3. Akhirnya

14 3 0
                                    

"Bi...bi"

Aira memanggil Bi yem

"Iya mba"

Bi yem bergegas menghampiri Aira di ruang makan.

Rumah kecil dengan pagar warna biru itu terlihat sepi.

"Ada apa mba?" Ujarnya sembari sibuk membersihkan bajunya yang sedikit kotor karena masak

"Bibi. Bagas sms atau kasih kabar lagi gak bi?" tanya Aira sembari mengarahkan kursi rodanya pada Bi yem

"Engga mba atau mau saya telfonkan mba?"

"Ehh gak usah bi, saya juga belum siap buat bicara sama dia"

"Tapi maaf sebelumnya mba, mba Aira sudah nunggu mas bagas lama"

"Iya tapi...udah bi gak papa. Nunggu sampai dia ngabarin ajah. Makasih ya bi. Ouh iya nanti tolong bilangin Pak jojo saya mau pergi"

"Ke acaranya mba Sasa ya mba? Saya boleh ikut titip salam mba?"

"Iyaa bi nanti Aira salamkan ya, makasih bi"

"Iya sama-sama mba, ya sudah saya mau balik ke dapur dulu ya mba" beranjak pergi

"Ouh iya bentar bi" seru Aira menahan bi yem kembali ke dapur

"Kenapa mba" Bi yem kembali menghampiri Aira

Aira mengambil kotak kecil di lemari dekat ia duduk.

"Bi, ini buat bibi" Aira memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah.

"Buat saya mba?" Bi yem menerima kotak merah itu.

"Buat mamang, iya buat bibi lah" ujar Aira dengan nada becanda.

Bi Yem membuka kotak tersebut.

Kalung kecil dengan bandul bintang terlihat cantik dan berkilau saat di buka oleh bi yem.

"Mba, engga mba. Saya gak pantes dikasih beginian" Bi Yem segera mengembalikan kotak merah itu pada Aira.

"Bi..." Berkata dengan lemah.

Bi yem menundukan badanya, mensejajarkan tubuhnya agar sama dengan Aira yang sedang duduk di kursi roda.

"Makasih ya, udah jagain Aira. Makasih udah mau sabar ngadepin Aira, Bunda dan Ayah. Maaf udah bikin bibi cape dan harus ikut pindah ke Surabaya. Bikin Bibi jauh sama keluarga. Makasih banget kado ini gak seberapa. Bahkan bibi udah ngabisin banyak moment sama Aira. Jadi tolong di terima ya bi. Aira cuma bisa ngasih ini gak bisa ngasih hal lain." Matanya mulai memerah menahan tangis.

"Karena saya mau mba, anak-anak saya juga sudah menikah semua. Suami saya, mba Aira tau sendiri sudah tidak ada dari saya kerja disini. Mba Aira sudah saya anggap seperti anak sendiri. Kemauan saya sendiri untuk ikut ke Surabaya mba. Tapi opo ini gak berlebihan mba?" Jawabnya lemah lembut.

"Engga bi, Aira memang sudah lama nyiapin ini buat bibi. Tapi kemarin harus tidur lama sampe gak bisa berdiri begini jadi baru kali ini bisa kasih ke bibi. Maaf ya bi. Sekali lagi Aira makasih banget. Aira sayang bibi"

Aira memeluk bi yem yang sedang melihatnya. Pelukan itu dibalas oleh bi yem keduanya larut dalam kata terimakasih yang penuh makna.

"Udah ah Aira gak mau nangis lagi" melepaskan pelukan

Bi yem melepaskan pelukanya sembari tersenyum.

"Makasih mba" wajahnya berseri-seri

"Sama-sama bibi, ya udah Aira mau siap-siap dulu ya bi."

"Iya mba, saya mau bilang pak Jojo buat siapin mobil"

Keduanya kembali sibuk keaktifitasnya masing-masing.

"Opacarophile" (Bagian 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang