena itu.

Dengan malas, ia memaksa kakinya menuruni tangga menuju pintu depan. Sudah siap dengan segala umpatan, ia membuka pintu itu. Menatap tajam sosok yang lebih pendek disana.

"Yo! Masih hidup?"

"Sialan."

Komori Motoya terkekeh geli dibalik masker putihnya melihat penampilan sahabat sekaligus sepupunya yang berantakan. Wajah yang merah dan rambut yang kusut. Lengkap dengan pakaian super hangat dan kaus kaki.

Dengan santai, pemuda itu masuk setelah meletakkan sepatunya di rak. "Orang tuamu belum pulang?" Tanya Komori sembari menyemprotkan hand sanitizer dan disinfektan yang selalu tersedia di rumah Sakusa.

"Mereka pulang minggu depan," jawab Sakusa. Ia memijit pelipisnya dan berniat kembali untuk berbaring di kamar.

"Oi kau udah makan?" Tanya Komori.

"Gak nafsu. Aku mau tidur aja."

"Makan dulu lah, aku udah beli obat untukmu."

Namun Sakusa tidak menggubris. Ia menaiki tangga sambil tetap mempertahankan pegangannya. Kepalanya yang pusing bisa jadi sangat berbahaya jika ia tidak hati-hati dalam setiap pijakan.

"Sini biar kubantu," ujar Komori yang tahu-tahu sudah memegang salah satu lengan Sakusa. Membantunya untuk naik menuju kamar.

Sakusa merebahkan punggungnya. Pikirnya ia akhirnya bisa memejamkan mata dengan nyaman sekarang. Namun tidak. Sepupunya yang satu ini sepertinya tidak akan membiarkannya istirahat dengan tenang.

"Apa (Name) gak datang?" Komori yang penasaran langsung menanyakannya. Ia mengambil duduk di kursi belajar Sakusa.

Sakusa menghela napas lelah. "Tidak." Ia meletakkan punggung tangannya di kening, menatap kosong pada langit-langit.

"Ternyata benar. Tadi kulihat dia bersama Iizuna-san." Komori menaikkan kakinya untuk posisi bersila. Ekor matanya menangkap sebingkai foto yang familiar, namun tidak biasanya ada disana. "Kenapa foto ini disini?" Tanya Komori sembari meraihnya.

Sakusa melirik sesaat. "Waktu itu (Name) melihat foto itu makanya aku pindah kesini," tutur Sakusa.

Tatapan sayu Komori arahkan terhadap figurnya, Sakusa, serta sahabat lamanya yang terlukis disana. Jujur saja, ia merindukan saat-saat itu.

"Kau masih menyukai (Name)?" Komori bertanya dengan ringannya tanpa melepaskan pandangannya dari potret lawas itu.

Yang ditanya menjeda sejenak untuk memikirkan jawaban. "Hm, begitulah," Sakusa sendiri tidak tahu harus menjawab bagaimana. Hatinya gundah.

"Begitu bagaimana? Kau sendiri tau kan dia sudah menyukai orang lain. Kau tidak mau menyerah?"

Sakusa merasa terganggu dengan kalimat Komori. Ia mengerutkan dahinya dan bangkit dari posisi telentangnya. Ditatapnya Komori dengan sorot tak terbaca. "Aku tidak akan menyerah," tegasnya. "Selama dia masih tidak menolak keberadaanku, aku tidak akan menyerah untuk menjadikannya milikku," jelas Sakusa dengan nada seratus persen serius.

Komori menaikkan alisnya. Berikutnya, ia tersenyum simpul. "Kau ini egois atau bagaimana?" Ujarnya setengah bergurau. "Tapi bagaimanapun, itulah yang dia inginkan." Pemuda bersurai coklat itu kembali memandang gadis pirang yang terpampang di foto itu. "Dia tidak ingin kau menyerah pada (Name), walau gadis itu tidak mengingatmu sama sekali." Komori tertawa renyah. Miris.

𝐌𝐀𝐊𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐌𝐈𝐍𝐄 ; sakusa kiyoomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang