Jangan lupa vote, komen, dan share!
--
"Setelah menciumku, sekarang kau mengajakku untuk tidur bersama?" sahut Youra dengan intonasi suara yang ditinggikan. Ia menyibak tirai jendela kamarnya lalu bersidekap sembari menggeleng kecil. "Dengar Im Taeyeong. Kau--luar biasa bajingan."
Helaan napas cukup kuat terdengar dari seberang sana, "Youra—dengar, kalau sudah berciuman tidak ada salahnya melanjutkan ke ranjang. Kau ini kalau mau berbuat dosa jangan setengah-setengah."
Tidak habis pikir. Eun Youra memejamkan mata geram. Harusnya, paginya yang cerah ini berjalan dengan baik. Berangan-angan ingin berendam sejenak sembari meminum winenya--rencana yang sempat tertunda tadi malam karena si bajingan Im Taeyeong ini--setelah itu mengganti warna kukunya menjadi merah menantang, baru ia akan pergi ke kantor. Menyeleksi beberapa traine yang kabarnya akan didebutkan. Bermanja dahulu sebelum membiarkan mulutnya mencetus kalimat pedas.
"Dengar Im Taeyeong, aku akan carikan kau wanita paling seksi di kelab Jungoo dan terserah kau mau berbuat dosa sampai setinggi gunung Everest," sahut Youra sebelum tangannya mematikan panggilan secara sepihak.
Youra melempar ponselnya ke atas kasur. Berjalan menuju lemari sembari menggerutu kecil dan mulai melucuti pakaiannya. Ritual memanjakan dirinya akan dimulai sebentar lagi. Sudah tidak sabar. Meraih kimono berpotongan luar biasa rendah miliknya dan mulai mengikat surainya. Tapi, tepat setelah ia berhasil menyanggul surai kelamnya, deringan ponsel kembali mengambil alih atensinya. Menghela napas, Youra dengan segenap keengganan mendekati ponselnya.
Sepertinya keinginan Youra untuk menciptakan hari yang indah akan gagal begitu saja. Nama Gwan Jimin yang tertera di layar ponselnya sukses membuat Youra terpaku sejenak. Memejamkan mata sembari mengatur degup jantungnya yang mulai tidak teratur, Youra meraih ponselnya. Mengusap layar lalu memberi jeda sebelum menempelkan dataran hangat itu ke rungunya.
"Tidak."
"Aku tidak punya waktu untuk hal bodoh itu. Sudah kukatakan aku sibuk!"
"Bagaimana mungkin--"
"Aku sudah memberitahu orang tuaku mengenai hubungan kita."
Persetan dengan kau, Gwan Jimin.
--
Setidaknya sedikit gertakan yang Jimin buat sukses membuat ponselnya menghening sejenak. Menelan bersusah payah salivanya yang entah kenapa mendadak menjadi sekeras batu, Jimin menghela napas yang kelewat risau. "Aku berani bersumpah. Mereka tahu. Mereka tahu itu kau, Eun Youra."
Jimin tahu ia salah. Ia telah berbohong. Orang tuanya hanya sekedar tahu kalau ia memiliki seorang kekasih, tapi tidak dengan siapanya. Tapi, ini demi Jimin juga. Demi Tuhan, Jimin masih mencintai Youra sepenuh hatinya. Tidak ingin menikah dengan yang orang lain selain Eun Youra, wanitanya. Agaknya memang keputusan Jimin yang sedari awal telah salah. Terlalu gusar sampai akhirnya mengambil jalan pintas yang luar biasa bodoh. Harusnya Jimin memberitahu Youra kalau ia akan dijodohkan. Harusnya Jimin jujur.
Tapi, demi Tuhan, Jimin kelewat gusar sampai memutuskan untuk melepaskan wanita yang ia cintai setengah mati.
"Mari kita bicarakan ini--"
Panggilan diputuskan secara sepihak sebelum Jimin sempat menyelesaikan ucapannya. Pria itu terdiam. Membeku. Rasa bersalah sontak menggerogoti tubuhnya. Penyesalan. Kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan. Seandainya Jimin jujur. Seandainya Jimin memberi penjelasan. Seandainya ia memiliki keberanian. Seandainya ia bisa bersikap tenang. Kadang kata seandainya menjadi tikaman sendiri. Miris.
--
"Jadi, bagaimana Youra?" Yoona mengetukkan ujung kuku berwarna hijau tuanya pada sisi meja. Menumpu dagunya dengan mata yang melirik Youra menuntut jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON
RomanceWarning, baby. Mature! Mungkin semuanya akan baik-baik saja jika perpisahan terjadi karena alasan yang kelewat normal. Ya, contohnya seperti; bosan, tidak nyaman atau ingin memiliki yang baru.Terlihat lazim, bukan? Tentu. Hampir semua hubungan selal...