"Hemmm, gimana ya Nan" Nikta berdehem menyahuti ajakan ku untuk berangkat ke caffe bareng.
"Bareng gua aja, itung-itung irit bensin. Lagian gua juga sendiri, gak ngajak boncengan" rayuanku pada Nikta agar dia mau ikut denganku. Dasar Modus!
"Iya deh Nan, gua mau" Aku bak tertimpa bulan rasanya senang sekali. Kalian pikir pasti itu lebay, tapi itulah kenyataannya. Aku membayangkan Nikta akan memelukku erat dari belakang, aku sangat senang sampai senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
Khayalanku sepertinya hanya sebatas khayalan. Ditengah perjalanan Nikta hanya memegang jaketku, padahal aku sudah menyuruhnya untuk berpegangan erat namun dia menolak. Heemm pupuslah sudah harapanku untuk bisa dipeluk Nikta. Tapi tak apa, setidaknya aku bisa membonceng Nikta. Itu sudah cukup membuatku senang.
Cuaca hari itu sangat panas, aku dan Nikta menunggu teman-teman lainnya datang. Seperti biasa mereka selalu telat. Aku menunggu sembari ditemani nama Nikta dan dua capuccino, satu untukku dan satu untuk Nikta.
Kami menikmati capuccino sambil mengobrol masalah percintaan dengan Nikta. Ternyata Nikta belum pernah berpacaran sebelumnya. Aku tercengang mendengar ada cewek secantik itu tapi belum pernah berpacaran, rasanya mustahil dizaman sekarang masih ada anak kelas 3 SMA belum pernah berpacaran. Tapi itu memang benar, dia belum pernah sama sekali berpacaran. Dia bilang, dia tertutup karena tidak mau mengenal pacaran, maunya langsung menikah katanya. "Pacaran hanya buang-buang waktu" begitu katanya. Dasar cewek aneh, tapi aku tetep suka sih.
Beberapa menit kemudian Gung De dan Andi datang. Mereka memang selalu kompak, motor saja mereka sama. Memang Gung De dan Andi Bast friend sejak SD, Meraka selalu satu sekolah.
"Asli panas parah, rasanya gua pengen ke Antartika. Pengen makan Es sepuasnya" keluh Andi yang baru datang dan mendekati meja kami. Dia ingin ke Antartika untuk menikmati Es, dia sepertinya tidak tau kalau di Antartika itu ada beruang kutub ku rasa. Dia bisa dijadikan santapan lezat, dia banyak nutrisinya ku rasa.
"Alahhhh, lo diajak ke Kintamani aja bilang dingin. Apalagi Antartika" ejekku karena aku ingat waktu itu dia pernah protes kerena kedinginan saat camping di Kintamani.
Kami semua tertawa begitu juga dengan Andi tertawa cengengesan.
Selang beberapa lama handphone ku berdering. Aku menatap layar handphone ku, muncul nama yang kami tunggu-tunggu dari tadi. Iya si Bram yang kami tunggu itu menelpon ku, entah ada apa lagi dia.
"Hallo, Lo kemana aja nyet. Gua sama temen-temen udah dari tadi nungguin Lo. Buruan kesini!" Perintahku agar Bram segera datang ke caffe.
"Sorry Nan, gua kayaknya skip dulu deh. Gua mau nganter Siska ke Denpasar jam 4. Sorry ya Nan, salam sama temen-temen" percakapan dengan Bram di telpon itu membuat aku kecewa, dia memilih mengantarkan pacarnya dari pada meeting bareng temen-temennya. Tapi bisa dimaklumi juga, dia bucin karena dia sudah lama pacaran dengan Siska.
Kami akhirnya meeting hanya berempat membicarakan tentang lagu baru yang sebelumnya sudah aku tulis. Aku ingin ada vokalis cewek, Gung De juga setuju untuk berduet dengan Nikta. Nikta juga mengiyakan ajakan itu.
Aku menyodorkan kertas yang berisi lirik lagu yang akan kami aransemen.
"Malam Minggu kita latihan dirumah gua ya? Nikta bisa kan?" Tanyaku pada teman-teman dan Nikta agar latihan dirumah ku. Kebetulan dirumah alat musik lengkap, karena papaku membelinya. Dia mendukungku untuk bermain musik, walau harapannya aku itu bisa menjadi Abdi Negara seperti dirinya. Kontan saja aku menolak, aku berbeda jiwa dengan dia. Jiwaku perlawanan, aku pernah ikut demo Bali Tolak Reklamasi. Aku tidak suka melihat rakyat ditindas oleh pemerintah.
"Aku minta izin ke ayah dulu. Nanti kalok dikasi aku kabarin kamu Nan" jawab Nikta dengan senyum harap-harap cemas.
Sehabis meeting itu kami semua meninggalkan caffe Loginsgo. Andi dan Gung De pulang bersamaan, sedangkan aku mengantar Nikta ke sekolah untuk mengambil motornya.
Diperjalanan yang canggung itu kami tidak berbincang-bincang. Aku memilih fokus kejalan saja, rasanya aku harus menyimpan topik untuk nanti chat dengan Nikta.
Setelah sampai sekolah Nikta mengambil motornya. "Makasih ya Nan" kata singkat dari Nikta sembari menstarter motornya.
"Iya Nik. Lo langsung pulang?"
"Iya nih, udah sore juga. Nanti gua dicariin bunda gua" sahut Nikta. Kami berdua bergegas pergi dari sekolah yang sudah kosong meninggalkan sisa sampah dan penjaga sekolah itu.
🌙🌙🌙
"Nan cepet mandi, papa tunggu dibawah!" Seru papa mengetuk pintu kamar mandi yang didalamnya aku sedang mandi dengan santai. Kami sekeluarga akan makan malam diluar, hal yang jarang-jarang terjadi karena papa selalu sibuk dengan tugas-tugasnya sebagai tentara.
Setelah mandi aku ganti pakaian, aku ingin menggunakan baju band favorit ku Green Day band yang membuat aku mencintai musik punk rock. Walau aku sering membuat lagu-lagu pop, tapi selalu menyelipkan unsur rock didalamnya.
Aku segera turun kebawah karena bunda ratu sedari tadi menjerit memanggil-manggil namaku agar segera turun.
"Kamu yakin pake baju itu? Kayak gak ada baju yang lebih rapi aja" kata papa dengan tatapan tidak suka aku memakai baju band itu.
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar ya. Besok kita lanjut lagi :)

KAMU SEDANG MEMBACA
365 HARI
RomansaCinta adalah hal mutlak di dunia ini. Namun apa daya tak semua orang punya keberanian