3. pesta

808 110 13
                                    

Sakura mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya. Dia edarkan pandangan ke sekeliling dan menemukan dirinya di ranjang rumah sakit. Bagaimana bisa, apa yang terjadi sebenarnya? 

"Kau sudah siuman?"pertanyaan retoris dari seseorang itu membuat Sakura mengalihkan perhatian. Matanya menyipit. Dia seperti pernah melihat pemuda berambut merah itu. Tunggu! Bukankah dia sedang berjalan dan tiba-tiba sebuah mobil merah menabraknya tadi. Lalu keluarlah seorang pria dengan rambut merah yang dia kira Saso- oke, Sakura tidak sanggup menyebut namanya.

"Jadi, aku pinsan ya? Bagaimana bisa?" gumam Sakura pada dirinya sendiri.

"Tentu saja bisa dan aku harus membawamu kemari. Kau tahu aku meninggalkan meeting penting yang bernilai jutaan dollar" dengus pria itu kesal. Sakura dapat melihat tato merah dengan tulisan 'ai' di dahi pemuda itu.  Aish, apa tidak ada kata yang lebih keren apa?  Cinta?  Oh, astaga.

"Jaga pandanganmu Nona, kau tak bisa menilai orang sekali pandang" Sakura tersedak ludahnya sendiri. Ah, dia lupa sopan santun.

"Gomenasai, em... "

"Sabaku no Gaara"kata pria itu masih mengotak-atik ponselnya.

"Ah, Sabaku-san. Aku juga minta maaf juga karena kau jadi meninggalkan meetingmu." katanya tulus. Gaara melirik sebentar.

"Lupakan saja. Toh kau tak bisa menggantinya kan? Lagipula aku bertanggung jawab dan bisa merelakan waktuku untuk mengantarmu kesini. Kau berat tahu" kata pria itu membuat Sakura kesal.

"Kenapa kau tidak meninggalkanku begitu saja disana kalau begitu?" sungut Sakura.

"Hn, jadi kau lebih senang di tinggal dan berakhir telanjang di ranjang kumuh hah? asal kau tahu nona, ada banyak preman di jalan itu dan mereka melihatmu. Kau mungkin punya wajah yang tidak cantik, tapi kaki panjangmu itu bisa saja menggoda mereka. Jadi, berhati-hatilah" Sakura mendengus. Kenapa orang itu harus kasar sekali sih. Dia memang tidak cantik, tapi sebagai pria haruskah dia mengucapkannya sefrontal itu.

"Arigatou sudah menolongku.dan sekali lagi maafkan aku" kata Sakura tak ikhlas.

"Well, aku perlu bukti untuk ucapan terimakasihmu itu. Dn aku sudah kehilangan mood untuk kembali ke kantor. Kau harus bertanggung jawab" Sakura mengernyit. Apa maksud pemuda merah ini sih?

Hem.. Pertanyaan Sakura terjawab sudah. Saat dia duduk berhadapan di sebuah restoran mewah kelas satu di Konoha. Well, maksud bertanggung jawab ini pasti Sakura harus mentraktir pemuda ini kan?  Astaga, bahkan makanan termurah disini senilai dengan gajinya selama sebulan. Ini pemborosan, dan Sakura benci itu. Dia tak mungkin menghubungi suaminya yang konglomerat itu kan?

"Ehm, Sabaku-san. Apa kita harus benar-benar makan disini? Maksudku, aku punya rekomendasi resto yang lebih murah dari ini dan lebih enak. Bagaimana?" dia tidak mungkin meminta suaminya. Itu sangat konyol.

"Aku tak peduli. Aku sedang ingin makan disini" jawab Gaara cuek. Wanita itu berdecak kesal dan mencebikkan bibir. Entah kenapa Gaara menyukai ekspresi wanita itu-tunggu apa?

"Tapi disini terlalu mahal, Sabaku-san. Ini bisa menguras tabunganku dan ini tak menguntungkan sama sekali. Lagipula aku sudah meminta maaf karena sudah merepotkanmu, jadi--"

"Aku yang traktir" Sakura melotot mendengar itu.

"Pesan apapun yang kau mau dan diamlah, err... "

"Ah, Uchi- ah, Haruno Sakura"

"Baiklah, apa kau mengerti Haruno?" Sakura mengangguk. Dia mulai memesan makanan dan selanjutnya hanya diam.

Sampai Sakura mendengar suara bisik-bisik khas wanita di meja seberang. Dia bisa tahu mereka sedang memperhatikan Gaara. Ya, Gaara memang tampan sih, tapi dia tak punya alis. Lebih tampan Itachi meski dia punya garis keriput. Itachi pasti akan jauh lebih tampan jika dia bersikap lembut dan bisa tersenyu-- tunggu, apa dia baru saja membandingkan pria lain dengan suaminya? astaga...

Just StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang