2. Tiga bulan setelahnya

42 7 8
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan share~

Follow instagram aku @silxcx_

Enjoy.

--

Anak-anak cahaya berusaha keras menyusup dibalik pori-pori tirai yang sedikit terbuka. Menyapa siapa saja yang berposisi simetris dengannya. Terlalu menyamankan sampai akhirnya sang pribadi yang tersapa memilih menggeliat kecil dan membelakangi. Agaknya memang alam tidak ingin diacuhkan terlalu lama, mengingat mentari yang sudah bangkit sepertiganya. Angin sepoi yang kelewat ramah akhirnya memilih mengusap lembut si tirai hingga berhasil menyingkap sehingga anak-anak cahaya sang mentari berbondong-bondong menyergap pribadi.

Eun Youra berdecak pelan diambang kesadarannya. Ia lelah. Butuh istirahat mengingat rasanya baru saja jatuh terlelap. Kendati ingin melanjuti tidur setelah menutup tirai dengan baik, agaknya memang semesta menjadi kejam sekali terhadap Youra. Ponsel Youra yang awalnya terbaring hening di bawah bantalnya malah memekik nyaring ingin diperhatikan.

Dengan sedikit meraba-raba, Youra berhasil menemukan ponselnya. Mengusap layar beberapa kali sampai akhirnya panggilan itu tersambung. Suara serak yang terkesan seksi itu menyambut halo-an dari seberang. Tidak menghiraukan, dalam keadaan mata terpejam Youra menikmati kekeh kecil si penelpon.

"Hm?"

"Ya. Aku sudah mandi."

"Tidak bohong kok. Suaraku serak karena batuk."

"Kau tidak—"

"Ada, ya, manusia sudah mandi tapi masih setia pada rambut singanya?"

Youra reflek membuka matanya saat suara yang awalnya berasal dari ponselnya malah menjadi nyata sekali. Ia melepas ponsel dari rungu dan melihat nama yang tertera di sana. Sejenak saja lalu beralih pada pribadi berbadan indah yang bersandar nyaman pada persegi pintu kamarnya. Pribadi berambut segaris punggung itu mematikan panggilan mereka. Agaknya sudah lama ia tidak melihat tampang bodoh dari sang adik yang selalu bersikap mahal ini.

"Eun Yoona!" bentak Youra kesal.

Pribadi yang dibentak itu hanya terkekeh kecil. Ia mengantongi kembali ponselnya dan bersidekap. "Kalau saja aku bukan bosmu, mungkin kau sudah dipecat," sindirnya.

Ya jika ingin tahu kebenarannya, Youra memang bekerja pada Yoona—kakak kandungnya. Sebagai salah-satu juri atau bisa disebut talent manager agensi yang Yoona dirikan. Mungkin terdengar remeh mengingat sang kakak adalah pemiliknya, ya walau begitu banyak sekali trainee dari agensi Yoona yang nyaris tidak pernah bertemu Youra. Sebab, keputusan tingkat debut atau tidaknya memang berada di tangan Youra. Iya, Youra tingkatan paling atas. Jadi, bagaimana? Youra sempurna bukan.

Youra bangkit dan menyandarkan punggungnya pada dinding kasur. Menatap remeh ke arah Youna lalu mengerling sinis. "Tidak juga. Kau pikir siapa yang berani bersikap tegas pada artis-artismu kecuali aku?"

Tidak membantah Yoona memilih terkekeh. Ia berjalan memasuki kamar sang adik dan duduk di kursi riasnya. Melirik sejenak pada koper yang tertidur indah di samping ranjang Youna. "Kau masih butuh liburan?"

Youra mengikuti arah pandangan Yoona selagi tangannya sibuk mengikat rambut pendeknya. "Tidak. Aku baru saja pulang kemarin malam," jawabnya.

"Oh, ya? Ngomong-ngomong aku masih tidak tahu kenapa kau memilih liburan selama dua bulan ini. Ada masalah?" tanya Yoona. Ia menyipitkan matanya sejenak, lalu tersenyum menggoda. "Kau habis patah hati? Wah sejak kapan kau mulai nakal, Eun Youra?"

Sekiranya, memang Youra terlalu pintar menyimpan semuanya. Ya, dihitung dengan kepiawaian Jimin berakting yang memang patut diacungi jempol. Agaknya, memang terlalu pintar hingga selama tiga tahun ia dan Jimin memadu kasih tapi tidak ada siapapun yang tahu, kecuali Im Taeyeong—lelaki tak kalah brengsek dari Jimin yang luar biasa licik dan menyebalkan. Entahlah, Youra memang tidak mau mengumbar hubungannya dengan Jimin. Mengingat keluarga Youra yang terlalu tegas dalam memilih pasangan demi sebuah turunan harta, jelas semuanya harus terlibat perjodohan yang kelewat bodoh. Tidak bebas. Tidak ada yang namanya cinta.

MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang